CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

26 Agu 2013

Fakta Otak Manusia




Berikut adalah 10 fakta menarik tentang otak manusia :

1. Otak manusia terdiri dari 30 milliar neuron atau syaraf otak yang bekerja dengan dahsyat melebihi kemampuan super computer apapun di dunia ini. Neuron inilah yang bekerja dengan dahsyat menciptakan keajaiban dalam hidup anda.

2. Memory otak manusia memilki kapasitas 30-70 triliun giga melebihi memory super komputer apapun di dunia.

3. Sebagaimana computer dapat terhubung dengan computer lain melalui jaringan, demikian juga pikiran manusia dapat terhubung dengan pikiran orang lain di mana saja mereka berada jika keterhubungan tersebut diciptakan.

4. Pikiran manusia terhubung dengan alam semesta yang dalam bahasa psikology disebut UNIVERSAL CONCIOUSNESS (pikiran alam semesta) atau dalam bahasa biologi disebut MORPHOGENETIC FIELD (medan morfogenetika).

5. Pikiran manusia saling berinteraksi setiap saat tanpa disadari, tetapi sayang dengan cara yang tidak terkendali dan berakibat negatif. Anda dapat mengendalikannya untuk tujuan yang positif untuk keuntungan anda.

6. Pikiran manusia menjelajah dan dapat mengadakan kontak dengan pikiran siapa saja dengan teknik subjective communication.

7. Pikiran manusia dapat diprogram untuk melakukan apa saja yang kita inginkan.

8. Pikiran bawah sadar manusia dapat mewujudkan keajaiban jika anda tahu bagaimana memanage-nya.

9. Pikiran bawah sadar bekerja seperti computer. Pikiran bawah sadar memberi inspirasi, membimbing dan merupakan gudang memori. Pikiran bawah kita mengingat segala sesuatu yang kita lihat, rasakan dan alami. Hanya saja untuk memunculkannya itu yang sulit. Menurut penelitian pikiran bawah sadar kita memiliki kapasitas memory sekitar 70-100 triliun gambar. Karena semua perasaan kita, emosi dan pengalaman disimpan dalam memori dalam bentuk gambar atau bunyi. Sama seperti komputer mendigitalkan semuanya, otak kita pun demikian.

10. Pikiran bawah sadar memiliki kepandaian tak terbatas. Ia memampukan manusia memperoleh pikiran, gagasan, rencana, dan konsep baru. Pikiran bawah sadar memberikan kemampuan inovatif kepada manusia sehingga dapat mengembangkan temuan-temuan baru.

Dan menurut saya, imposible semua karena "kebetulan' seperti teori Darwin,  Allah tidak menciptakan sesuai dengan kebetulan kecuali ada maksud, yahh itu kehendak Yang Maha Berkehendak, karena ada "ada' karena ada Sang Maha Ada :)

Semoga Bermanfaat

*dari berbagai sumber


Pandangan Michael H Hart(Penulis 100 Tokoh Dunia) Tentang Nabi Muhammad SAW



   Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

   Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

   Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

   Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

   Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

   Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.

   Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

   Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.

   Tapi, penaklukan besar-besaran –di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab– itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.

                                             Peta Kekuasaan Kerajaan Islam sekitar 632-740



   Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.

   Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.

   Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

   Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia “pencatat” Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

   Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.
Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan

   Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 – 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

   Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.


Rujukan:
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat

Intermezzo: Misteri Leluhur Bangsa Jawa

Sedikit Intermezzo, Harap disikapi dengan dewasa, jika mengganggu keimanan pembaca harap jangan dibaca, semoga bermanfaat :)

Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.

Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.

Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.



Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim

Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.

Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).

Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.

Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Metologi Jawa indentik dengan Nabi Ibrahim.

Brahma adalah Nabi Ibrahim

Mitos atau Legenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.

Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).

Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).

Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :

1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara Brahma pasangannya bernama Saraswati.

2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernama Atharva (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…

3. Brahma adalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.

Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :

Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah

Yajurveda Ch. 40 V. 8 menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci

Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar

Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan

Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1 menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu

Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6 menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”

Dalam Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.

Sumber :
http://rkhblog.wordpress.com/2007/09/10/hindu-dan-islam-ternyata-sama/

Ajaran Monotheisme di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.

4. Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).

Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :

Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)

Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.

Makna delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.

Sementara sembilan pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.

Monotheisme Ibrahim

Peninggalan Nabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran Monotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.

Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi.

Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.

Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya, Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.

Wallahu Alam...



Sumber :
Forum Kaskus

24 Agu 2013

Abu Husein Al-Nury, Sufi yang Diselimuti Cahaya



Ia terkenal sebagai seorang Zahid yang menafikan keduniawian. Begitu dalam cintanya kepada Allah hingga dijuluki Al-Nury, “Yang Dianugrahi Cahaya”.

 Dalam jagat sufistik, perjalanan seorang sufi yang berziarah ke berbagai tempat suci bisa menampilkan berbagai perbuatan menjadi hikmah keronahian dengan nilai-nilai spritual yang luar biasa. Mereka meninggalkan jejak-jejak spritual – adakalanya berupa karya tulis yang monumental – yang sampai sekarang tetap menjadi rujukan para penganut sufi.

Beberapa di antara mereka, misalnya Syekh Abdul Qadir Jailani, Sarry As-Saqaty, Junaid Al-Bagdadi, Fariduddin Aththar, Abu Husien Al-Nury, dan sebagainya. Mereka adalah tokoh sufi garda depan yang hingga kini belum tertandingi ketokohannya. Seorang diantara mereka, yaitu Abu Husien Al-Nury, punya keistimewaan justru karena mendapat julukan “Al-Nury”, yaitu “Yang mendapat anugrah cahaya” dari Allah SWT.

Nama lengkapnya adalah Abu Husien Ahmad bin Muhammad Al-Nury. Ia lahir di Baghdad, Irak, tidak jelas tahun berapa. Sementara nenek moyangnya berasal dari Khurasan, Iran. Yang pasti ia adalah salah seorang murid kesayangan Sarry As-Saqaty dan sahabat Sufi besar Junaid Al-Baghdadi. Mereka hidup di Irak pada abad ke III. Selama hidup ia tinggal di tepian sungai Tigris yang indah.

Ia mendapat julukan “Al-Nury”, karena kapanpun ia bicara di kegelapan malam, seberkas cahaya akan keluar dari mulutnya, hingga membuat terang sekelilingnya. Di riwayatkan juga bahwa ia menadpat julukan itu karena mengungkapkan rahasia-rahasia terdalam dengan cahaya intuisi, karena sikap dan gaya bicaranya yang bernas dan lembut, sementara pemikirannya sangat luas, dan konsekwen dengan sikapnya yang teguh.

Versi yang lain mengatakan bahwa ia dijuluki Nuri karena ia mempunyai sebuah tempat pengasingan ditengah padang pasir dimana ia biasa beribadah sepanjang malam. Orang-orang kerap keluar rumah untuk memperhatikannya, dan mereka melihat seberkas cahaya memancar keluar dari lubang pengasingannya sepanjang malam.

Abul Husain an-Nuri adalah salah seorang figur terkemuka kelompok sufi Baghdad. Ia menyusun sejumlah puisi mistis yang mengagumkan. Ia meninggal dunia pada tahun 295 H / 908 M.

Ia mengawali kehidupan mistiknya dengan sangat unik. Setiap dini hari, sebelum subuh, ia mengambil roti dari tokonya untuk ia sedekahkan. Setelah salat subuh di masjid, ia kembali ke toko, orang-orang mengira ia telah sarapan di toko, sementara orang-orang di toko menyangka ia sudah makan pagi di rumah. Hal itu berlangsung selama 20 tahun tanpa seorang pun tahu. Kisah kewalian Abu Husien ini banyak diungkapkan dalam berbagai kitab, seperti Tadzkirul Awliya (Fariduddin Aththar), Ar-Risalah dan Kasyful Mahjub (Imam Qusyairi).

Tentang kehidupan mistiknya, Abu Husien menyatakan:

“Bertahun-tahun aku berjuang, mengekang diri dan meninggalkan pergaulan. Betapapun aku berusaha keras, jalan belum terbuka bagiku. Aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki diri. Kemudian kataku, “Wahai jasmaniku, bertahun-tahun sudah engkau menuruti hawa nafsu, sungguh semua itu akan mencelakakanmu. Sekarang masuklah kedalam penjara. Akan ku belenggu dirimu dan akan kukalungkan pada lehermu semua kewajiban kepada Allah. Jika sanaggup bertahan, engkau pasti meraih kebahagiaan. Tapi, jika tak sanggup, setidaknya engkau akan mati di jalan Allah, begitulah kataku.”

Mengenai perjanan spritualnya, ia berkata:

“Pernah kudengar, hati para mistikus merupakan alat yang awas waspada, mengetahui segala rahasia, baik yang terlihat maupun yang terdengar. Karena tidak memiliki hati seperti itu, akupun berkata kepada diriku sendiri, “Ucapan para Nabi dan manusia suci adalah benar. Mungkin sekali selama ini aku telah bersikap munafik, sementara kegagalanku karena kesalahan ku sendiri. Aku ingin merenungi diriku sendiri sehingga benar-benar mengenal-Nya”, begitulah kataku.

Setelah merenungi diri sendiri, Abu Husien menemukan hati dan nafsu itu bersatu. Lalu katanya:

“Bila hati dan nafsu bersatu, celakalah! Sebab, jika ada sesuatu yang menyinari hati, hawa nafsu akan menyerap sebagian. Maka sadarlah aku, inilah sumber dilema yang kuhadapi selama ini. Segala sesuatu yang datang dari hadirat Allah SWT dalam hatiku, sebagian diserap pula oleh hawa nafsuku.”

Sejak perenungan itulah, ia menghentikan segala perbuatan yang diperkenankan hawa nafsu. Ia berusaha hanya melakukan segala sesuatu yang “Tidak diperkenankan” hawa nafsu. Lalu katanya, “Misalnya, hawa nafsuku berkenan aku berpuasa, bersedekah, salat, menyepi atau bergaul dengan sahabat-sahabatku, maka aku akan melakukan hal sebaliknya. Akhirnya segala hal yang diperkenankan hawa nafsuku dapat kubuang dan rahasia-rahasia mistik mulai terbuka dalam diriku.”

Suatu hari, ia berdialog dengan diri sendiri. “Siapakah engkau?” tanyanya kepada diri sendiri. “Aku adalah mutiara tanpa hasrat, dan mutiaraku adalah mutiara tanpa maksud,” terdengar suara dalam dirinya. Kemudian ia menuju sungai Tigris dan melemparkan jala. “Aku tidak akan beranjak sebelum seekor ikan terjerat dalam jalaku,” ia bergumam. Tak lama kemudian, seekor ikan berkecupak di dalam jala. Saat aku mengambil ikan itu, aku memekik, “Segala puji bagi Allah, urusan-urusanku telah berjalan dengan baik!”

Aku pergi menemui Junaid dan berkata padanya, “Sebuah karunia telah dianugrahkan padaku!”

“Abul Hasan,” ujar Junaid, “Jika seekor ular yang terjerat jalamu, dan bukannya seekor ikan, itu baru suatu tanda karunia. Namun karena dirimu sendiri terlibat (dalam mendapatkannya), itu adalah muslihat, bukan karunia. Karena tanda dari karunia adalah engkau tidak terlibat sama sekali.”

***

Ketika Ghulam al-Khalil menyatakan permusuhannya terhadap para sufi, ia menemui Khalifah dan menjelek-jelekkan mereka.

“Sekelompok sufi telah muncul,” katanya. “Mereka menyanyi, menari dan menyatakan penghinaan-penghinaan terhadap Tuhan dan agama. Mereka berkumpul hampir setiap hari, bersembunyi dalam gua-gua, dan berkhotbah. Orang-orang itu adalah ahli bid’ah. Jika Amirul Mukminin berkenan mengeluarkan perintah untuk menghabisi mereka, maka ajaran bid’ah akan musnah, karena mereka adalah kepala para ahli bid’ah. Jika Amirul Mukminin melakukan hal ini, aku jamin anda akan mendapatkan pahala yang besar.”

Sang Khalifah segera memerintahkan agar mereka – Abu Hamzah, Raqqam, Syibli, Nuri, dan Junaid – dibawa kehadapannya. Perintah Khalifah pun dilaksanakan. Kemudian Khalifah memerintahkan agar mereka dihukum mati.

Awalnya, algojo diperintahkan untuk mengekskusi Raqqam terlebih dahulu, namun Nuri tanpa rasa takut sedikitpun bangkit mendekat dan mengambil tempat Raqqam.

“Bunuhlah aku lebih dulu, tertawa gembira,” pekiknya.

“Tuan, giliran anda belum tiba,” kata si Algojo padanya. “Pedang bukanlah sesuatu yang digunakan dengan tergesa-gesa.”

Nuri menjelaskan. “Jalanku didasari oleh pikiran. Aku lebih memilih sahabatku daripada diriku sendiri. Hal yang paling berharga didunia ini adalah kehidupan. Aku ingin mempersembahkan sedikit waktuku yang tersisa ini untuk para saudaraku. Aku akan mengorbankan kehidupanku sendiri. Hal ini kulakukan walaupun dalam pandanganku suatu saat di dunia ini lebih berharga daripada seribu tahun di akherat kelak. Karena dunia ini adalah kediaman penghambaan, sementara akherat adalah kediaman kedekatan, dan kedekatan bagiku adalah penghambaan.”

Kata-kata Nuri ini dilaporkan kepada Khalifah. Sang Khalifah mengagumi ketulusan dan kefasehan Nuri. Ia memerintahkan untuk menunda ekskusi dan mengajukan kasus mereka kepada Hakim untuk diperiksa.

“Mereka tidak dapat dihukum tanpa bukti,” kata sang Hakim.

Sang Hakim kemudian menguji Nuri dengan masalah-masalah Fikih. Nuri langsung dapat menjawabnya, dan sang hakimpun membisu dalam kebingungan.

Nuri berkata:

“Wahai hakim, Anda telah mengajukan semua pertanyaan ini, namun semua pertanyaan Anda sama sekali tidak relevan. Karena Allah memiliki hamba-hamba yang berdiri melalui-Nya, bergerak dan diam melalui-Nya, yang hidup melalui-Nya, dan tinggal dalam dzikir kepada-Nya. Jika satu saat saja mereka tidak mengingat-Nya, maka jiwa-jiwa mereka akan keluar dari tubuh mereka. Melalui-Nya mereka tidur, melalui-Nya mereka makan, melalui-Nya mereka menerima, melalui-Nya mereka pergi, melalui-Nya mereka melihat, melalui-Nya mereka mendengar, dan melalui-Nya mereka berada. Inilah ilmu yang hakiki, bukan semua yang anda tanyakan tadi.”

Sang hakim kebingungan, lalu ia mengirim pesan kepada Khalifah, “Jika mereka ini Atheis dan ahli bid’ah, maka aku akan memutuskan maka diseluruh permukaan bumi, tidak seorang pun yang bertauhid.”

Khalifah pun memanggil mereka.

“Adakah yang kalian inginkan?” tanya Khalifah.

“Ya,” jawab mereka. “Kami harap Anda melupakan kami. Kami tidak ingin anda menghormati kami dengan persetujuan Anda (terhadap keyakinan kami) ataupun menghukum kami dengan penolakan Anda. Bagi kami, penolakan Anda sama saja dengan persetujuan Anda, dan persetujuan Anda sama saja dengan penolakan Anda.”

Sang Khalifah pun menangis pilu mendengarnya, dan membebaskan mereka dengan segala penghormatan.

***

Suatu hari Junaid mengunjungi Nuri. Nuri tersungkur ketanah dihadapan Junaid, mengeluhkan ketidakadilan.

“Pertempuranku bertambah dahsyat, dan aku tak mempunyai kekuatan lagi untuk bertarung,” katanya. “Selama tiga puluh tahun, kapanpun Dia ada, aku lenyap, dan kapanpun aku mewujud, Dia lenyap. Kehadiran-Nya adalah ketidakhadiranku. Betapapun aku memohon, jawaban-Nya adalah: Aku atau engkau yang ada.”

Junaid berkata kepada para muridnya. “Lihatlah dia, seorang lelaki yang telah berusaha keras dan dibingungkan oleh Allah.”

Sambil berpaling ke Nuri, Junaid menambahkan, “Seharusnya apakah Dia terhijabi olehmu ataupun tersingkap melaluimu, engkau tidak boleh lagi menjadi dirimu, dan semuanya harus menjadi Dia.”

***

Seseorang menemui Junaid dan berkata, “Sudah beberapa hari ini, siang dan malam, Nuri berkeliling dengan sebongkah batu di tangannya sambil berteriak, “Allah… Allah…” dia tidak makan apa-apa, dan tidak tidur. Namun dia masih mendirikan shalat pada waktunya dan menjalankan seluruh ritual shalat.”

Para murid Junaid menanggapi, “Ia sadar. Ia tidak berada dalam keadaan Fana. Buktinya, ia masih ingat waktu-waktu shalat dan melakukan ritual-ritual shalat. Itu adalah tanda dari usaha sadar, bukan tanda dari fana, seseorang yang telah fana, tidak menyadari apapun.”

“Bukan begitu,” jawab Junaid. “Apa yang kalian katakana tidaklah benar. Orang-orang yang berada dalam ekstasi selalu terpelihara, Allah menjaga mereka, kalau tidak, mereka akan meninggalkan ibadah pada waktunya.”

Kemudian Junaid pergi menemui Nuri.

“Anul Husain,” sapa junaid pada Nuri. “Jika engkau tahu bahwa berteriak adalah salah satu keuntungan dengan-Nya, maka beri tahukanlah aku, dan akupun akan ikut berteriak. Jika engkau tahu bahwa kepuasan dengan-Nya adalah lebih baik, maka bertawakkallah, agar hatimu bisa tenang.”

Sejak saat itu, Nuri berhenti berteriak. “Engkau benar-benar guru yang hebat bagi kami!” katanya pada Junaid.

***

DALAM kitab Al-Risalah, Imam Al-Qusyairi mengungkapkan beberapa pendapat Abu Husien. Salah satu pendapatnya tentang tasawuf, antara lain, “Tasawuf itu meningglkan semua keingnan hawa nafsu. Ada dua hal yang paling mulia, yaitu orang alim yang mengamalkan ilmunya, dan orang arif yang mampu memahami hakekat. Jika ada orang yang mengaku bersama Allah SWT, tapi berani keluar dari batas ilmu agama, sekali-kali jangan engkau mendekatinya.”

Suatu hari Abu Husien Al-Nury, berdoa di sebuah tempat yang sangat terpencil. “Ya Allah engkau menghukum para penghuni neraka, mereka semua adalah ciptaan-Mu, melalui ke-Maha Tahuan-Mu, kemahakuasaan-Mu, dan kehendak-Mu. Jika engkau menghendaki manusia ke dalam neraka, engkaulah yang berkuasa untuk melemparkan mereka ke dalam neraka, dan mengantarkan ke dalam surga.”

Kebetulah seorang sufi, Ja’far Al-Khuldi, mendengar doa itu, dan ia pun sangat takjub. Kemudian suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan seseorang yang berkata kepadanya, “Allah memerintahkan agar engkau mengatakan kepada Abu Husien, sesungguhnya Allah telah memuliakanmu dan menganugerahkan pahala kepadamu karena doamu.”

Suatu hari, ketika Abu Husien mandi disebuah telaga, pakaianya di curi orang. Belum sempat ia mentas dari telaga untuk mengejarnya, pencuri itu telah mengembalikan pakaiannya, karena tiba-tiba tangannya terkena penyakit sampar. Lalu Abu Husien berseru. “Ya Allah, karena ia telah mengembalikan pakaianku, sembuhkanlah tangannya,” maka saat itu juga tangan pencuri itu sembuh.

Orang suci itu wafat pada 295 H /908 M. banyak kenangan dan pujian yang diungkapkan oleh para sahabatnya ataupun para ulama se zamannya. Salah satunya dari Junaid Al-Baghdadi, katanya, “Sejak Abu Husien Al-Nury wafat, tidak ada seorangpun yang mampu menceritakan hakikat kebenaran.” Sedangkan Ahmad Al-Maghazili menyatakan:

“Belum pernah aku melihat ibadah yang dilakukan lebih khusyuk daripada ibadah Abu Husien Al-Nury.”

Sumber:

21 Agu 2013

4 Golongan Lelaki Penghuni Neraka



Pada hari akhirat nanti, ada 4 golongan lelaki yang akan ditarik masuk ke neraka oleh wanita. 
Lelaki itu adalah mereka yang tidak memberikan hak kepada wanita dan tidak menjaga amanah itu. 

Siapakah mereka ini, mereka adalah: 
1. Ayahnya 
Apabila seseorang yg bergelar ayah tidak memperdulikan anak-anak perempuannya di dunia. dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar solat, mengaji dan sebagainya. Dia memperbiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup kalau dengan hanya memberi kemewahan dunia saja maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya. 

2. Suaminya 
Apabila sang suami tidak memperdulikan tindak tanduk isterinya.Bergaul bebas memperhiaskan diri bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yg bukan mahram apabila suami mendiam diri walaupun dia seorang alim seperti solat tidak pernah ditinggalkan, puasa tidak tinggal maka dia akan turut ditarik oleh isterinya. 

3. Abang-abangnya 
Apabila ayahnya sudah tiada, tanggungjawab menjaga maruah wanita jatuh ke bahu abang-abangnya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan adik perempuannya dibiar melenceng dari ajaran ISLAM, tunggulah tarikan adiknya di akhirat kelak. 

4. Anak Lelakinya 
Apabila seorang anak tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yg haram dari Islam, bila ibu membuat kemungkaran pengumpat, ghibah (menggunjing & sebagainya maka anak itu akan ditanya dan dipertangungjawabkan di akhirat kelak.Nantikan tarikan ibunya ke neraka. Maka kita lihat betapa hebatnya tarikan wanita bukan saja di 
dunia malah di akhirat pun tarikannya begitu hebat, maka kaum lelaki yang bergelar ayah/suami, abang atau anak harus memainkan peranan mereka. 

Allah SWT Berfirman:
"Hai anak Adam, peliharalah diri kamu serta ahlimu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia, jin dan batu-batu."

Harga seseorang muslim adalah sangat berharga. Allah swt nilaikan seseorang muslim dengan SURGA, semua kaum muslim dijamin masuk syurga (sesiapa yg mengucap kalimah tauhid) dengan itu janganlah kita membuang atau tidak mengindahkan janji dan peluang yg Allah swt berikan pada kita.

Sumber:
Kisahislami

Ilmu Dari Seekor Anjing



Seorang ilmuwan besar yang mendalami bidang bakteri berkunjung ke Mesir untuk menyekolahkan anaknya dan dia sendiri memperoleh pekerjaan dalam bidangnya tersebut. Pada suatu hari dia membaca buku hadist yg berhubungan dengan masalah kesehatan. Tiba-tiba dia tidak percaya ketika membaca hadist Nabi SAW.

Rasulullah SAW bersabda,
"Jika seekor anjing menjilat perkakas rumah salah seorang diantara kalian, maka cucilah alat (tempat) itu tujuh kali, satu kali diantara yang tujuh itu dicampur dengan tanah."

Sejenak dia berdiam menatap hadist itu. Dalam dirinya mulai timbul pertanyaan-pertanyaan, bahwa perintah mencuci tujuh kali itu memang harus dilakukan, dan merupakan kewajiban, namun mengapa Nabi masih menyuruh membasuh tempat itu satu kalinya dengan tanah? Tidakkah dengan memakai air saja sudah cukup?

Pertanyaan itu terus mengganggunya. 
Kemudian dia mengambil sebuah perkakas rumah dan membiarkannya dijilati anjing. Lalu mencucinya dengan air tujuh kali. Setelahnya ia teliti dengan menggunakan mikroskop, dan yang terlihat adalah berjuta-juta bakteri masih melekat di tempat itu. Berarti mencuci dengan air tidaklah cukup untuk menghilangkan bakteri atau kuman-kuman penyakit anjing yang melekat ditempat tersebut.

Sekarang dia mencoba sekali lagi, mencuci tempat itu dengan debu. Dan setelah diteliti, ternyata, kuman-kuman telah hilang seluruhnya.

Pertanyaan yang timbul dibenaknya sekarang adalah siapa yang memberitahukan hal ini kepada Nabi Muhammad SAW? 
Padahal penemuan rahasia bakteri baru diketemukan oleh Pasteur (1822-1895). 
Bukankah jauh sekali jarak antara Muhammad dengan Pasteur? 
Berarti penemuan Pasteur hanyalah mengulang penemuan lama, dimana Muhammad telah mengetahui bahwa bakteri atau kuman penyakit itu ada pada anjing dan dapat dihilangkan hanya dengan mempergunakan debu dan dibasuh dengan air enam kali. 
Siapa yang memberitahukan hakekat ilmiah ini kepada Nabi Muhammad SAW?

Subhanallah, Allah SWT lah yang memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad SAW, segala hal yang bermanfaat bagi umatnya.

Dan akhirnya keyakinan ilmuwan tersebut memperkuatnya untuk masuk Islam bersama puterinya yang kala itu ikut bersamanya ke Kairo.


Kisah Nabi Musa (Moses) Memohon Melihat Dia, Yang Maha Esa



Kisahnya.
Pada suatu ketika Nabi Musa telah memenuhi panggilan Allah subhana wa Ta'ala. Beliau naik ke gunung sinai (Thursina) setelah beliau menyempurnakan 40 malam yang diisi dengan puasa dan beribadah sendirian diatas gunung itu. Allah SWT pun berfirman dan menurunkan Taurat kepada beliau.

Kemudian Nabi Musa as pun sangat rindu untuk melihat wajah Sang Kekasih yang telah berkata-kata kepada nya, wajah Rabb nya.

" Dan tatkala Musa datang menurut waktu yang telah kami tentukan . Dan telah berfirman Rabb nya kepadanya : berkatalah ia, ya Rabb perlihatkanlah (dirimu) keapadaku , agar aku dapat memandang Engkau"


Nabi Musa as

Berkatalah Allah : Engkau sekali-kali tidak akan mampu melihatku, tetapi arahkanlah pandangan engkau ke gunung itu. Maka jika ia tetap pada tempatnya , niscaya engkau dapat melihatku.

Setelah mendengar permintaan Nabi Musa as itu, kemudian Allah SWT berfirman : "Wahai putra Imran, sesungguhnya tidak akan ada yang sanggup untuk melihat KU, kemudian ia mampu untuk tetap hidup. "

Nabi Musa as berkata : Ya Rabbi, tidak ada sesuatupun yang menyekutui MU, sesungguhnya melihat MU dan kemudian mati itu lebih aku sukai daripada aku terus hidup tanpa melihat MU. Rabbi, sempurnakanlah nikmat, anugerah dan hikmat MU kepada ku dengan mengabulkan permohonanku ini, setelah itu aku rela mati "

Ibnu Abbas ra, sahabat Rasulullah saw meriwayatkan bahwa ketika Allah SWT mengethaui Nabi Musa as ingin dikabulkan, maka berfirman Allah : " Pergilah engkau, dan lihatlah batu di atas puncak gunung itu, duduklah engkau diatas batu itu, kemudian Aku akan menurunkan bala tentara KU kepada mu. "

Dan ketika telah sampai di puncak batu tersebut, maka Allah pun menurunkan bala tentaranya, para malaikat hingga langit ketujuh, untuk menampakkan diri kepadaya. Diperintahkan para malaikat penghuni langit untuk menampakkan diri di hadapan nabi MUsa as. sambil mengeraskan suara tasbih, tahlil mereka, bagaikan suara petir yang menyambar-nyambar.

Kemudian para malaikat penhuni langit kedua diperintahkan menampakkan diri, dengan warna dan bentuk yang beraneka ragam, mereka bersayap dan memiliki raut muka, diantaranya ada yang berbentuk seperti singa. Berlalu di hadapan Nabi MUsa sambil mengeraskan suara -suara tasbihnya.

Mendengar teriakan-teriakan tersebut, Nabi Musa merasa ngeri dan kemudian berkata : Ya Rabi, sungguh aku menyesal atas permohonanku. Apakah engkau berkehendak untuk menyelamatkanku dari tempat ini ?

Pimpinan dari kelompok malaikat tersebut berkata :
Hai Musa, bersabarlah atas apa yang engkau minta, apa yang engkau lihat ini baru sebagian kecil saja.

Allah SWT memerintahkan para penghuni langit ketiga turun. Lalu keluarlah malaikat-malaikat yang tak terhitung jumlahnya dengan aneka ragam bentuk dan warnanya. Ada yang seperti api yang menjilat-jilat, mereka memekikkan tasbih, tahlil dengan suara hiruk pikuk menggelegar.

Nabi Musa semakin berputus asa. dan kelompok malaikat itu berkata : wahai Musa, bersabarlah hingga engkau tidak akan sanggup lagi untuk melihatnya.

Kemudian penghuni langit keempat turun.
Ada yang berbentuk seperti kobaran api yang menjilat-jilat, ada pula yang seperti salju. Dengan suara melengking mereka memekikkan tasbih dan tahlil.

Demikianlah , Penghuni dari setiap langit turun satu demi satu. Semua malaikat tersebut bergerak maju sambil cahayanya menyambar semua mata yang ada. Mereka datang membawa tombak yang sangat panjang dan lebar. Tombak-tombak itu bagaikan api yang bersinar terang benderang melebihi sinar matahari.

Nabi Musa as menangis dan meratap. Ya Rabbi, ingatlah aku, jangan Engkau lupakan diriku. Aku adalah hamba Mu. Aku tidak mempunyai keyakinan bahwa aku akan selamat dari tempat ini. Jika aku keluar maka aku akan terbakar, jika aku masih disini aku akan mati.

Ketua para malaikat itu pun berkata : Nyaris dirimu dipenuhi ketakutan dan nyaris hatimu terlepas wahai Musa. Tempat yang engkau gunakan untuk duduk adalah tempat yang akan engkau pergunakan untuk melihat Rabb.

Kemudian turunlah malaikat Jibril as, Mikail as dan Israfil as, beserta seluruh malaikat penghuni langit ketujuh, termasuk pemikul Al Arsy dan Al Kursi. Mereka secara bersama-sama menghadap kepada Nabi Musa as sambil berkata :

Wahai orang yang terus menerus salah. Apa yang menyebabkanmu naik ke atas bukit ini. Mengapa engkau memberanikan diri meminta Rabbmu untuk dapat melihat Nya ? Nabi Musa as gemetar hingga kedua lututnya seakan-akan luruh dari persendian.

Ketika Allah SWT melihat itu, maka ditampakkanlah tiang-tiang penyangga Al Arsy, lalu Nabi Musa as bersandar pada salah satu tiang tersebut hingga hatinya tenang.

Malaikat Israfil berkata : Hai Musa, Demi Allah, kami ini sekalipun pemimpin para malaikat, sejak kami diciptakan kami tidak berani mengangkat pandangan mata kami ke arah Al Arsy. Karena kami sangat khawatir dan sangat takut kepada Rabb. Mengapa engkau berani melakukan ini wahai hamba yang lemah ?

Setelah hatinya tenang, Nabi Musa menjawab : Wahai Israfil, aku hanya ingin mngetahui akan Keagungan Wajah Rabb ku yang selama ini aku belum pernah melihatnya.

Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepada langit : AKU akan menampakkan Diri, bertajali pada gunung itu

Maka begetarlah seluruh langit dan bumi, gunung, matahari, bulan, mega, surga , neraka, para malaikat dan samudera. Semua bersungkur sujud, sementara Nabi Musa as masih memandang ke arah gunung itu.

Tatkala Rabbnya menampakkan diri diatas gunung , maka hancur luluhlah gunung itu dan nabi Musa pun jatuh pingsan.
Nabi MUsa as seakan -akan mati karena pancaran Cahaya Allah SWT yang Mulia dan ia terjatuh dari batu dan batu itu sendiri terjungkal terbalik menjadi semacam kubah yang menaungi nabi Musa as agar tidak terbakar Cahaya.

Kemudian Allah mengutus malaikat Jibril as untuk membalikkan batu itu dari tubuh nya. Wajah nabi Musa as memancarkan cahaya kemuliaan, rambutnya memutih karena cahaya.

"Maka setelah Musa tersadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau , aku sungguh bertaubat kepada MU dan aku adalah orang yang pertama kali beriman 
(QS. Al-A'raf).

Nabi Musa punn berkata,
"Saya beriman, bahwa sesungguhnya tidak ada seorangpun yang mampu melihat Mu ya Allah dengan mata lahir, kecuali ia akan mati."

Sumber:
Surat Al A'raf

Kisah Patahnya Sayap Malaikat

Diriwayatkan pada suatu hari, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah SAW dan berkata,
"Ya Rasulullah, aku telah melihat seorang malaikat di langit sedang berada di atas singgasananya. Di sekitarnya terdapat 70 ribu malaikat berbaris melayaninya. Pada setiap hembusan nafasnya, Allah SWT menciptakan darinya seorang malaikat."

"Dari sekarang ini, aku melihat malaikat itu berada di Gunung Qaaf dengan sayapnya yang patah sedang menangis tersedu, "Lanjut Malaikat Jibril.



Sayap Patah
Ketika dia melihatku, dia berkata,
"Apakah engkau mau menolongku?"
Aku berkata, "Apa salahmu?"

Dia berkata,
"Ketika sedang berada di atas singgasana pada makam Mi'raj, lewatlah padaku Muhammad, Kekasih Allah SWT. Lalu aku tidak berdiri untuk menyambutnya sehingga Allah SWT menghukumku dengan ini (sayapnya patah) serta menempatkanku di sini seperti yang kau lihat."

Maaikat Jibril berkata,
"Seraya aku merendah diri di hadapan Allah SWT, aku memberinya pertolongan."
Maka Allah SWT berfirman,
"Wahai Jibril, katakanlah agar dia membaca shalawat atas KekasihKu, Muhammad SAW."

Malaikat Jibril berkata lagi,
"Kemudian malaikat itu membaca shalawat kepadamu dan Allah SWT mengampuninya serta menumbuhkan kembali kedua sayapnya, lalu menempatkannya lagi di atas singgasananya."

Sungguh betapa mulianya Nabi Muhammad SAW, hingga malaikat saja yang tidak menghormat, sayapnya dipatahkan oleh Allah SWT.
Kisah ini dinukil dari KitabMukasyafatul Qulub, buah karya dari cucu Imam Al Ghazali yang bernama Hujjatul Islam Al Imam Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali.


Sumber:

20 Agu 2013

Ketika Telinga Berdenging



حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرو الْقَطِرَانِيُّ، ثنا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، ثنا حِبَّانُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَخِيهِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي، وَلْيُصَلِّ عَلَيَّ، وَلْيَقُلْ: ذَكَرَ اللهُ بِخَيْرٍ مَنْ ذَكَرَنِي ”
المعجم الكبير للطبراني


Menceritakan kepada kami Ahmad bin Amr al-Qathirani, menceritakan kepada kami Abu ar-Rabi’ az-Zahrani, menceritakan kepada kami Hibban bin Ali, dari Muhammad bin Ubaydillah bin Abi Rafi’, dari saudaranya, yaitu Abdillah bin Ubaydillah bin Abi Rafi’, dari ayahnya (Ubaydillah bin Abi Rafi’), dari kakeknya (Abi Rafi’, budak Rasulullah) berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika berdengung telinga seseorang dari kalian, maka ingatlah aku, dan bershalawatlah atasku, dan katakan: Dzakarollohu bi khayrin man dzakaroni (Semoga Allah menyebut dengan kebaikan orang yang menyebutku)” [Al-Mu'jamul Kabir lith Thabrani]

إِذا طَنَّتْ أُذُنُ أحدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي ولْيُصَلِّ عَلَيَّ ولْيَقُلْ ذَكَرَ الله مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ
الجامع الصغير للسيوطي

Jika berdengung telinga seseorang dari kalian, maka ingatlah aku, dan bershalawatlah atasku, dan katakan: Dzakarollohu man dzakaroni bi khayr (Semoga Allah menyebut orang yang menyebutku dengan kebaikan)” [Al-Jami'ush Shaghir lis Suyuthi]

فَإِن الْأذن إِنَّمَا تطن لما ورد على الرّوح من الْخَبَر الْخَيْر وَهُوَ أَن الْمُصْطَفى قد ذكر ذَلِك الْإِنْسَان بِخَير فِي الْمَلأ الْأَعْلَى فِي عَالم الْأَرْوَاح
التيسير بشرح الجامع الصغير

Imam Al Manawi berkata dalam kitab beliau, yaitu At-Taysir bi Syarh al-Jami’ush Shaghir: “Maka sesungguhnya telinga itu berdengung ketika datang berita baik kepada ruh, yaitu Rasulullah SAW al-Mushthofa telah menyebut orang tersebut (pemilik telinga yang berdengung) dengan kebaikan di mala-il a’la (perkumpulan atau majelis tertinggi) di alam ruh.” [At-Taysir bi Syarh al-Jami'ush Shaghir]

Hadits ini juga diriwayatkan Imam al-Bazzar dengan redaksi doa:

اللَّهُمَّ اذْكُرْ بِخَيْرٍ مَنْ ذَكَرَنَا بِخَيْرٍ

“Ya Allah, sebutlah dengan kebaikan orang yang menyebut kami dengan kebaikan”

Hadits seperti ini diriwayatkan oleh Imam Suyuthi, Imam ibnus Sunni, Imam Ruyani, Imam al-Bazzar, dan juga Imam Thabrani yang mana menurut beliau hadits ini Hasan. Para Imam yang dapat dipegang ini telah mencantumkan hadits-hadits seprti ini di dalam kitab-kitab mereka. Dan tak ada hadits yang menentang hadits ini. Para Imam ini telah mengajarkan kepada kita agar bershalawat kepada Nabi ketika telinga kita berdengung atau berdenging. Maka amalan ini sungguh boleh dikerjakan. Apalagi perintah shalawat itu adalah perintah umum yang boleh dilakukan kapan saja, kecuali pada waktu dan tempat tertentu, seperti ketika di kakus.

Rasul menyuruh kita mengingat beliau ketika telinga kita berdengung. Salah satu keutamaan mengingat Rasul dijelaskan dalam hadits qudsi dari ibnu ‘Atho-i yang dinukil dalam Mawahibul Laduniyyah karya Imam al-Qasthalani dimana Allah berfirman:

جَعَلْتُكَ ذِكْرًا مِنْ ذِكْرِيْ. فَمَن ذَكَرَكَ ذَكَرَنِي

“Aku telah menjadikanmu dzikir dari dzikirku, barangsiapa yang menyebutmu maka ia telah menyebut-Ku.”

Maka barangsiapa menyebut atau mengingat Nabi Muhammad, maka ia telah mengingat Allah. Dan siapa yang mengingat Allah, maka Allah mengingat dia dan menyertainya dengan kasih-sayang-Nya sebagaimana dijelaskan dalam hadits qudsi riwayat Bukhari dalam Shahihnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah, berfirman Allah Ta’ala:

أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ

“Aku bersama hamba-Ku dimana pun ia mengingat-Ku dan bergerak bibirnya karena (menyebut) Aku.”

Dan juga dalam riwayat lain dari Abu Hurairah dari Rasulullah, berfirman Allah Ta’ala:

وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

“Dan Aku bersamanya ketika mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka.”
Dan Nabi menyuruh kita untuk bersholawat atas beliau. Di antara keutamaan shalawat ini dijelaskan oleh Rasul:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا، وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ عَشْرًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ مِائَةً، وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِائَةً كَتَبَ اللَّهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ: بَرَاءَةً مِنَ النِّفَاقِ، وَبَرَاءَةً مِنَ النَّارِ، وأَسْكَنَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الشُّهَدَاءِ

Barangsiapa yang bersholawat atasku satu kali maka Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. Barangsiapa yang bersholawat atasku sepuluh kali maka Allah bershalawat atasnya seratus kali. Barangsiapa bersholawat atasku seratus kali, maka Allah menulis diantara dua matanya: ‘bebas dari kemunafikan, dan bebas dari api neraka’ dan Allah tempatkan dia di hari qiamat bersama para syuhada. [Al-Mu'jamul Awsath dan Al-Mu'jamush Shaghir Imam Thabrani dari Anas bin Malik]

‘Allah bershalawat atasnya’ maksudnya Allah memberinya kesejahteraan, keselamatan dan kasih-sayang-Nya. Wallahu a’lam.

15 Agu 2013

Ka'bah



Bangunan Ka'bah yang merupakan kiblat bagi orang Islam terletak di Masjidil Haram di Mekah. Ia merupakan bangunan yang harus dikunjungi jamaah haji. Sedikit informasi terkait Ka'bah yang tidak kita ketahui sebelum ini.


[1] Mekah adalah wilayah yang memiliki gravitasi paling stabil.

[2] Tekanan gravitasinya tinggi, dan di situlah berpusatnya kebisingan yang membangun yang tidak bisa didengar oleh telinga.

[3] Tekanan gravitasi yang tinggi berdampak langsung pada sistem imun tubuh untuk bertindak sebagai pertahanan dari segala serangan penyakit.

[4] Gravitasi tinggi = elektron ion negatif yang berkumpul di situ tinggi = doa akan termakbul karena di situ adalah tempat gema atau ruang dalam waktu bersamaan.

[5] Apa yang diniatkan di hati adalah gema yang tidak bisa didengar tetapi bisa terdeteksi frekuensinya. Pengaruh elektron menyebabkan kekuatan internal kembali tinggi, penuh semangat untuk melakukan ibadah, tidak ada sifat putus asa, mau terus hidup, penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.

[6] Gelombang radio tidak bisa mendeteksi posisi Ka'bah.

[7] Bahkan teknologi satelit pun tidak bisa meneropong apa yang ada di dalam Ka'bah. Frekuensi radio tidak mungkin dapat membaca apa-apa yang ada di dalam Ka'bah karena tekanan gravitasi yang tinggi.

[8] Tempat yang paling tinggi tekanan gravitasinya, memiliki konten garam dan aliran anak sungai di bawah tanah yang banyak. Sebab itu lah jika shalat di Masjidilharam meskipun di tempat yang terbuka tanpa atap masih terasa dingin.

[9] Ka'bah bukan sekedar bangunan hitam empat persegi tetapi satu tempat yang ajaib karena di situ pemusatan energi, gravitasi, zona magnetisme nol dan tempat yang paling dirahmati.

10. Tidur dengan posisi menghadap Ka'bah secara otomatis otak tengah akan terangsang sangat aktif sampai tulang belakang dan menghasilkan sel darah.

[11] Pergerakan mengelilingi Ka'bah arah lawan jam memberikan energi hidup alami dari alam semesta. semua yang ada di alam ini bergerak menurut lawan jam, Allah telah tentukan hukumnya begitu.

[12] Peredaran darah atau apa saja di dalam tubuh manusia sesuai lawan jam. Justru dengan mengelilingi Ka abah menurut lawan jam, berarti sirkulasi darah di dalam tubuh meningkat dan sudah tentunya akan menambah energi. Sebab itulah orang yang berada di Mekkah selalu bertenaga, sehat dan panjang umur.

[13] Sedangkan bilangan tujuh itu adalah simbolik ke tidak terhingga banyaknya. Angka tujuh itu berarti tidak terbatas atau terlalu banyak. Dengan melakukan tujuh kali putaran sebenarnya kita mendapat ibadat yang tidak terbatas jumlahnya.

[14] Larangan memakai topi, songkok atau menutup kepala karena rambut dan bulu roma (pria) adalah ibarat antena untuk menerima gelombang yang baik yang dipancarkan langsung dari Ka'bah. Sebab itu lah setelah melakukan haji kita seperti dilahirkan kembali sebagai manusia baru karena segala yang buruk telah ditarik dan diganti dengan nur atau cahaya yang baru.

[15] Setelah selesai semua itu baru lah bercukur atau Tahalul. Tujuannya untuk melepaskan diri dari pantang larang dalam ihram. Namun rahasia di sebaliknya adalah untuk membersihkan antena atau reseptor kita dari segala kekotoran sehingga hanya gelombang yang baik saja akan diterima oleh tubuh.

Subhanallah....

14 Agu 2013

Ibnu Al Haytham, Sang Maestro Optika



Melalui Kitab Al Manadhir, teori optik pertama kali dijelaskan. Hingga 500 tahun kemudian, teori yang fenomenal ini  dikutip banyak ilmuwan  sekelas Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Copernicus dan bahkan Sir Isaac Newton juga. Tahukah anda, siapa sang ilmuwan luar biasa  tersebut?

Tak banyak orang yang tahu bahwa orang pertama yang menjelaskan soal mekanisme penglihatan pada manusia -yang menjadi dasar teori optik modern- adalah ilmuwan Muslim asal Irak. Namanya Ibnu Al-Haytham atau di Barat dikenal dengan nama Alhazen. Lewat karya ilmiahnya, kitab Al Manadhir atau Kitab Optik, ia menjelaskan berbagai ragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia.

Selama lebih dari 500 tahun, Kitab Al Manadhir terus bertahan sebagai buku paling penting dalam ilmu optik. Di tahun 1572, karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Opticae Thesaurus. Bab tiga volume pertama buku ini mengupas ide-ide dia tentang cahaya. Dalam buku itu, Haytham meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya. Ia membuat percobaan yang sangat teliti tentang lintasan cahaya melalui berbagai media dan menemukan teori tentang pembiasan cahaya. Ia jugalah yang melakukan eksperimen pertama tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.

Dalam buku yang sama, ia menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul saat matahari terbenam, dan juga teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Ia juga melakukan percobaan untuk menjelaskan penglihatan binokular dan memberikan penjelasan yang benar tentang peningkatan ukuran matahari dan bulan ketika mendekati horison.


Haytham mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Ia memberikan penjelasan yang ilmiah tentang bagaimana proses manusia bisa melihat. Salah satu teorinya yang terkenal adalah ketika ia mematahkan teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid.

Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena ada cahaya yang keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan keduanya, Ibnu Haytham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek yang dilihatlah yang mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat.

Dalam buku ini, ia menjelaskan bagaimana mata bisa melihat objek. Ia menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja syaraf di otak hingga kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara detil bagian dan fungsi mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa, dan menjelaskan peranan masing-masing terhadap penglihatan manusia.

Salah satu karyanya yang paling menomental adalah ketika Haytham bersama muridnya, Kamal ad-Din, untuk pertama kali meneliti dan merekam fenomena kamera obsecura. Inilah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai “ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya.

Sementara dalam bukunya Mizan al-Hikmah, ia mendiskusikan kepadatan atmosfer dan membangun korelasi antara hal tersebut dengan faktor ketinggian. Ia juga mempelajari pembiasan atmosfer dan menemukan fakta bahwa senja hanya muncul ketika matahari berada 19 derajat di bawah horison. Dengan dasar itulah, ia mencoba mengukur tinggi atmosfer. Dalam bukunya, ia juga membahas teori daya tarik massa, suatu fakta yang menunjukkan ia menyadari korelasi percepatan dengan gravitasi.

Selain di bidang fisika, Ibnu Haytham juga memberikan kontribusi penting terhadap ilmu matematika. Dalam ilmu ini, ia mengembangkan analisis geometri dengan membangun hubungan antara aljabar dengan geometri. Haytham juga membuat buku tentang kosmologi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Yahudi di abad pertengahan. Karya lainnya adalah buku tentang evolusi, yang hingga kini masih menjadi perhatian ilmuwan dunia.

Sayangnya, dari sekian banyak karyanya -bukunya diperkirakan berjumlah 200 lebih- hanya sedikit yang terisa. Bahkan karya monumentalnya, Kitab Al Manadhir, tidak diketahui lagi rimbanya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahannya yang ditulis dalam bahasa Latin.

Oleh : Hamim Tohari, Yogyakarta

6 Agu 2013

Abu Mahfudz Ma’ruf bin Firus Al-Karkhi, Sufi Yang Bertamu Ke Arasy'



Ia mabuk cinta akan Dzat Ilahi. Konon, Allah mengkuinya sebagai manusia yang mabuk cinta kepada-Nya. Kebesarannya diakui berbagai golongan

Nama sufi ini tidak terlalu populer, meski sama-sama berasal dari Irak, namanya tak sepopuleh Syekh Abdul Qadir Jailani, Manshur Al-Hallaj, atau Junaid Al-Baghdadi. Dialah Ma’ruf Al-Kharqi, salah seorang sufi penggagas paham cinta dalam dunia Tasawuf yang jiwanya selalu diselimuti rasa rindu yang luar biasa kepada sang Khalik. Tak salah jika ia menjadi panutan generasi sufi sesudahnya. Banyak sufi besar seperti Sarry Al-Saqaty, yang terpengaruh gagasan-gagasannya. Ia juga diangap sebagai salah seorang sufi penerus Rabi’ah Al-Adawiyah sang pelopor mazhab Cinta.

Nama lengkapnya Abu Mahfudz Ma’ruf bin Firus Al-Karkhi. Meski lama menetap di Baghdad, Irak, ia sesungguhnya berasal dari Persia, Iran. Hidup  di zaman kejayaan Khalifah Harun Al-Rasyid dinasti Abbasiyah. tak seorangpun menemukan tanggal lahirnya. Perhatikan komentar Sarry As-Saqaty, salah seorang muridnya. “Aku pernah bermimpi melihat Al-Kharqi bertamu di Arasy, waktu itu Allah bertanya kepada Malaikat, siapakah dia? Malaikat menjawab, “Engkau lebih mengetahui wahai Allah,” maka Allah SWT berfirman, dia adalah Ma’ruf Al-Kharqi, yang sedang mabuk cinta kepadaku.”

Menurut Fariduddin Aththar, salah seorang sufi, dalam kitab Tadzkirul Awliya, orang tua Ma’ruf adalah seorang penganut Nasrani. Suatu hari guru sekolahnya berkata, “Tuhan adalah yang ketiga dan yang bertiga,” tapi, Ma’ruf membantah, “Tidak! Tuhan itu Allah, yang Esa.

Mendengar jawaban itu, sang guru memukulnya, tapi Ma’ruf tetap dengan pendiriannya. Ketika dipukuli habis-habisan oleh gurunya, Ma’ruf melarikan diri.

Karena tak seorang pun mengetahui kemana ia pergi, orang tua Ma’ruf berkata, “Asalkan ia mau pulang, agama apapun yang dianutnya akan kami anut pula.” Ternyata Ma’ruf menghadap Ali bin Musa  bin Reza, seorang ulama yang membimbingnya dalam Islam.

Tak beberapa lama, Ma’ruf pun pulang. Ia mengetuk pintu. “Siapakah itu” tanya orang tuanya. “Ma’ruf,” jawabnya. “agama apa yang engkau anut?” tanya orang tuanya. “Agama Muhammad, Rasulullah,” jawab Ma’ruf. Mendengar jawaban itu, orang tuanya pun memeluk Islam.

Cinta  Ilahiah

Salah seorang gurunya yang terkenal adalah Daud A-Tsani, ia membimbing dengan disiplin kesufian yang keras, sehingga mampu menjalankan ajaran agama dengan semangat luar biasa. Ia dipandang sebagai salah seorang yang berjasa dalam meletakkan dasar-dasar ilmu tasawuf dan mengembangkan paham cinta Ilahiah.

Menurut Ma’ruf, rasa cinta kepada Allah SWT tidak dapat timbul melalui belajar, melainkan semata-mata karena karunia Allah SWT. Jika sebelumnya ajaran taawuf bertujuan membebaskan diri dari siksa akhirat, bagi Ma’ruf merupakan sarana untuk memperoleh makrifat (pengenalan) akan Allah SWT. Tak salah jika menurut Sufi Taftazani, adalah Ma’ruf Al-Kharqi yang pertama kali memperkenalkan makrifat dalam ajaran tasawuf, bahkan dialah yang mendifinisikan pengertian tasawuf. Menurutnya, Tasawuf ialah sikap zuhud, tapi tetap berdasarkan Syariat.

Masih menurut Ma’ruf, seorang Sufi adalah tamu Tuhan di dunia. Ia berhak mendapatkan sesuatu yang layak didapatkan oleh seorang tamu, tapi sekali-kali tidak berhak mengemukakan kehendak yang didambakannya. Cinta itu pemberian Tuhan, sementara ajaran sufi berusaha mengetahui yang benar dan menolak yang salah. Maksudnya, seorang sufi berhak menerima pemberian Tuhan, seperti Karomah, namun tidak berhak meminta. Sebab hal itu datang dari Tuhan – yang lazimnya sesuai dengan tingkat ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT.

Gambaran tentang Ma’ruf diungkapkan oleh seorang sahabatnya sesama sufi, Muhammad Manshur Al-Thusi, katanya, “Kulihat ada goresan bekas luka di wajahnya. Aku bertanya: kemarin aku bersamamu tapi tidak terlihat olehku bekas luka. Bekas apakah ini?” Ma’ruf pun menjawab, “Jangan hiraukan segala sesuatu yang bukan urusanmu. Tanyakan hal-hal yang berfaedah bagimu.”

Tapi Manshur terus mendesak. “Demi Allah, jelaskan kepadaku,” maka Ma’ruf pun menjawab. “Kemarin malam aku berdoa semoga aku dapat ke Mekah dan bertawaf mengelilingi Ka’bah. Doaku itu terkabul, ketika hendak minum air di sumur Zamzam, aku tergelincir, dan mukaku terbentur sehingga wajahku lukan.”

Pada suatu hari Ma’ruf berjalan bersama-sama muridnya, dan bertemu dengan serombongan anak muda yang sedang menuju ke Sungai Tigris. Disepanjang perjalanan anak muda itu bernyanyi sambil mabuk. Para murid Ma’ruf mendesak agar gurunya berdoa kepada Allah sehingga anak-anak muda mendapat balasan setimpal. Maka Ma’ruf pun menyuruh murid-muridnya menengadahkan tangan lalu ia berdoa, “Ya Allah, sebagaimana engkau telah memberikan kepada mereka kebahagiaan di dunia, berikan pula kepada mereka kebahagiaan di akherat nanti.” Tentu saja murid-muridnya tidak mengerti. “Tunggulah sebentar, kalian akan mengetahui rahasianya,” ujar Ma’ruf.

Beberapa saat kemudian, ketika para pemuda itu melihat ke arah Syekh Ma’ruf, mereka segera memecahkan botol-botol anggur yang sedang mereka minum, dengan gemetar mereka menjatuhkan diri di depan Ma’ruf dan bertobat. Lalu kata Syekh Ma’ruf kepada muridnya, “Kalian saksikan, betapa doa kalian dikabulkan tanpa membenamkan dan mencelakakan seorang pun pun juga.”

Ma’ruf mempunyai seorang paman yang menjadi Gubernur. Suatu hari sang Gubernur melihat Ma’ruf sedang makan Roti, bergantian dengan seekor Anjing. Menyaksikan itu pamannya berseru, “Tidakkah engkau malu makan roti bersama seekor Anjing?” maka sahut sang kemenakan, “Justru karena punya rasa malulah aku memberikan sepotong roti  kepada yang miskin.” Kemudian ia menengadahkan kepala dan memanggil seekor burung, beberapa saat kemudian, seekor burung menukik dan hinggap di tangan Ma’ruf. Lalu katanya kepada sang paman, “Jika seseorang malu kepada Allah SWT, segala sesuatu akan malu pada dirinya.”  Mendengar itu, pamannya terdiam, tak dapat berkata apa-apa.

Suatu hari beberapa orang syiah mendombrak pintu rumah gurunya, Ali bin Musa bin Reza, dan menyerang Ma’ruf hingga tulang rusuknya patah. Ma’ruf tergelatak dengan luka cukup parah, melihat itu, muridnya, Sarry al-Saqati berujar, “Sampaikan wasiatmu yang terakhir,” maka Ma’ruf pun berwasiat. “Apabila aku mati, lepaskanlah pakaianku, dan sedekahkanlah, aku ingin mneinggalkan dunia ini dalam keadaan telanjang seperti ketika dilahirkan dari rahim ibuku.”

Sarri as-Saqathi meriwayatkan kisah: Pada suatu hari perayaan aku melihat ma’ruf tengah memunguti biji-biji kurma.

“Apa yang sedang engkau lakukan?” tanyaku.

Ia menjawab, “Aku melihat seorang anak menangis. Aku bertanya, “Mengapa engkau menangis?” ia menjawab. “Aku adalah seorang anak yatim piatu. Aku tidak memiliki ayah dan ibu. Anak-anak yang lain memdapat baju-baju baru, sedangkan aku tidak. Mereka juga dapat kacang, sedangkan aku tidak,” lalu akupun memunguti biji-biji kurma ini. Aku akan menjualnya, hasilnya akan aku belikan kacang untuk anak itu, agar ia dapat kembali riang dan bermain bersama anak-anak lain.”

“Biarkan aku yang mengurusnya,” kataku.

Akupun membawa anak itu, membelikannya kacang dan pakaian. Ia terlihat sangat gembira. Tiba-tiba aku merasakan seberkas sinar menerangi hatiku. Dan sejak saat itu, akupun berubah.

Suatu hari Ma’ruf batal wudu. Ia pun segera bertayammum.

Orang-orang yang melihatnya bertanya, “Itu sungai Tigris, mengapa engkau bertayammum?”

Ma’ruf menjawab, “Aku takut keburu mati sebelum sempat mencapai sungai itu.”

Ketika Ma’ruf wafat, banyak  orang dari berbagai golongan datang bertakziyah, Islam, Nasrani, Yahudi. Dan ketika jenazahnya akan diangkat, para sahabatnya membaca wasiat almarhum: “Jika ada kaum yang dapat mengangkat peti matiku, aku adalah salah seorang diantara mereka.” Kemudian orang Nasrani dan Yahudi maju, namun mereka tak kuasa mengangkatnya. Ketika tiba giliran orang-orang muslim, mereka berhasil, lalu mereka menyalatkan dan menguburkan jenazahnya.