CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

30 Jul 2013

Pendapat Ulama Tentang Tarian Sufi



Assalamu'alaikum

Izinkan kami mengutip beberapa perkataan ulama tentang tarian sufi :

1.  Ibn Hajr Al-Haytami dalam Fatawaa Hadithiyya الفتاوى الحديثية 

"Dibolehkan berdiri dan menari saat berdzikir kepada Allah dan audisi menurut sebagian besar ulama, termasuk Shaykh-ul-Islaam Al-’Izz ibn Abdus-Salaam.”

Beliau juga mengatakan bahwa tarian sufi ada dasarnya dari hadits di mana Ja'far Ibn Abi Thalib menari mengelilingi Nabi SAW.

ن
فع الله به عن رقص الصوفية عند تواجدهم هل له أصل ( فأجاب ) بقوله
نعم له أصل فقد روى في الحديث أن جعفر بن أبي طالب رضي الله عنه رقص بين يدي النبي [ ] لما قال له
أشبهت خَلقي وخُلقي وذلك من لذة هذا الخطاب ولم ينكر عليه [ ] وقد صح القيام والرقص في مجالس
الذكر والسماع عن جماعة من كبار الأئمة منهم عز الدين شيخ الإسلام ابن عبد السلام


2. Imam An-Nawawi dalam Minah atThalibin منهاج الطالبين وعمدة المفتين

"Boleh asalakan tidak dilakukan seperti perempuan"

لا الرقص إلا أن يكون فيه تكسر كفعل المخنث


3.  Imam Suyuthi

وكيف ينكر الذكر قائما والقيام ذاكرا وقد قال الله تعالى (الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم) وقالت عائشة رضي الله عنها كان النبي صلى الله عليه وسلم يذكر الله على كل أحيانه، وإن انضم إلى هذا القيام رقص أو نحوه فلا إنكار عليهم فذلك من لذات الشهود أو المواجيد وقد ورد في الحديث رقص جعفر بن أبي طالب بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم لما قال له أشبهت خلقي وخلقي وذلك من لذة هذا الخطاب ولم ينكر ذلك عليه النبي صلى الله عليه وسلم فكان هذا أصلا في رقص الصوفية لما يدركونه من لذات المواجيد وقد صح القيام والرقص في مجالس الذكر والسماع عن جماعة من كبار الأئمة منهم شيخ الإسلام عز الدين بن عبد السلام.

Bagaimana bisa orang menyalahkan orang yang berdzikir saat berdiri, atau berdiri dan berdzikir, saat Allah SWT berfirman "..(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring .."(QS 3:191).  Dan Aisyah rah berkata "Nabi SAW selalu berdzikir dalam setiap waktunya" (Shahih Muslim : 1 : 282 :373).  Dan jika menari dilakukan/ditambahkan saat berdiri, hal ini tidak bisa disalahkan, karena hal ini adalah sebuah kegembiraan spritual, dan kegembiraan yang luar biasa (ecstasy), dan hadits mendukungnya bahwa Ja'far ibn Abi Thalib menari dihadapan Rasulullah SAW, ketika Nabi SAW mengatakan , "Engkau menyerupaiku dalam rupa dan character".  Menari karena kebahagiaan yang dirasakannya karena perkataan itu, dan Nabi SAW tidak menyalahkannya.  Hal ini yang menjadikan dasar bahwa dibolehkannya tarian sufi yang datang dari kebahagiaan yang luar biasa yang mereka rasakan".

4.  Imam Ali Qari 

وأما الرقص مع أنه نوع من النقص فذهبت طائفة الى الكراهة وذهبت طائفة الى الاباحة منهم الرافعي والغزالي والنووي وذهبت طائفة الى التفرقة بين ارباب الأحوال فيجوز لهم ويكره لغيرهم وهذا القول هو المرضي عند جمهورهم وعليه أكثر الصوفية

Dan mengenai tarian, ada beberapa perbedaan, ada golongan ulama sekarang yang memakruhkan, dan golongan ulama lain membolehkan, seperti Ar-Rafi, Al-Ghazali, An-Nawawi, Golongan ulama berbeda pendapat antara tarian yang mengolah keadaan spritual, dan mereka mengatakan ini diperbolehkan, dan selain dari itu adalah makruh.  dan hal ini disetujui oleh mayoritas ulama itu, dan mayoritas sufi adalah sesuai denan itu (mengolah keadaan spritual / jadi boleh").

5.  Hafiz Ibn Hajar.

Hafiz Ibn Hajar juga dilaporkan membolehkan tarian sufi 

Syaikh Yusuf Khattar di dalam bukunya Al-Mawsu’ah Al-Yusufiyyah fi Bayaan Adillat As-Sufiyyah mengutip perkataan Hafiz Ibn Hajar melalui Imam Suyuthi :

"Al-Hafiz Ibn Hajar ditannya tentang tarian sufi, apakah itu ada dasarnya ?  Apakah Sahabat melakukan tarian dihadapan Rasulullah SAW ?"

Beliau menjawab : Ya ! Sungguh Ja'far Ibn Abi Thalib menari dihadapan Rasulullah SAW, ketika Nabi SAW berkata kepadanya bahwa "Engkau menyerupaiku dalam rupa dan kharakter", dan hal penting bagi Nabi SAW untuk mengklarifikas atas tindakan Ja'far tersebut (menari) apakah halal atau haram, namun Nabi SAW tidak melarangnya.  Dan ini dikenal dalam Mustalah Al-Hadith sebagai “Iqraar“, atau "dibolehkan" dan disetuji oleh Nabi SAW.  Dan Nabi SAW tidak akan mendiamkan hal-hal yang haram atau makruh.

Wallahu 'alam

Wassalamu'alaikum

Sumber:

29 Jul 2013

Akhlak Cicit Rasulullah SAW

Jakfar Al Mansur adalah salah seorang khalifah dari dinasti Abbasiyah, dan ternyata dia memiliki dendam kepada Hisyam bin Abdul Malik.
Suatu saat ia bertemu dengan Muhammad bin Hisyam, Jakfar pun ingin membalas dendam. Hal ini membuat Hisyam cemas, namun pada akhirnya Hisyam diselamatkan oleh Muhammad bin Zaid, cicit Rasulullah SAW.



Kisahnya.
Pada suatu hari, Jakfar menunaikan ibadah haji. Ketika sedang menjalankan ibadah di Masjidil Haram, tiba-tiba ia melihat ada seseorang yang memperlihatkan mutiara indah yang bernilai sangat mahal. Langsung saja ia teringat bahwa mutiara itu milik Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi.

"Aku sekarang ingat, mutiara itu milik pembunuh ayahku," katanya dalam hati.
Karena pemegang mutiara itu adalah anak muda, maka ia berfikir bahwa anak muda itu pastilah anak Hisyam.
Menurut orang yang duduk di sebelahnya, anak muda itu bernama Muhammad bin Hisyam. Setelah mengetahui pemilik mutiara itu, darah Jakfar langsung tersirap di sekujur tubuhnya, dendamnya terhadap keturunan Dinasti Umayyah bangkit.
Karena itulah ia berniat mengambil mutiara itu dengan kekerasan, dan tak lama kemudian ia memanggil ajudannya yang bernama Rabi.

"Besok pagi aku akan melaksanakan shalat berjamaah di Masjidil Haram. Kalau seluruh hadirin sudah berkumpul, maka kuncilah seluruh pintu dan panggillah sekelompok orang kepercayaan untuk menjaga pintu keluar. Pintu yang dibuka hanya satu saja serta perhatikan pula setiap orang yang keluar dari pintu itu, dan jika kamu menemukan orang yang bernama Muhammad bin Hisyam, segeralah dia kamu bawa ke hadapanku," pesan Jakfar kepada Rabi.

Akan Dibunuh.
Pada pagi harinya, perintah Jakfar ini langsung dikerjakan oleh Rabi.
Semua pintu Makkah ditutup, dan menyisakan hanya satu pintu saja yang dibuka. Muhammad bin Hisyam merasa terancam, namun tanpa diduga, ada seseorang yang mendekati, beliaulah Muhammad bin Zaid bin Ali bin Husein bin Ali (cucu Fatimah Az-Zahra, Puteri Rasulullah SAW).

Setelah duduk dan berdekatan, cucu Fatimah ini membuka pembicaraan,
"Ada apa Tuan?" tanya cucu Fatimah.
"Oh, tidak, tidak ada apa-apa," sahut Muhammad bin Hisyam dengan muka pucat.
"Ceritakanlah kepadaku dengan terus terang, engkau akan aku lindungi," ujar cucu Fatimah lagi.
"Siapakah Anda, saya belum pernah mengenal Anda?" tanya Muhammad bin Hisyam.
"Aku adalah Muhammad bin Zaid bin Ali bin Husein, cucu Fatimah binti Rasulullah SAW.

Mendengar jawaban itu, tubuh Muhammad bin Hisyam langsung menggigil ketakutan. Keringat dingin langsung bercucuran membasahi pakaiannya. Muhammad bin Hisyam mengira bahwa tamatlah riwayatnya kali ini, karena ayahnyalah yang membunuh ayah cucu Fatimah ini. Namun semua perasaan Muhammad bin Hisyam sebenarnya keliru, cucu Fatimah ini sungguh mulia dan baik hatinya. Muhammad bin Hisyam mengira pula bahwa cucu Fatimah ini akan membalas dendam, namun dugaannya salah.

Setelah melihat hal yang demikian, cucu Fatimah ini berusaha menghibur,
"Janganlah engkau takut dan khawatir, kamu bukanlah pembunuh bapak dan kakekku. Demikian itu tidak beralasan jika aku merasa dendam kepadamu. Namun Insya Allah aku akan berusaha melepaskanmu dari bahaya yang tengah engkau hadapi ini," jelas cucu Fatimah.

"Alhamdulillah, terserah kepada Anda, akan aku terima segala perlakuanmu kepadaku," sahut Muhammad bin Hisyam yang mulai agak tenang.

Akhirnya Selamat.
Setelah itu, segera saja cucu Fatimah Az-Zahra ini membebatkan baju luarnya ke muka Muhammad bin Hisyam. Dengan siasat tertentu, kepala Muhammad bin Hisyam ditundukkan kemudian diseret keluar dengan kasar. Dan setelah sampai di depan pintu, ajudan Jakfar memperhatikan keduanya.

Namun, cucu Fatimah ini segera membuat siasat baru lagi. Muhammad bin Hisyam segera saja ditempelng berulang kali seraya berkata,
"Wahai Rabi, orang jahat ini pemilik unta sewaan dari Kuffah. Di saat ini aku telah membayar uang sewa kepadanya, dia malah kabur dan menyewakannya kepada orang lain, yaitu orang Kurasan. Sekarang dia baru aku jumpai dan akan aku tahan," begitu ucap cucu Fatimah ini.

Kemudian cucu Fatimah ini langsung membebatkan kembali bajunya ke kepala Muhammad bin Hisyam sehingga mukanya tertutup kembali.
Setelah jauh dari pandangan Rabi, cucu Fatimah ini melepaskan Muhammad bin Hisyam.
"Segeralah kamu pergi dan mencari tempat berlindung," kata cucu Fatimah.

"Wahai cucu Fatimah Puteri Rasulullah SAW, aku sangat berterima kasih atas jasa Anda, jika Anda berkenan, terimalah benda ini sebagai cinderamata dan kenangan atas kebajikan yang telah Anda berikan kepadaku," ujar Muhammad bin Hisyam sambil menyodorkan mutiara yang dipunyainya.

"Ambillah kembali, dan bawalah kekayaanmu itu. Kami merupakan Ahlul Bait Rasulullah SAW, tidak boleh menerima atas kebajikan yang telah kami lakukan. Jagalah dirimu dari orang yang kini berusaha menangkapmu," kata cucu Fatimah.
Maka pergilah Muhammad bin Hisyam dengan penuh keharuan. Dia bersyukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan karena baru saja telah ditolong dan dipertemukan dengan anak turun Nabi dan Rasul akhir zaman, Cicit Nabi Muhammad SAW.


Sumber:

Sebuah Petunjuk Dari Burung

Berkat petunjuk dari seekor burung, Syaqiq al-Balkhi menjadi lebih mengetahui hubungan antara ibadah dan rezeki. Kisah ini terdapat dalam kitab Ar-Risalah al Qusyayriyyah fi 'Ilm al Tashawwuf.



Berikut Kisahnya.
Syaqiq al-Balkhi adalah seorang pengusaha yang memiliki orang tua yang juga pengusaha kaya. Suatu ketika, ia keluar daerah untuk melakukan perjalanan dagang. Di tengah perjalanan, ia beristirahat disebuah tempat ibadah milik agama penyembah berhala, dan di sana ia menjumpai penjaga tempat ibadah itu sedang mencukur rambut dan jenggotnya, lalu mengenakan pakaian sembahyang.

Syaqiqi ini adalah seorang muslim yang taat, baginya, berhala adalah benda mati yang tidak patut dijadikan sesembahan.
"Kau memiliki Pencipta Yang Maha Hidup, Maha Tahu, Maha Kuasa. Dialah Allah yang seharusnya engkau sembah, bukan benda mati bernama berhala yang tak bisa berbuat apa-apa itu," kata Syaqiq kepada penjaga itu.
"Jika benar Dia Maha Kuasa, kenapa Dia tak berkuasa memberimu harta di daerahmu sendiri agar engkau tidak perlu jauh-jauh berniaga mencarinya di daerah orang? Kenapa pula engkau capek-capek mencari harta jika Dia berkuasa memberikannya untukmu?" kata si penjaga tempat ibadah itu.

Petunjuk Burung.
Rupanya tanggapan yang tak terduga itu telah menghujam jantung hati Syaqiq. Syaqiq terdiam seribu bahasa, merenung. Ia kemudian memutuskan kembali ke daerahnya sehingga tidak jadi melanjutkan perjalanan dagang.
Ia bernia menjalani hidup zuhud dan meninggalkan segala kemewahan, menghabiskan waktu untuk beribadah.

Keyakinan Syaqiq untuk menempuh hidup zuhud semakin bertambah kuat setelah mendapatkan pelajaran dari seekor burung.
Suatu ketika, ia melihat seekor burung yang tak lagi sempurna sayapnya, dan burung itu sendirian di atas tanah. Syaqiq bertanya dalam hati,
"Bagaimana burung ini bisa bertahan hidup jika tidak punya sayap yang sempurna untuk terbang dan mencari makan?"

Tak lama kemudian datanglah seekor burung lain terbang merendah membawa makanan di paruhnya mendekati burung bersayap tak sempurna itu. Lalu ia menyuapinya.
"Hmmm...begitukah?" kata Syaqiq dalam hati.

Sadar.Suatu hari, Syaqiq berada di tempat ia biasa menghabiskan waktunya untuk beribadah. Sampai kemudian, Ibrahim ibn Adham mendatanginya. Ibrahim ibn Adham ini juga merupakan orang yang kaya raya, dia juga berasal dari daerah Balakh, bagian dari wilayah Khurasan. Ibrahim ini juga memilih menjalani hidup zuhud.
"Kenapa engkau memilih hidup seperti ini?" tanya Ibrahim.

Syaqiq lalu menceritakan perihal burung itu, burung yang ditunjukkan kepadanya seolah untuk memberikan ilham.
"Burung itu tak lagi punya sayap yang sempurna, namun ia tetap bisa mendapatkan makanan," kata Syaqiq.

"Dia yang memberi rezeki untuk burung yang memiliki sayap tak sempurna itu dan Dia pula yang akan memberikan rezeki untukku. Burung itu telah mengajariku bertawakal. Maka, waktuku akan kuhabiskan untuk beribdah kepada Allah SWT," lanjut Syaqiq.

"Syaqiq, kenapa engkau memilih burung dengan sayap tak sempurna, yang hanya bisa menengadahkan paruhnya untuk mendapatkan makanan? Kenapa engkau tidak memilih menjadi burng dengan sayap yang sempurna agar engkau mampu mencari rezeki sendiri bahkan membantu yang lain untuk mendapatkan rezekinya?" kata Ibrahim.
Hati Syaqiq terhujam untuk kedua kalinya. Syaqiq segera saja meraih tangah Ibrahim seraya berkata,
"Engkaulah guruku," kata Syaqiq seraya menciumi tangan Ibrahim berkali-kali.''


Sumber:

Sang Rasulullah SAW Membelah Bulan


Kisahnya.
Jumlah orang-orang mukmin terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Sementara itu, orang-orang jahat tidak juga menghentikan kekejaman mereka. Mereka bahkan terus menantang Rasulullah SAW.

Pada suatu hari, orang-orang kafir kembali mengelilingi Rasulullah SAW. Mereka punya rencana baru untuk menyudutkan beliau. Mereka meminta Rasul SAW melakukan sesuatu yang menurut mereka mustahil untuk dilakukan. Nanti saat melihat beliau tidak bisa melakukannya, mereka akan mengolok-olok beliau.

Dengan pemikiran seperti itu, mereka berkata,
"Kalau engkau memang seorang nabi, tunjukkan mukjizat kepada kamu. Misalnya, belahlah bulan purnama di atas kepala kita menjadi dua. Letakkan yang sebelah di atas gunung ini dan sebelah lagi di atas gunung itu," kata orang-orang kafir.
"Kalau aku dapat melakukannya apakah kalian akan percaya padaku?" tanya Rasul SAW.

Bulan Terbelah Menjadi Dua.
Allah Yang Maha Tinggi memberikan kekuasaan kepada Rasulullah SAW untuk menunjukkan mukjizat seperti yang telah Dia berikan kepada nabi-nabinya terdahulu. Jika Rasulullah SAW mau, beliau bisa berdoa kepada Allah SWT dan atas izin-Nya, banyak peristiwa luar biasa yang akan terjadi. Namun, beliau ingin agar orang-orang berfikir dan menemukan jalan yang benar dengan pikiran mereka sendiri.

Saat itu, Rasulullah SAW yang terlihat semakin rupawan di bawah sinar rembulan, terlebih dahulu berdoa agar orang-orang sesat itu menemukan jalan yang benar. Kemudian beliau mengarahkan telunjuknya ke bulan. Sinar perak dengan cahaya bintang terlihat membentang diatas mereka. Rasulullah SAW membuat garis dari bagian atas bulan hingga ke bawah. 

Kala itu, tak seorang pun terlihat percaya atau memperhatikan secara penuh apa yang sedang terjadi. Setelah ditunjuk oleh Rasul SAW, bulan pun terbelah menjadi dua.
Subhanallah.....Sungguh luar biasa.

Setengah dari bulan itu berada di atas gunung yang satu dan setengahnya lagi di atas gunung yang lainnya. Allah Maha Besar. Allah Maha Tinggi sudah membelah bulan untuk Nabi kesayangan-Nya itu.

Nabi pun berulang-ulang mengatakan kepada orang-orang kafir,
"Saksikanlah!!, Saksikanlah!!!."
Orang kafir pun terbelalak.
Mereka tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereka saling pandang setelah mengetahui hal itu. Bibir Rasulullah SAW terus menerus berzikir, bersyukur kepada Allah SWT yang sudah memberikan mukjizat itu. Saat kedua bagian bulan itu kembali menyatu, orang-orang kafir sangat terkejut dan takut.
Mereka hanya berkata,
"Ini Sihir !!!, Ini Sihir !!!"

Kesaksian Seorang Musafir.
Pagi hari setelah kejadian itu, negeri Makkah gempar.

Semua orang membicarakan peristiwa ajaib tadi malam. Saat kaum muslim membicarakan keindahan peristiwa itu, orang-orang kafir malah mengatakan bahwa yang mereka lihat tadi malam adalah tidak nyata.

beberapa orang di antara mereka berkata,
"Kita bilang saja kepadanya kalau dia hanya menunjukkan sihir kepada kita."
Orang-orang kafir mengetahui bahwa pengaruh sihir itu tidak akan sampai jauh pengaruhnya. Jadi mereka pun memutuskan untuk bertanya kepada musafir yang datang dari jauh,apakah mereka juga melihat peristiwa bulan terbelah tadi malam.
Mereka pun menunggu datangnya para musafir.

Begitu para musafir datang, para orang kafir langsung mendekati mereka dan bertanya apakah mereka juga melihat bulan terbelah menjadi dua tadi malam. Ternyata mereka juga melihat bulan terbelah menjadi dua kemudian menyatu kembali. Dengan semangat, para musafir itu menceritakan secara terperinci apa yang mereka lihat tadi malam. 

Meskipun mereka sudah mendengar kesaksian para musafir, namun tetap saja orang-orang kafir tidak percaya.
mereka mengatakan,
"Sihir Muhammad bahkan sudah mencapai langit," kata orang-orang kafir.
Orang-orang kafir itu telah dikunci mata hatinya, meskipun sudah melihat hal yang benar-benar nyata, masih saja dia berpaling, mungkir.

Dan inilah hebatnya Rasulullah SAW, Beliau tidak pernah sombong, bahkan selalu bersyukur atas mukjizat yan terjadi, beliau tetap penuh kasih, tetap medoakan agarorang-orang kafir itu tidak keras kepala dan bersedia mengikuti ajaran yang beliau sampaikan.

Sumber:

Kisah Pemuda Sedekah Seluruh Harta


Subhanallah...
Sungguh luar biasa yang telah terjadi.
Karena mendengar lantunan ayat Al Qur'an, seorang pemuda akhirnya menyerahkan semua hartanya dan ia berjanji hidup di jalan Allah untuk meraih surga. Bidadari surga pun telah menantinya sebelum dia wafat.



Kisahnya.
Pada suatu hari, Al Yafi'i dari Syeikh Abdul Wahid bin Zahid, seorang ulama besar mengatakan kepada santri-santrinya ketika dirinya akan bersiap-siap hendak berangkat jihad. Ia meminta ke beberapa temannya untuk melantunkan ayat suci Al Qur'an,
"Wahai sahabat, tolonglah bacakan sebuah ayat suci Al Qur'an," pinta Abdul Wahid panggilan akrab ulama ini.

Permintaan sang ulama ini membuat orang-orang yang akan pergi menuju medan perang diam sejenak. Namun ada salah seorang laki-laki setengah baya tampil ke depan. Kemudian laki-laki yang berbaju putih itu membaca Surat At Taubah ayat 111,

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ 

Artinya:
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.

Setelah ayat tersebut dilantunkan, semua yang hadir tidak bisa bicara. Mereka merenungkan bunyi ayat suci tersebut. Kemudian, ada seorang anak muda berusia sekitar 15 tahun, bangkit dari tempat duduknya. Pemuda ini baru saja mendapat warisan yang cukup banyak dari orang tuanya, apalagi ia adalah anak tunggal.
Pemuda ini bernama Mahmud, yang mendapat wairsan karena beberapa hari yang lalu ayahnya baru saja meninggal dunia.

Setelah berdiri, pemuda iniberkata,
"Wahai Wahid, benarkah Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan surga?"
Mendapat pertanyaan dari seorang pemuda yang muda belia ini, Wahid geleng-geleng kepala hampir tidak percaya. Lalu Wahid menjawab,
"Ya, benar, anak muda."
Jawaban dari Wahid ini membuat pemuda ini senang,
"Kalau begitu, saksikanlah, diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan surga."

Berperang.
Anak muda itu kemudian mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi perjuangan agama Islam. Hanya kuda dan pedangnya saja yang tidak diberikan untuk diamalkan. Dalam perjalanan ke medan perang, pemuda ini diperhatikan oleh Wahid. Pada siang hari, ia rajin berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah.
"Pemuda ini selalu melakukan shalat malam, dia juga rajin mengurus unta-unta dan kuda tunggangan pasukan, serta sering menjaga kami bila sedang tidur," tutur Wahid pelan.

Ketika sampai di daerah Romawi dan ketika Wahid sedang mengatur siasat pertempuran, tiba-tiba anak muda itu maju ke depan dan berteriak,
"Wahai, sahabatku, mari kita maju menghadapi musuh. Aku ingin segera bertemu dengan Ainul Mardhiyah."
Wahid menduga, pemuda ini mulai ragu dan pikirannya kacau. Ia kasihan sekali, karena itulah ia mendekatinya,
"Siapakah Ainul Mardiyah itu?" tanya Wahid.
Nampaknyta pemuda itu menjawab dengan tenangnya,
"Tadi ketika aku sedang kantuk, selintas aku bermimpi. Seseorang datang kepadaku seraya berkata,
"Pergilah kepada Ainul Mardiyah."

Kemudian ia meneruskan perkataannya,
"Ia juga mengajakku memasuki taman yang dibawahnya terdapat sungai dengan air yang jernih dan di pinggirnya nampak para bidadari duduk berhias dengan mengenakan perhiasan-perhiasan yang indah.

Manakala melihat kedatanganku, mereka bergembira seraya berkata,
"Inilah suami Ainul Mardiyah."

Bidadari cantik.
Bidarari-bidadari nampaknya senang sekali bertemu dengan Mahmud, ternyata bidadari itu adalah pembantu Ainul Mardiyah. Bidadari pembantu itu menyuruh Mahmud meneruskan langkahnya. Di pintu kemah terdapat seorang bidadari yang sewaktu melihat kehadiranku dia nampak sangat gembira dan memanggil-manggil yang ada di dalam,
"Hai Ainul Mardiyah, ini suamimu datang."

Perkataan bidadari itulah yang membuat hatiku berdebar-debar. Setelah itu, aku mendekati pintu yang di dalam ruangan itu ada wanita yang bernama Ainul Mardiyah. Lalu aku memberi salam kepadanya. Setelah menjawab salam, aku dipersilahkan masuk. Aku lihat bidadari yang sangat cantik duduk di atas sofa emas yang ditaburi permata dan yaqut.

Kemudian aku dekati dia. Tapi Ainul Mardiyah itu menyuruh untuk tidak mendekat. Waktu mendekat, dia berkata,
"Bersabarlah, kamu belum diijinkan lebih dekat kepadaku, karena ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu."


Mahmud melanjutkankisah mimpinya,
"Lalu aku terbangun. Aku tidak sabar lagi menanti terlalu lama."

Belum lagi percakapan mereka selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh terdiri dari sembilan orang menyerbu. Pemuda itu segera bangkit dan melabrak mereka. Anak muda ini bagaikan singa kelaparan. Ia menerjang musuh dengan gagah beraninya sambil mengucap takbir tiga kali,  
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar."

Selesai pertempuran, anak muda itu terlihat penuh luka di tubuhnya dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum gembira, hingga ruhnya berpisah dari badannya untuk meninggalkan dunia.

Rela Berkorban Demi Saudara



Al Barra' bin Malik adalah seorang yang gagah pemberani. Ia bahkan rela mati dan tersiksa demi menyelamatkan saudaranya. Ia juga sangat merindukan mati di dalam peperangan membela Islam.

Kisahnya.
Dia adalah saudara Anas bin Malik, namanya Al Barra' bin Malik. Dia adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang juga menjadi pahlawan perang. Walaupun bertubuh kerempeng alias kurus dan berkulit legam, namun ia mampu menewaskan ratusan orang musyrik dalam pertandingan satu lawan satu.

Dalam Perang Yamamah, perang melawan pasukan Musilamah Al Kadzdzab pada masa pemerintatahan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, Al Barra' bin Malik menunjukkan kepahlawanannya. Ketika panglima perang Khalid bin Walid melihat pertempuran kian berkobar, ia berpaling kepada Al Barra' seraya berseru,
"Wahai Al Barra', kerahkan kaum Anshar!".
Saat itu juga Al Barra' berteriak memanggil kaumnya,
"Wahai kaum Anshar, kalian jangan berpikir kembali ke Madinah! Tidak ada lagi Madinah setelah hari ini. Ingatlah Allah, Ingatlah surga!".
Setelah berkata demikian, dia maju mendesak kaum musyrikin diikuti prajurit Anshar. Pedangnya berkelebat menebas musuh-musuh Allah yang datang mendekat.

Mengalami Luka-Luka.
Melihat prajuritnya berguguran, Musailamah dan kawan-kawannya menjadi gentar. Mereka lari tunggang langgang dan berlinding disebuah benteng yang terkenal dalam sejarah dengan nama Kebun Maut.
Kebun Maut adalah benteng terakhir bagi Musailamah dan pasukannya. Pagarnya tinggi dan kokoh. Sang pendusta dan pengikutnya mengunci gerbang benteng rapat-rapat dari dalam. Dari puncak benteng, mereka menghujani kaum muslimin yang mencoba masuk dengan panah.

Menghadapi keadaan yang demikian, kaum muslimin sempat kebingungan. Dalam benak Al Barra' muncul ide. Ia pun berteriak,
"Angkat tubuhku dengan galah dan lindungi dengan perisai dari panah-panah musuh. Lalu leparkan aku ke dalam benteng musuh, biarkanlah aku mati syahid untuk membukakan pintu, agar kalian bisa menerobos masuk."
Dalam sekejap, tubuh kerempeng Al Barra' telah dilemparkan ke dalam benteng. Begitu mendarat di benteng bagian dalam, ia langsung membuka pintu gerbang. Kaum muslimin pun banjir menerobos masuk, pedang mereka berkelebat menyambar tubuh dan kepala musuh. Lebih dari 20 ribu orang murtad tewas, termasuk pimpinan mereka, Musilamah Al Kadzdzab.

Berdoa Mati Syahid.
Sebenarnya Al Barra' bin Malik sangat merindukan mati syahid. Dia kecewa karena gagal memperolehnya di Kebun Maut. Sejak itu ia selalu menceburkan diri ke kancahpeperangan. Ia sangat rindu bertemu Rasulullah SAW.
Tatkala Perang Tustar melawan Persia berlangsung, Al Barra' bin Malik tidak mau ketinggalan. Kala itu pasukan musuh terdesak dan berlindung di sebuah benteng yang kokoh dan kuat. Temboknya tinggi besar, namun kaum muslimin mengepunng benteng tersebut dengan ketat.

Dalam keadaan demikian, pasukan Persia menggunakan berbagai car untuk menaklukkan kaum muslimin. Mereka menggunakan pengait-pengait yang diikatkan ke ujung antai besi yang dipanaskan. Rantai tersebut mereka lemparkan kepada kaum muslimin sehingga sebagian dari mereka tersambar pengait panas itu.
Banyak pasukan islam yang tersambar pengait, diantaranya adalah Anas bin Malik, saudara Al Barra' bin Malik. Selama beberapa saat, Anas tidak mampu melepaskan diri dari besi panas yang mengaitnya. Melihat hal itu, Al Barra' bin Malik segera melompat ke dinding benteng dan melepaskan pengait dari tubuh saudaranya.

Tangan Al Barra' bin Malik otomatis melepuh dan terbakar karena memegang pengait yang panas membara. Namun demikian ia tidak mempedulikannya, yang penting baginya adalah keselamatan saudaranya. Akhirnya ia berhasil menyelamatkan Anas walaupun kedua telapak tangannya lepas. Daging kedua lengannya melepuh dan hanya tinggal kerangka.
Sungguh pengorbanan yang luar biasa dahsyatnya.
Dalam Perang Tustar ini juga, Al Barra' bin Malik memohon kepada Allah SWT agar gugur sebagai syahid. Doanya dikabulkan, ia pun gugur sebagai syahid dengan wajah tersenyum bahagia.
(Sampai menetes air mata kala mendengar kata "Sangat rindu bertemu Rasulullah SAW" . Selamat Al Barra' doamu dikabulkan Allah SWT berkat sabar dan semangat yang membara).

Meninggalnya Makmum Sholat



Kematian memang menjadi rahasia Allah SWT. Jika disuruh memilih, semua orang pasti memilih mati dalam kondisi Khusnul Khatimah, akhir yang baik.
Seperti yang dialami oleh sahabat Amir bin Abdillah bin Zubair, ia menghembuskan nafas terakhirnya pada saat menjadi makmum shalat.

Kisahnya.
Dalam kitab Taarikh Al-Islaam disebutkan bahwa Mush'ab bin Abdillah bercerita tentang Amir bin Abdillah bin Zubair, yang merupakan pemuda yang ahli ibadah. Betapa tidak, setiap kali terdengar kumandang azan, dirinya langsung meninggalkan semua pekerjaan saat itu dan bergegas menuju masjid untuk menunaikan ibadah shalat berjamaah.

Bahkan, dalam kondisi sakit parah sekalipun, dirinya masih istikhamah untuk menjalankan shalat secara berjamaah di masjid terdekat. Amir lebih senang menunaikan shalat secara berjamaah dibandingkan harus menjalankannya seorang diri di rumah karena nilai pahalanya lebih sedikit bila di rumah.

Terserang Penyakit.
Sungguh sikapnya ini patut dijadikan teladan bagi setiap pemuda yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Seperti halnya pemuda lain di tempat tinggalnya, Amir pun juga seorang pemuda yang mempunyai cita-cita untuk membahagiakan kedua orang tuanya.
Oleh karena itu, selain belajar, dirinya pun mendapat pelajaran banyak dari cara berdagang yang dilakukan oleh orang tuanya.

Hanya saja, perjalanan kehidupan Amir tak sebahagia yang dibayangkan.
Dalam usia yang masih cukup muda, dirinya sudah terserang suatu penyakit yang cukup aneh. Bahkan penyakit itu membuatnya tak mampu menjalankan rutinitasnya sehari-hari. Amir pun tergolek lemah tak berdaya di atas tempat tidurnya.

Namun demikian, semangat ibadah Amir pantas diacungi jempol dan patutu dicontoh.
Dalam kondisi sedang sakit yang sangat parah, ia yang mendengar muazin mengumandangkan azan utnuk shalat maghrib langsung meminta untuk dibawa ke masjid.
"Pegang tanganku dan antarkan aku menuju masjid," ujar Amir kepada sahabatnya.
"Wahai Amir, engkau dalam kondisi sakit, shalatlah di rumah saja," kata sahabatnya.
"Aku mendengar muazin mengumandangkan azan, sedangkan aku tidak menjawab panggilan-Nya? pegang tanganku dan antarkan aku ke masjid," tutur Amir.

Shalat Maghrib Berjamaah.
"Allah SWT pasti tahu akan keadaanmu saat ini dan memakluminya, shalatlah di rumah saja sehingga engkau tak perlu berjalan jauh ke masjid," kata sahabatnya lagi.

Namun Amir bersikeras meminta diantarkan ke masjid. Maka sahabatnya pun memapahnya ke masjid, kemudian Amir shalat maghrib bersama imam secara berjamaah.
Tak lama berselang, setelah satu rakaat, Amir menghembuskan nafas terakhirnya lalu meninggal dunia dalam keadaan suci.

Seusai shalat, para jamaah saling berebut untuk memuliakan jenazah Amir. Mereka sungguh sangat mengagumi keistikhamahan Amir untuk melakukan shalat berjamaah meskipun dalam kondisi sakit sekalipun.

Amir merupakan seorang alim dan senantiasa mengisi kehidupannya dengan beribadah sesegera mungkin. Bahkan dalam kondisi sekarat tetap ingin segera bisa shalat berjamaah.
Subhanallah...

Jenazah Yang Mengaji

Kisah yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar. Dulu mungkin kita sering mendengar cerita ini melalui media radio yang diceritakan oleh Da'i Sejuta Umat, Ustad kondang, Almarhum KH Zainuddin MZ.
Sungguh luar biasa, jenazah bisa mengaji.
Itulah yang terjadi pada kematian Sa'id bin Jubair. Setelah dia divonis mati oleh penguasa zalim dan kepalanya dipenggal, dengan izin Allah SWT mulutnya tetap bisa mengaji, menyebut Asma Allah.



Kisahnya.
Dalam kitab At-Tahrim disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Bani Umayyah ada seorang wakil gubernur yang zalim bernama Hajjaj bin Yusuf. Selama berkuasa, Hajjaj justru menghukum orang yang membela kebenaran, bahkan ia telah memfitnah seorang ulama bernama Sa'id bin Jubair sebagai pemberontak. Akhirnya ia menyuruh pengawalnya untuk menangkap Sa'id.

Setelah beberapa hari dalam pencarian, akhirnya Sa'id dapat ditemukan dan dibawa ke Baghdad untuk dihadapkan kepada penguasa yang lalim itu. Setibanya di istana, terjadi dialog antara Sa'id bin Jubair dan Hajjaj bin Yusuf.

"Siapa nama Anda?" tanya Hajjaj.
"Sa'id bin Jubair (yang bahagia anak orang yang teguh)," jawab Sa'id.
"Tidak, nama yang layak untukmu adalah Syaqiy bin Kusair (Si celaka anak si pecah)," hardik wakil gubernur zalim itu.

"Wahai penguasa, yang memberi nama adalah orang tua, Anda tidak berhak mengubahnya," protes Sa'id.
"Kalau begitu, celakalah kamu dan ibu bapakmu yang memberi nama seperti itu, kamu semua pengkhianat dan wajib dihukum pancung," kata Hajjaj yang mulai terpancing emosi.

"Saya bukan pengkhianat, Anda tidak dapat mencela seperti itu, hanya Allah Yang Maha Kuasa," ujar Sa'id.
"Diam..!! jangan banyak bicara, sekarang ini juga aku akan mengirimmu ke neraka," bentak Hajjaj dengan marah.
"Jika saya tahu bahwa Anda berkuasa menentukan tempatku di akhirat, maka tentu sejak dari dulu saya menyembah Anda," tegas Sa'id.

Penguasa Zalim.
Pernyataan Sa'id membuat Hajjaj makin geram. Lalu Hajjaj menyuruh salah seorang prajuritnya supaya mengeluarkan permata dan mutiara untuk diletakkan di hadapan Sa'id.
"Apakah kamu sudi meminta ampunanku dan menerima permata itu?" kata Hajjaj.
"Tidak, saya hanya mau meminta ampunan kepada Allah, tidak kepada Anda, harta itu tidak dapat menyelamatkan diri Anda dari dahsyatnya hari kiamat," kata Sa'id.

Karena kesal tidak dapat membujuk Sa'id, akhirnya Hajjaj memanggil beberapa pengawal. Hajjaj menyuruh untuk membawa dan membunuh Sa'id. Para pengawal dengan sigap memenuhi titah Hajjaj. Namun ketika mendekati pintu, Sa'id tersenyum. Seorang pengawal memberitahukan hal itu kepada Hajjaj.
"Mengapa kamu tersenyum?" tanya Hajjaj."
"Saya tersenyum karena heran melihat Anda yang berani melawan Allah," ujar Sa'id.

Selanjutnya para prajurit sibuk meyiapkan pedang, hamparan kulit kerbau yang biasa digunakan untuk menampung darah dan bangkai orang yang dihukum pancung di hadapan khalayak ramai.
Sa'id dipegang kuat-kuat, namun ia tidak melawan, malahan dengan tenang ia hadapkan wajahnya ke langit, sedangkan bibirnya tidak henti-hentinya meyebut Asma Allah.

Melihat demikian, Hajjaj semakin geram.
"Tundukkan dan tekan kepalanya," katanya.


Mati Khusnul Khatimah.

Sa'id tidak peduli lagi dengan ocehan Hajjaj. Ketika ia memalingkan wajahnya ke kiblat, Hajjaj menyuruh para pengawal untuk memutar wajahnya sehingga membelakangi kiblat.
Kendati demikian, ia masih saja membaca ayat Al Qur'an,

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ 

Artinya,
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[1]. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui."

Makna [1].
Disitulah wajah Allah, maksudnya kekuasaan Allah meliputi seluruh alam, sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
(QS. Al Baqarah: 115).

"Cepat potong lehernya," teriak Hajjaj.
Pedang itupun dengan cepat memotong lehernya, dan Sa'id meninggal dunia setelah mengucap dua kalimat syahadat.
Namun ada sebuah kejadian aneh tatkala kepala Sa'id terpisah dari badannya. Semua yang hadir tercengang karena menyaksikan kepala Sa'id yang terpisah dari badannya tersebut masih sempat menyebut Asma Allah dengan senyuman yang mengejek dunia.
سبحا ن الله

Beberapa hari kemudian, Hajjaj semakin tersiksa batinnya dan mengalami penyakit gila. Dan tak lama kemudian pula, Hajjaj pun mati.

Kisah Anak Muslim Pertama


Di antara sekian anak yang pertama masuk islam adalah Ali bin Abi Thalib dan Zaid.
Sungguh beruntung kedua anak itu. Mereka bisa tingal di rumah Nabi Muhammad SAW, seorang manusia yang selalu dipuji baik di langit maupun di bumi. Tak semua orang bisa seberuntung mereka.

Anak pertama yang masuk islam adalah Ali, kemudian diikuti oleh Zaid. Mereka menikmati kebahagiaan menjadi anak-anak muslim pertama, mempelajari islam, ajaran terbaik yang paling indah langsung bersama Rasulullah SAW. 
Ali tidak pernah terpisah dari Rasulullah SAW meski hanya sebentar. Ali selalu mengikuti kemana saja Rasulullah SAW pergi, bahkan ke gunung dan ke padang pasir.
Mereka selalu shalat bersama, Ali terlihat begitu bahagia dengan apa yang dia lakukan bersama Rasulullah SAW.

Berita tentang perubahan sikap Ali semenjak dekat dengan Nabi Muhammad SAW terdengar ibunya. Ibu Ali mendengar jika putranya itu tidak pernah terpisah dari Rasulullah SAW, shalat bersama dan sebagainya.
Karena tidak tahu seperti apa ajaran islam, ibu Ali pun menjadi khawatir (hal yang lumrah bila seorang ibu khawatir karena belum mengetahui apakah diajari kebenaran atau sebaliknya).

Hingga suatu hari, ia berkata kepada suaminya, Abu Thalib,
"Berhati-hatilah! Anakmu kurasa sudah menghabiskan terlalu banyak waktu bersama Muhammad. Aku takut sesuatu yang membahayakan akan terjadi padanya," ujar Ibu Ali.
Abu Thalib memang tipe orang yang tidak suka menilai seseorang dari satu sisi saja, ia pun tak suka mendengarkan penjelasan dari satu pihak. Abu Thalib pun berusaha mencari kebenarannya dengan caranya sendiri.

Untuk itu, tanpa sepengetahuan istrinya, ia selalu pergi meninggalkan rumah untuk mengetahui apa yang terjadi. Ia pun mencari tahu dimana keponakan dan putranya itu berada.

Dukungan Orang Tua.
Setelah mendapat informasi tentang keberadaan Rasulullah SAW dan anaknya, Abu Thalib pun kemudian pergi ke sana. Ternyata keponakan dan anaknya sedang shalat bersama di sebuah lembah di luar kota Makkah. Abu Thalib mengawasinya dari kejauhan, ia pun mengamati mereka beberapa lama.
Setelah Rasulullah SAW dan Ali selesai menjalankan shalat, Abu Thalib pun mendekati mereka.

Abu Thalib menyapa Nabi Muhammad SAW dan bertanya,
"Muhammad, ajaran apakah yang kau jalankan ini?"
Seperti biasa, Rasulullah SAW mengatakan dengan jujur tentang ajaran yang sedang Beliau anut,
"Paman, ini adalah ajaran yang paling indah, Islam namanya. Kau ada dalam daftar teratas orang yang akan aku ajak masuk Islam. Kau berhak memeluk Islam melebihi dari siapa pun. Berhentilah menyembah berhala dan berdoalah kepada Allah Yang Esa."

Abu Thalib paham betul dengan karakter dan watak keponakannya itu. Muhammad dari kecil terkenal jujur dan tak akan pernah berbohong. Abu Thalib diam sejenak, memikirkan apa yang diucapkan Rasulullah SAW.
"Apa yang akan dikatakan orang-orang kalau aku, seorang pemuka di Makkah melakukan apa yang diminta keponakannya?" bisiknya dalam hati.

Karena khawatir pendapat orang-orang tentangnya, Abu Thalib berkata,
"Aku tidak bisa meninggalkan ajaran amaku. Tapi, kamu teruskan saja menjalankan ajaran barumu. Aku bersumpah, selama aku masih hidup, tidak akan ada orang yang bisa menyakitimu," kata Abu Thalib.
Kemudian ia berpaling kepada anaknya,
"Anakku, bagaimana pendapatmu?"

"Ayah..," kata Ali.
"Aku sudah beriman kepada Allah dan Rasul yang diutus-Nya. Aku sudah menjadi pengikut Muhammad SAW, aku pun sudah shalat bersamanya," kata Ali.
"Memang itulah yang tepat untuk kau lakukan, anakku," kata Abu Thalib.
"Ia akan mengajakmu kepada kebaikan. Lakukan semua yang dikatakannya kepadamu dan jangan pernah meninggalkannya," tambahnya.
Akhirnya Ali pun merasa lega mendengar perkataan ayahnya. Sekarang Ali benar-benar merasa tenang dan tanpa rasa takut lagi kalau diketahui oleh orang tuanya.

Sumber:

Nabi Sulaiman AS (King Solomon) Menangkap Iblis



Nabi Sulaiman a.s pernah mengkap Iblis dan memenjaraknnya selama beberapa hari, namuk kemudian dilepaskan lagi karena mendapat teguran Allah SWT dan karena banyak rakyatnya mengeluh karena kelaparan.

Seperti banyak diketahui, bahwa Nabi Sulaiman memiliki kerajaan yang besar sekali, wilayah kekuasaannya sangat luas dan banyak musuh yang tunduk kepadanya dari berbagai golongan, dari golongan manusia, binatang, jin dan bahkan iblis pun tunduk pula kepadanya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Sulaiman a.s memohon kepada Allah SWT,
"Ya Allah, Engkau telah menundukkan kepadaku manusia, jin, binatang buas, burung-burung dan para malaikat. Ya Allah, aku ingin menangkap iblis dan memenjarakannya, merantai dan mengikatnya, sehingga manusia tidak berbuat dosa dan maksiat lagi.
Allah SWT kemudian mewahyukan kepada Sulaiman a.s,"
Wahai Sulaiman, tidak ada kebaikannya jika iblis ditangkap."

Nabi Sulaiman a.s tetap memohon,
"Ya Allah, keberadaan makhluk terkutuk itu tidak memiliki kebaikan di dalamnya."
Allah berfirman,
"Jika iblis tidak ada, maka banyak pekerjaan manusia yang akan ditinggalkan."

Nabi Sulaiman Memenjarakan Iblis.
Nabi Sulaiman berkata,
"Ya Allah, aku ingin menangkap iblis selama beberapa hari saja."
Allah SWT berfirman,
"Bismillah, tangkaplah iblis."

Kemudian Nabi Sulaiman a.s menangkap iblis dan merantai serta memenjarakannya. Nabi Sulaiman tampak puas setelah memenjarakan iblis laknatullah itu.
Sementara itu, Nabi Sulaiman a.s merajut tas untuk dijual ke pasar setiap harinya.
Beliau memang memiliki kerajaan yang sangat besar, namun untuk keperluan makan, Beliau mencari sendiri dari hasil jerih payahnya.

Suatu hari, Beliau pergi ke pasar untuk menjual tas hasil rajutannya, karena dari hasil penjualan tas itu bisa dibelikan gandum untuk dibuat roti sebagai makanan hari itu juga.
Padahal dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa dapur kerjaan Nabi Sulaiman telah dimasak 4000 unta, 5000 sapi dan 6000 kambing. Meski demikian, Nabi Sulaiman a.s tetap menjual tas dan menjualnya ke pasar untuk mencari makan.

Keesokan harinya, Nabi Sulaiman a.s mengutus anak buahnya untuk menjual tasnya ke pasar, namun mereka melihat pasar itu tutup dan tak ada yang berdagang sama sekali. Akhirnya mereka kembali pulang dengan tangan hampa sekaligus mengabarkan hal ini kepada Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman bertanya,
"Apa yang terjadi?"
Mereka menjawab,
"Kami tidak tahu."
Pada hari berikutnya sama saja, anak buahnya membawa kabar bahwa pasar telah tutup dan semua orang pergi ke makam, sibuk menangis dan meratap. Semua orang siap-siap melakukan perjalanan ke akhirat.

Iblis Dilepaskan. 
Nabi SUlaiman a.s bertanya kepada Allah SWT,
"Ya Allah, apa sebenarnya yang telah terjadi? Mengapa orang-orang tidak bekerja mencari makan?"
Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Sulaiman a.s,
"Wahai Sulaiman, engkau telah menangkap iblis itu, sehingga akibatnya manusia tidak ada gairah lagi untuk mencari nafkah. Bukankah sebelumnya telah Aku katakan kepadamu bahwa menagkap iblis itu tidak mendatangkan kebaikan?"

Mendengar wahyu Allah SWT tersebut, Nabi Sulaiman a.s segera membebaskan iblis. Keesokan harinya, orang-orang sudah terlihat seperti biasanya lagi, pergi ke pasar dan mencari nafkah. Mereka sibuk bekerja dan mencari nafkah. 
Jadi, jika iblis tidak ada, pekerjaan manusia akan kacau balau.
(Bukankan Pasar adalah "masjid" Iblis sebagaimana percakapan Iblis dengan Rasulullah SAW)

Sumber:

Asal Mula Syahadat


Dalam rukun Islam, kalimat syahadat ini berada pada urutan pertama. Di dalam Al Qur'an surat AliImran ayat 18 disebutkan bahwa sebab turunnya ayat (Asbabul Nuzul), dimana dua orang ahli kitab yang akhirnya beriman kepada Allah SWT setelah bertemu dengan Rasulullah SAW yang mengajarkan kalimat syahadat kepada mereka .




Berikut Kisahnya.
Pada saat Rasulullah SAW sudah berhijrah dan tinggal di Madinah, Islam berkembang dengan cepat. Banyak orang jahiliyah yang kemudian masuk islam begitu tersentuh dengan dakwah Islam Rasulullah SAW.

Nama besar Rasulullah SAW di Madinah dengan cepat dikenal oleh banyak orang. Bahkan dua orang ahli kitab yang berasal dari negeri Syam sengaja datang ke Madinah untuk bertemu dengan Rasulullah SAW. Kedatangan dua ahli kitab itu karena penasaran terhadap isi al kitab yang mereka pelajari, menyebutkan bahwa di kota itu telah datang seorang nabi akhir zaman. Tentu saja informasi itu membuat keduanya penasaran dan ingin segera membuktikannya.

Dua Ahli Kitab.
Berbekal ciri-ciri yang mereka ketahui tentang Nabi Muhammad SAW yang disebut-sebut sebagai nabi akhir zaman dan mereka berkeliling kota Madinah.
Mereka tidak segan menanyakan keberadaan Nabi Muhammad SAW kepada setiap orang yang mereka jumpai.

Mereka pun meperhatikan setiap orang yang berpapasan dengan mereka. Siapa tahu diantara mereka yang ditemui adalah Nabi Muhammad SAW.

Setelah lama berkeliling dan bertanya kepada setiap orang, akhirnya mereka bertemu dengan Rasulullah SAW.
Dengan pandangan yang menyelidik, ditatapnya Rasulullah SAW dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Apakah engkau yang bernama Muhammad?" tanya salah satu ahli kitab itu.
Rasulullah SAW mengangguk.
"Apakah engkau yang benar-benar bernama Ahmad?" tanya ahli kitab lainnya, seolah tak percaya dengan orang yang berada di depannya.

Rasulullah SAW pun kembali mengiyakan.

Kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya oleh dua orang ahli kitab itu untuk menanyakan hal-hal yang ingin mereka ketahui.
"Wahai Muhammad, kami ingin mengetahui sesuatu tentang kalimat syahadat, apakah engkau bisa menjelaskannya dengan baik dan hati kami tergugah karenanya, kami akan beriman dan mengikuti semua perintah dan ajakan engkau," kata mereka.


"Apa sebenarnya yang ingin kalian ketahui?" ujar Rasulullah.
"Kesaksian apakah yang paling hebat dalam Al Qur'an?" tanya mereka lagi.
Kedua ahli kitab itu bukan orang sembarangan. Mereka sudah mempelajari banyak kitab suci yang diturunkan sebelum Al Qur'an seperti kitab Zabur, Taurat dan Injil.

Turun Ayat.
Pada saat itulah, Allah SWT menurunkan ayat Al Qur'an di Surat Ali Imran seperti berikut ini. 

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ 

Artinya:
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu( juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(QS. Ali Imran: 18)

Melalui ayat itulah kedua ahli kitab itu disadarkan atas keagungan dan kebesaran Allah SWT. Firman Allah SWT yang disampaikan oelh Rasulullah SAW tersebut begitu menyentuh keimanan mereka. Meskipun singkat, mereka merasakan kebenaran atas ayat tersebut.

Luluhlah hati mereka, sehingga tanpa keraguan lagi mereka akhirnya mengucapkan kalimat syahadat sebagai pengakuan atas keesaan Allah SWT dan penunjukan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya.

Seluruh nabi yang dipilih oelh Allah SWT sama-sama menyerukan kalimat syahadat untuk mengajak seluruh umatnya mempercayai keesaan Allah SWT dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.

Oleh karena itu, kalimat syahadat ditempatkan pada urutan pertama dalam rukun Islam. Setelah meyakini keesaan Allah SWT dan meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, rukun islam dilanjutkan dengan shalata, puasa, zakat dan ibadah haji bagi yang mampu ke Baitullah.


Sumber:

27 Jul 2013

Manusia Terkuat Sepanjang Sejarah Dan Raja India



Raja Malabar India di masa lalu menyaksikan Bulan Terbelah Menjadi Dua

India Map Setelah kita menyadari bahwa terdapat sesuatu yang aneh pada Bulan, seperti yang telah diterangkan pada artikel sebelumnya. Kemudian terdapat informasi bahwa Nabi Muhammad, di Klaim oleh kitab suci al-Quran, bahwa dialah yang bertanggung jawab atas terbelahnya bulan di masa lalu. Munculah suatu pertanyaan, “Apakah hal ini sungguh-sungguh terjadi ?”.

Kepercayaan yang paling logis saat ini adalah mempercayai apa yang dilihat. Seperti kita ketahui bahwa mata hanyalah alat untuk melihat, sedangkan yang melihat itu sendiri adalah otak kita. Untuk melihat struktur atom tidak mungkin dilakukan oleh mata telanjang, kita menggunakan banyak percobaaan dan analisa bertahun-tahun, sehingga pada akhirnya memiliki struktur gambar lengkap dari sebuah atom. Itu adalah cara untuk melihat sesuatu yang dengan benar. Bagaimana cara melihat bahwa Bulan pernah Terbelah, Ada suatu cara bagaimana membuktikan apakah benar bulan pernah terbelah di masa lalu.

Cara yang paling gampang adalah meneliti sejarah, yang menceritakan manusia lain yang menyaksikan kejadian ini di dunia belahan lain. Bulan sebesar itu pastilah dapat dilihat juga dengan mata telanjang orang-orang di belahan bumi lain. Memang sulit mencari sejarah dimana hal itu terjadi di masa awal-awal sejarah, seperti kita ketahui bahwa semua kejadian sebelum masehi, dunia pada saat itu dikategorikan sebagai zaman purba. Tragedi terbelahnya bulan, terjadi sekitar 500 tahun sesudah masehi. Namun jangan khawatir, ternyata manuskrip tentang hal ini memang nyata ada, seorang raja India menyaksikan langsung bulan yang terbelah di depan matanya, kemudian menuliskannya dalam manuskrip.

Moon Phases

“Belahan bumi lain kemungkinan dapat menyaksikan saat bulan terbelah mejadi Dua”

Kejadian yang berhubungan dengan Raja Malabar Charawati Farmas di dokumentasikan dalam manuscript tua di Kantor Perpustakaan India, dengan nomor Referensi : Arabic, 2807, 152-173. M. Hamidullah menulis dalam bukunya yang berjudul “Muhammad Rasulullah”.

“Terdapat tradisi yang sangat tua di Malabar, tepatnya di Selatan – Pantai Barat India, Chakrawati Farmas, salah satu dari raja mereka, telah menyaksikan bulan (moon) yang terbelah menjadi dua bagian, kejadian yang ia saksikan adalah suatu mukjizat yang dialami oleh Nabi Suci di Mekah, setelah mempelajari bahwa terdapat prediksi akan adanya Utusan Tuhan dari negeri Arab, dia mengutus anaknya sebagai wakil, kemudia ia sendiri pergi untuk menemui Utusan tersebut. Raja Malabar memeluk Islam di hadapan Nabi, dan dalam perjalanan pulang kembali ke negara asalnya, ia meninggal di di Pelabuhan Zafar, negeri Yaman. Makam “Raja India” ini menjadi makam yang bersejarah dan telah banyak dikunjungi berabad-abad hingga saat ini”

Manuskrip tua di Kantor Perpustakaan India mengungkapkan detail yang lain mengenai Perjalanan Raja Chakrawati Farmas.

Atas kejadian yang menimpa raja mereka, rakyat Malabar menjadi komunitas pertama di India yang memeluk Islam. Kemudian hari, mereka meningkatkan hubungan perdagangan dengan negara Arab, kapal-kapal negara Arab juga biasa melewati pantai India dalam perjalanan menuju Cina, jauh sebelum kedatangan Nabi Muhammad.

Kejadian yang menimpa Raja Malabar diatas, telah jauh di prediksikan oleh salah satu Kitab Ramalan Masa Depan agama Hindu, yang bernama Bhavisya Puran. Bagaimana mungkin ada kitab yang bisa meramalkan masa depan ?.

Bhavisya Puran adalah ramalan dalam bahasa sansakerta. Arti singkatnya adalah “Kitab Ramalan Masa Depan.” Sejak ajaran Hindu memiliki basis di India, bahkan hingga sekarang, telah diwariskan secara turun temurun bahwa kenabian atau utusan akan lahir di negara India itu sendiri. Kepercayaan ini bertentangan dengan Kitab Bhavisya Puran itu sendiri yang mengatakan bahwa Guru Besar (Great Master) akan muncul di luar negara India (mlechcha acharya) dan tinggal di daerah berpasir (marusthal). Ia akan bernama Mahaaamad. Dalam suatu paragraph singkat yang terdiri dari 18 baris syair, kata Mahaamad disebutkan sebanyak lima kali. Terdapat informasi yang menarik dalam Bhavishya Purana, bahwa Mahaamad akan menampakan tandanya pada Bhoj, penguasa dari Dhar, dan dia akan menbangun sebuah agama yang membolehkan umatnya memakan daging, dengan perintah dari Ishwar atau Tuhan.

Jika diteliti dengan baik, diketahui bahwa terdapat hubungan Bhoj, penguasa dari Dhar dengan Raja Malabar. Betul sekali Bhoj, penguasa dari Dhar adalah Raja Malabar yang bernama Chakrawati Farmas.

Raja Malabar mengetahui persis ramalan-ramalan dalam ajaran agamanya, sehingga beliau tahu persis apa yang harus dilakukan. Ramalan akan adanya utusan yang mampu membelah bulan, ditulis dalam Kalki Puran, sebuah kitab yang berisi tanda-tanda kejadian akan datangnya Avatar Terakhir yang bernama Kalki.

* Kalki akan muncul di akhir Kali Yug dan akan menjadi penunjuk jalan bagi seluruh dunia
* Ia akan lahir pada bulan dengan hari ke 12. (Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiual Awwal)
* Orang tuanya bernama : Vishnu bhagat dan Soomati yang berarti Hamba Tuhan dan Keselamatan. (Nabi Muhammad memiliki ayah yang bernama Abdullah/hamba Tuhan dan memiliki ibu yang bernama Aminah/keselamatan).
* Ia akan memiliki kegagahan dan tubuhnya harum
* Ia akan mendapatkan kebijaksanaan dalam sebuah Gunung. (Nabi Muhammad pertamakali mendapatkan wahyu di Gua Hira)
* Ia akan medapatkan kuda dari Tuhan, yang memiliki kecepatan yang melebihi cahaya. Ia akan mengendarainya melewati bumi dan 7 langit. (Kejadian Isra Miraj pada Nabi Muhammad)
* Kalki akan membelah Bulan.

Sampai saat ini hanya kitab suci al-Quran yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad-lah yang telah membelah bulan, belum ada kitab-kitab yang lain yang dengan eksplisit menyebutkan nama orang atau suatu kejadian alam yang bertanggung jawab atas terbelahnya bulan di masa lalu. Jika begitu keadaanya, pantaslah kita beri gelar Nabi Muhammad, sebagai manusia terkuat dalam sejarah dunia.

Kenapa harus Nabi Muhammad yang memiliki kekuatan terbesar sepanjang sejarah Dunia ?

Kekuatan atau Mukjizat adalah stempel kenabian langsung dari Sang Pencipta, jadi jika ada orang yang mengaku sebagai Nabi atau Rasul, kita berhak menagih mukjizat sebagai tanda kenabian yang benar. Banyak di zaman sekarang nabi dan Rasul palsu, orang-orang seperti ini selalu mengelak jika ditagih Mukjizat, karena sebenarnya Nabi atau Rasul palsu tersebut memang manusia lemah yang pandai berbicara.

“Powerfull God has Powerfull Messenger”

Zat terkuat di alam semesta, haruslah memilih utusan-Nya yang paling kuat untuk menyebarkan ajaran-Nya. Logika ini cukup bagi para pencari kebenaran, jika mereka percaya bahwa ketundukan harus diberikan kepada Zat terkuat, dan mengikuti ajaran haruslah mengikuti dari utusan yang terkuat di dunia.

Tambahan di dalam hadist terdapat ciri2 Dajjal (pembohong besar karena ia mengaku dirinya TUHAN)
sedikit dari sekian bnyaknya
ciri-ciri dajjal adalah :
1. Dajjal itu kafir (kita bisa melihat perilakunya yg kafir dan tercela, pornografi dianggap seni, korupsi dibiasakan, bir dilegalkan, dll)
sampe2 di hadist dikatakan bahwa setiap muslim bisa melihat diantara 2 matanya yakni jidatnya ada tulisan Kafir.
meskipun muslim tadi buta huruf dia tetap bisa membaca tulisan itu.

makna hadist ini tentu saja adalah bukan sekedar tulisan huruf biasa melainkan isyarat bahwa sikap dan perilaku dajjal adalah kafir. karena mana mungkin seorang yg buta huruf bisa membaca tulisan. jadi arti hadist ini adalah hanya ungkapan ttg tulisan kafir.
yg maknanya sikapnya kafir.

2. kendaraan dajjal adlah keledai yang panjang dan cepat.
perjalanan ratusan kilometer bisa ditempuh dengan beberapa saat saja.

nah arti dari hadit ini juga tentulah bukan keledai betulan melainkan teknologi kendaraan dajjal itu sangat maju.
seperti kereta api.
karena jamn dulu tidak ada kereta api jadi hadistnya mengumpamakan dengan keledai.(kendaraan jamn dulu)
sama seperti kuda yg tadi diatas.

25 Jul 2013

WANITA PERTAMA PENGHUNI SURGA



Wanita Pertama Penghuni Surga bukanlah putri seorang nabi, melainkan Dialah Mutiah.
Mengapa bisa demikian? Siti Fatimah Putri Rasul pun sangat penasaran dibutanya.
Ikuti kisahnya.


Wanita Muslimah

Kisahnya.
Suatu hari putri Nabi SAW. Fatimah Az Zahra ra. bertanya kepada Rasulullah SAW., siapakah wanita pertama yang memasuki surga setelahUmmahatul Mukminin setelah istri-istri Nabi SAW.? Rasulullah bersabda: Dialah Mutiah.

Berhari-hari Fatimah Az Zahra berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan siapa Mutiah itu dan dimana wanita yang dikatakan oleh Nabi SAW. itu tinggal. Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.

Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah Az Zahra dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari. Sesampainya di rumah Mutiah, maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah dengan mengucapkan salam.

“Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.” Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, “Wa’alaikassalaam … siapakah diluar?” lanjutnya bertanya. Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad SAW.” Mutiah menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”

Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali, terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu.

“Ada apa gerangan wahai Mutiah? Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu? Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim kepadamu?”

Mutiah dari balik pintu rumahnya menjawab, “Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”

Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini, bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.

Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.

Namun ketika berada didepan rumah Mutiah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.

Semakin galau hati Fatimah, memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. dan begitu tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.

Pada hari yang ketiga, kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang ke rumah Mutiah pada sore hari. Namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum, sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona.



Dalam kondisi seperti itu, Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya. Subhanallah, kita merindukan istri yang demikian. Yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi, sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus, dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang. Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami seperti Mutiah.

Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah. Dan pada hari yang keempat, Fatimah datang kembali ke rumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada di rumah atau sudah pulang dari kerja. Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Mutiah baru saja sampai di rumah pulang dari kerja.

Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya ke rumahnya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibanding dengan yang dihadapinya sejak hari pertama. Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya. Subhanallah… Tsumma Subhanallah.

Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan. Dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian. Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Mutiah masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan.

“Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku.”

Tanpa bertanya apa-apa, Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW. tentang wanita pertama penghuni surga setelah para istri Nabi yaitu Mutiah.

Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang sholihah. Seperti yang ada pada diri Mutiah, yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki surga Allah SWT.

24 Jul 2013

Perahu Diatas Jembatan Shirat

Sumber kisah adalah Kitab Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan Naar, sebuah karya agung seorang Imam Abdirrhim bin Ahmad Al-Qadhiy.


Jembatan Shirat

Kisahnya.
Disebutkan bahwa Allah SWT telah menciptakan jembatan yang berada di atas neraka, terletak di atas neraka, sebuah jembatan yang sangat licin dan dapat menggelincirkan. Jembatan ini memiliki 7 pos yang setiap posnya memiliki jarak 3000 tahun. 1000 tahun berupa tanjakan yang tinggi, 1000 tahun berupa daratan biasa, dan 1000 tahun berupa lereng yang curam.

Sedangkan lebar jembatan tersebut lebih kecil dan lebih lembut dari sehelai rambut, lebih tajam daripada pedang dan lebih malam daripada malam yang pekat. Di setiap gardu atau posnya memiliki 7 cabang, dimana setiap cabang bentuknya bagaikan panah yang ujungnya tajam.

Melihat ganbaran jembatan seperti itu, tak heran banyak orang yang tergelincir masuk neraka. Tapi ada sekelompok umat yang begitu mudahnya melewati jembatan itu bagaikan secepat kilat, namun ada pula yang begitu sulit dan lamban melewatinya.

Syafaat Rasul.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa sesungguhnya ketika manusia melewati jembatan, maka api neraka berada di bawah telapak kaki mereka, ada yang berada di atas kepala, ada yang berada di sebelah kanan atau kiri mereka dan di depan mereka.

Allah SWT berfirman,

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ٧١
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا ٧٢

Artinya:
71. dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.
72. kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam Keadaan berlutut.

Sedangkan neraka itu selalu memakan tubuhnya mulai dari kulit sampai daging sehingga orang yang lewat di atas jembatan itu bagaikan arang hitam, kecuali orang-orang yang selamat dan diselamatkan, diselamatkan di sini dlam arti bahwa diselamatkan oleh Rasulullah SAW.

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa nanti pada hari kiamat, datanglah sekelompok umat lalu mereka naik ke atas jembatan itu dan Rasulullah SAW pun menoleh kepada mereka seraya berkata,
"Siapakah kalian?"
"Kami adalah umatmu...," jawab mereka.

Rasulullah SAW bersabda,
"Apakah kalian telah melaksanakan perintah-perintahku?"
"Tidak," kata mereka.
Kemudian Rasulullah SAW pun pergi meninggalkan mereka, hingga terjerumuslah mereka ke dalam neraka Jahnnam.

Kemudian datang lagi sekelompok umat lain dan Rasulullah SAW bertanya,
"Apakah kalian berada pada syariat Nabi kalian? Dan adakah kalian berjalan di atas jalan-Nya yang benar?"
"Ya," kata mereka.
Maka dapatlah mereka melewati jembatan itu, dan apabila mereka menjawab "tidak", maka terejrumuslah mereka ke dalam api nereka. Bagi mereka yang tergelincir ke dalam nereka, mereka selalu mengharap syafaat Rasulullah SAW.

Masjid Bisa Menjadi Penolong.
Inilah yang menjadi topik dalam kisah Islam ini, dimana masjid bisa menolong siapa saja yang selalu aktif menjalankan ibadah di dalam masjid itu.

Dalam suatu hadits diterangkan bahwa ada suatu kaum yang datang dan berhenti di atas Shirat seraya berkata,
"Siapakah gerangan yang bakal menyelamatkan kita dari api neraka, padahal kita tidak kuasa melewati jembatan ini."
Mereka menangis sejadi-jadinya mengharap pertolongan dengan amat sangat.

Lalu muncullah Malaikat Jibril dan bertanya kepada meraka,
"Apakah yang menghalangi kalian untuk melewati jembatan Shirat ini?"
"Kami takut dengan api neraka," jawab umat itu.
"Apakah ketika di dunia kalian menemui lautan? Bagaimana kalian menyeberanginya?" tanya Malaikat Jibril.
"Kami mengendari perahu," jawab umat itu.

Kemudian Malaikat Jibril mendatangkan kepada meraka sebuah masjid dalam bentuk perahu yang mana mereka pernah shalat di dalamnya. Maka duduklah mereka di atas masjid itu, melewati jembatan maut dan dikatakan (Jibril) kepada meraka,
"Inilah masjid-masjid yang telah kalian pergunakan untuk shalat berjamaah."

Subhanallah...
Semoga kita bisa melanggengkan shalat berjamaah di masjid, karena masjid itu bisa menolong kita melewati jembatan Shirat nantinya.

Riwayat bisa dibaca dalam kitab Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan Naar, sebuah karya agung seorang Imam Abdirrhim bin Ahmad Al-Qadhiy.