CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

30 Nov 2013

Tanda Jika Dihukum Allah SWT (Pesan Nabi Syuaib As)



Nabi Syuaib, berkata, "Aku takkan menyingkapkan rahasiamu, tapi Aku akan tunjukkan sehingga kau mengerti. "Dalam hidupmu, kau telah banyak beramal salih. Kau sering berpuasa dan salat malam. Tapi kau belum merasakan nikmatnya semua itu. Kau memiliki banyak buah, namun tak ada yang rasanya manis. Tanpa cita rasa dan benih kenikmatan, sebiji epal takkan tumbuh menjadi pohon yang penuh dengan buah.

Begitu pula dengan ibadahmu, ibadah tanpa rasa kenikmatan tak lebih dari sekadar khayalan...." 


Apakah kita yakin dengan kualitas ibadah kita?? jika kita tidak menikmatinya, tidak lebih hanya dari sebuah khayalan... mari sama sama Instropeksi diri..ini ciri Tawadhu kita dalam beribadah..

Mudah mudahan amalan kita itulah kenikmatan kita, rejeki kita, bukan malah menjadi beban kita :') Aamiinn

Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan Buah Limau



Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu baginda bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk baginda. Cantik sungguh buahnya. Siapa yang melihat pasti terliur. Baginda menerimanya dengan senyuman gembira. Hadiah itu dimakan oleh Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan tersenyum.

Biasanya Rasulullah SAW akan makan bersama para sahabat, namun kali ini tidak. Tidak seulas pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu meminta diri untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari baginda.
Sahabat-sahabat agak heran dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya. Dengan tersenyum Rasulullah SAW menjelaskan “Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam semasa saya merasainya kali pertama. Kiranya kalian turut makan bersama, saya bimbang ada di antara kalian yang akan mengenyetkan mata atau memarahi wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya.”

Begitulah akhlak Rasulullah SAW. Baginda tidak akan memperkecil-kecilkan pemberian seseorang biarpun benda yang tidak baik, dan dari orang bukan Islam pula. Wanita kafir itu pulang dengan hati yang kecewa. Mengapa? Sebenarnya dia bertujuan ingin mempermain-mainkan Rasulullah SAW dan para sahabat baginda dengan hadiah limau masam itu. Malangnya tidak berhasil. Rencananya di’tewas’kan oleh akhlak mulia Rasulullah SAW.


Iblis



Iblis adalah makhluk dari bangsa Jin (QS.18. Al-Kahfi : 50) yang diciptakan dari api (QS.55. Ar-Rahman : 15). Pada mulanya Iblis adalah makhluq yang tekun ibadah kepada Allah SWT, namun menjadi makhluq terkutuk tatkala menolak mematuhi perintah Allah SWT untuk sujud kepada Adam AS dengan dalih bahwa dia diciptakan dari api, sedang Adam AS diciptakan dari tanah (QS.7. Al-A’raf : 12). Iblis dikutuk dan diusir dari surga (QS.15. Al-Hijr 34-35), serta ditetapkan sebagai penghuni neraka jahannam (QS.38. Shaad : 85).

Setelah dikutuk, Iblis mengajukan permohonan penangguhan kepada Allah SWT hingga Hari Qiyamat. Permohonannya dikabulkan, lalu Iblis pun bersumpah akan menyesatkan anak cucu Adam AS (QS.15. Al-Hijr : 36-40). Lalu Iblis menggoda Adam dan Hawa, ‘alaihimas salam, hingga keduanya masuk perangkapnya. Allah SWT pun mengeluarkan Adam dan Hawa, ‘alaihimas salam, dari surga, tapi kemudian Allah SWT menerima taubat keduanya (QS.2. Al-Baqarah : 36-37).

Iblis Bertauhid?
Ada orang mengatakan bahwa penolakan Iblis untuk sujud kepada Adam AS merupakan bukti kelurusan Tauhid Iblis. Karena Iblis hanya mau sujud kepada Allah SWT, bukan kepada makhluq, sesuai pernyataan Iblis bahwa dia tidak akan sujud kepada manusia yang mana pun (QS.15. Al-Hijr : 33). Sehingga vonis “kutukan” terhadap Iblis menjadi sesuatu yang “blunder” dan membingungkan.

Jawabnya, pada mulanya Iblis memang bertauhid kepada Allah SWT. Namun, tatkala Iblis menolak mematuhi perintah Allah SWT dengan sikap membangkang, maka Tauhidnya gugur. Dalam Syariat Nabi Muhammad SAW memang diharamkan sujud kepada makhluq, tapi ketika penciptaan Adam AS, Syariat Nabi Muhammad SAW belum ada. Justru, Allah SWT sebagai pembuat Syariat yang memerintahkan Iblis untuk sujud kepada Adam AS, sehingga sujud kepada Adam AS bagi Iblis pada waktu itu adalah syariat Hukum Allah SWT yang harus dipatuhi oleh Iblis dan Malaikat.

Sama halnya dengan menyembelih anak kandung diharamkan dalam Syariat Nabi Muhammad SAW, tapi itu tidak berlaku pada saat Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, sebagai ujian. Justru, ketika itu penyembelihan Nabi Ismail AS bagi Nabi Ibrahim AS adalah syariat Hukum Allah SWT yang mesti ditaati. Akhirnya, ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, ‘alaihimas salam, lulus ujian, maka Allah SWT menggantikannya dengan seekor kambing kibas yang bagus untuk dikurbankan.

Selain itu, pengertian Tauhid tidak hanya terbatas kepada “Uluhiyyah” yaitu pengakuan bahwa Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang menciptakan Alam Semesta dan yang memilikinya serta yang menjamin rizqi makhuq-Nya. Tapi pengertian Tauhid juga harus mencakup “Ubudiyyah” yaitu pengakuan bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang mencipta Alam Semesta dan memilikinya serta menjamin makhluq-Nya adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan dipatuhi serta ditaati.

Karenanya, walau pun Iblis mengakui “Uluhiyyah” hanya untuk Allah SWT, namun pembangkangannya terhadap perintah Allah SWT menunjukkan tidak adanya pengakuan “Ubudiyyah” hanya untuk Allah SWT. Dengan demikian, Iblis tidak lagi bertauhid kepada Allah SWT, melainkan sudah kafir, karena Tauhid itu satu dan tidak berbilang, sehingga Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Ubudiyyah merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dan tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu sudah sepantasnya Iblis dikutuk oleh Allah SWT

Penangguhan dan Sumpah Iblis
Kenapa permohonan penangguhan Iblis dikabulkan oleh Allah SWT? Ada sejumlah jawaban yang diberikan Ulama : Pertama, sebagai bukti Keadilan Allah SWT yang memberi ganjaran kepada Iblis atas ibadah yang pernah dilakukannya selama ribuan tahun sebelum Adam AS diciptakan, sehingga Iblis ditangguhkan juga selama ribuan tahun hingga Hari Qiyamat. Kedua, agar Iblis tidak punya hujjah di kemudian hari untuk menuntut Allah SWT atas ibadah yang pernah dilakukannya. Ketiga, sebagai ujian bagi anak cucu Adam AS. Wallahu A’lam.

Pembangkangan Iblis terhadap perintah Allah SWT sehingga tidak mau sujud kepada Adam AS, lahir dari sifat Takabbur dan Hasud. Iblis takabbur karena merasa diri lebih mulia daripada Adam AS (QS.2. Al-Baqarah : 34). Itu tercermin dari dalih yang digunakannya saat menolak sujud kepada Adam AS, yaitu bahwa Iblis diciptakan dari api, sedang Adam AS diciptakan dari tanah. Ada pun Iblis hasud karena iri dan dengki terhadap kemuliaan Adam AS yang dianugerahkan Allah SWT (QS.7. Al-A’raf : 12).

Sumpah Iblis di hadapan Allah SWT Untuk menyesatkan anak cucu Adam AS adalah bentuk dendam kesumat (QS.15. Al-Hijr : 49). Dendam karena kecewa dan sakit hati terhadap manusia yang dianggap menjadi penyebab Iblis diusir dari surga dan dikutuk oleh Allah SWT, serta akan disiksa kelak dalam neraka jahannam. Kesumat karena dendam tersebut akan berlangsung turun menurun sampai Hari Qiyamat.

Visi Misi Iblis
Visi Iblis adalah pelampiasan dendam terhadap manusia, sedang Misi Iblis adalah menyesatkan manusia. Dalam rangka mensukseskan Visi Misi tersebut, maka Iblis sejak awal telah menetapkan Target dan Strategi serta Tak-Tik untuk melumpuhkan manusia. Dalam Visi Misi Iblis yang menjadi Target adalah “Buat manusia durhaka kepada Allah SWT”, dengan Strategi “Halangi manusia dari jalan lurus”. Ada pun Tak-Tik nya adalah “Manfaatkan kelemahan manusia”, karena Iblis tahu benar bahwa manusia itu lemah (QS.4. An-Nisaa’ : 28) dan penuh keluh kesah (QS.70. Al-Ma’aarij : 19) serta selalu tergesa-gesa (QS.17. Al-Isra’ : 11).

Kelemahan manusia yang paling mencolok adalah “Takut miskin”, dan “Ingin aman dari kemiskinan” serta memiliki “Hawa nafsu”. Oleh karenanya Tak-Tik Iblis dalam memanfaatkan kelemahan manusia antara lain : Pertama, eksplorasi besar-besaran rasa takut manusia terhadap lapar dan kemiskinan serta masa depan (QS.2. Al-Baqarah : 268). Kedua, dorong rasa ingin aman dari lapar dan kemiskinan dengan menjadikan materi sebagai pengaman (QS.4. An-Nisaa’ : 119).  Ketiga, kembangkan hawa nafsu manusia untuk meraih aman selamanya dengan menjadikan hawa nafsunya sebagai sesuatu yang terlihat bagus dalam pandangannya, selanjutnya jadikan materi sebagai tujuan (QS.6. Al-An’aam : 43). Dengan tak-tik inilah, Iblis ingin menjadikan manusia sebagai makhluq materialisme yang serakah.

Iblis mengeksplorasi nafsu serakah manusia agar manusia menjadi serakah harta dan kekayaan, serakah jabatan dan kedudukan, serakah kewenangan dan kekuasaan, serta serakah penghormatan dan pujian, bahkan serakah hidup hingga cinta dunia dan takut mati. Dari sini Iblis mendorong manusia untuk menguasai ekonomi dan keuangan dunia serta mengendalikan politik untuk melindungi keserakahannya. Selanjutnya, Iblis selalu menuntun manusia untuk memperbudak manusia lainnya dengan menguasai sumber daya manusia serta menghisapnya sebanyak-banyaknya dan selama-lamanya hanya untuk memenuhi nafsu serakahnya. Orang bijak pernah berkata : “Dunia dan isinya cukup untuk memenuhi kebutuhan SEMUA manusia, tapi takkan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan SEORANG manusia.”

Iblis akan terus menerus mengeksplorasi nafsu serakah manusia, sehingga manusia merasa diri sebagai “Tuhan”, dimana kehendaknya harus berlaku, ucapannya menjadi putusan hukum yang harus dipatuhi, tidak boleh dikritik apalagi diprotes, dan dia tidak mau tunduk kepada siapa pun, termasuk kepada Tuhan yang sebenarnya yaitu Allah SWT.

Iblis Network
Visi Misi Iblis terlalu besar, sehingga mustahil dikerjakan sendiri, karena pelampiasan dendam terhadap SEMUA manusia dengan menyesatkan SEMUA anak cucu Adam AS di atas muka Bumi yang luas merupakan hal yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh Iblis sendirian. Karenanya, Iblis merekrut pengikut dari kalangan jin dan manusia sebanyak-banyaknya, serta membuat network (Jaringan Kerja) seluas-luasnya.

Iblis Network memiliki banyak “kegunaan” bagi Iblis dalam melaksanakan Visi Misinya, antara lain : Pertama, meringankan beban, karena menyesatkan milyaran manusia menjadi beban sangat berat bagi Iblis. Kedua, memudahkan kerja, karena menyesatkan manusia banyak sepanjang zaman adalah pekerjaan sangat sulit bagi Iblis. Ketiga, menguatkan visi misi, karena visi misi Iblis tidak mungkin bahkan mustahil dikerjakan sendirian. Keempat, memaksimalkan kerja dan mengoptimalkan hasil, yaitu dengan jaringan kerja Iblis yang terorganisir maka kerja dan hasilnya bisa maksimal dan optimal. Kelima, mencapai target, yaitu dengan jaringan kerja Iblis yang tersistem maka menjamin pencapaian target yang diinginkan Iblis.

Lalu siapakah yang menjadi Jaringan Iblis? Pertama yang pasti adalah keturunan Iblis, karena di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Iblis dan keturunannya menjadi musuh bagi umat manusia (QS.18. Al-Kahfi : 50). Kedua adalah kelompok Kafir dan Munafiq dari kalangan manusia dan jin, dalam Al-Qur’an disebut sebagai Syetannya manusia dan jin (QS.6. Al-An’aam : 112)

Di kalangan manusia, Iblis membuat jaringan besar dan luas dengan aneka kelompok dan jenisnya yang tersebar di seluruh muka Bumi, antara lain yang terbesar dan sangat berbahaya adalah : Pertama, kelompok Zionis yang selalu memusuhi Islam dan berupaya menghancurkannya dengan cara keji dan biadab. Kedua, kelompok Misionaris yang selalu berupaya memurtadkan umat Islam dengan berbagai macam cara, mulai dari bujuk rayu hingga pemaksaan. Ketiga, kelompok Musyrik yang membudayakan dan melestarikan berbagai kemusyrikan di tengah masyarakat. Keempat, kelompok Atheis yang menentang eksistensi Tuhan dan agama. Kelima, kelompok Aliran Sesat yang menyebarluaskan ajaran sesat dan menyesatkan di tengah umat, termasuk perdukunan dan para pemuja Syetan. Keenam, kelompok Ahli Ma’siat yang selalu menyebarluaskan kemunkaran untuk merusak Aqidah, Syariat dan Akhlak umat Islam, ini mencakup semua sindikat kejahatan dalam bidang korupsi, pencurian, penipuan, perampokan, perzinahan, pelacuran, pemerkosaan, pornografi, pornoaksi, perjudian, minuman keras, narkoba, premanisme, penjualan manusia merdeka, hingga penculikan, penganiayaan dan pembunuhan. Ketujuh, kelompok Liberal yang melakukan serangan terhadap ajaran Islam dengan kekerasan pemikiran, bahkan kekerasan fisik.


29 Nov 2013

Syaikh Abdul Qadir Jailani dan Malaikat Maut



Dalam ceramah di akhir bulan Rajab 546 H di Madrasah, Syekh Abdul Qadir Jailani menuturkan:

Imam Junaid Al-Baghdadi rahimahullah sering kali mengatakan :
“Apa yang dapat kuperbuat terhadap diriku? Aku ini hanya seorang hamba dan milik Majikanku.” 
Dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah, tidak memiliki pilihan lain selain terhadap-Nya dan tidak mengusik-Nya. Junaid telah rela dengan apa pun yang ditakdirkan kepadanya. Hatinya telah menjadi baik dan nafsunya telah tenang.

Dia telah mengamalkan firman Allah Azza wa Jalla, “Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang
telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS Al-‘Araf:
196)
Pada suatu malam, aku mengingat kematian, dan aku menangis dari awal malam hingga waktu sahur
tiba. Aku berdoa, “Ya Tuhanku, aku mohon kepadamu agar malaikat mautt tidak mencabut nyawaku,
tapi Engkau sendiri yang mencabutnya.

” Kemudian, aku tertidur, lalu aku bermimpi melihat seorang
tua yang mengagumkan dan menawan. Dia kemudian masuk dari arah pintu, dan aku bertanya
kepadanya: “Siapakah engkau?”

Lalu, dia menjawab, “Aku malaikat maut.”

Aku katakan kepadanya, “Aku telah meminta kepada Allah agar Dia sendiri yang mencabut nyawaku,
bukan engkau yang akan mencabutnya.”

Malaikat itu balik bertanya, “Lalu mengapa engkau meminta hal itu? Apa dosaku? Aku hanyalah hamba yang mengikuti perintah. Aku diperintahkan bersikap lemah lembut terhadap suatu kaum dan bersikap kasar kepada kaum yang lainnya.” Kemudian, dia memelukku dan menangis, maka aku pun menangis bersamanya.

Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
“Betapa banyak hati yang terbakar oleh kecintaan kepada dunia, padahal di dadanya ada Al-Quran. Sementara, banyak orang saleh yang selalu bangun malam mendirikan shalat malam, beramar makruf nahi munkar. Tangan mereka itu terbelenggu oleh sikap wara’ sehingga meninggalkan dunia, dan keinginan mereka mencari Tuhan mereka begitu kuat. Maka,
infakkan harta kalian kepada mereka itu. Sebab, di kemudian hari mereka itu akan mendapatkan
kekuasaan di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.”

---Dikutip dari kitab Fath Rabbani.


Sumber

Pengorbanan Nabi Zakaria As



Dalam usia yang masuk uzur, Zakaria AS merindukan kehadiran seorang putra. Ia khawatir jika hingga ajal dicabut belum juga memiliki keturunan, maka siapa nanti yang akan meneruskan perjuangan syiar agama-Nya. Karena itulah Zakaria AS tak pernah berhenti bermunajat kepada Allah SWT, minta agar Dzat Yang Maha Perkasa memberinya anak.

“Yaa, Allah, yaa Rabb. Janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri. Engkau sebaik-baiknya Dzat yang memberi keturunan. Yaa, Tuhanku, telah lemah tulang belulangku, telah penuh uban di kepalaku, dan bukanlah aku seorang sial dalam berdoa kepada-Mu. Sedangkan istriku adalah seorang perempuan mandul, berilah kepadaku dari karunia-Mu seorang anak yang kelak akan menjadi penggantiku,” doa Zakaria AS tak berhenti hanya sekali. Ia tak ingin kobaran semangat syiar agama yang ada di pundaknya terputus gara-gara tidak punya keturunan. Sementara kondisi rahim sang istri sudah tidak mungkin untuk melahirkan anak.

Doa Zakaria AS dijawab oleh Allah SWT. Melalui malaikat utusan-Nya, Allah SWT menjanjikan Zakaria AS akan dikaruniai seorang anak yang kelak diberi nama Yahya. “Belum pernah ada manusia yang bernama Yahya,” kata Sang Malaikat utusan Allah SWT. Namun jawaban dari Allah SWT tersebut justru membuat Zakaria AS merasa kebingungan. Bagaimana mungkin aku bisa membuahi rahim istriku, sementara aku sudah tidak punya kemampuan lagi mendekatinya? Bagaimana mungkin pula rahim istriku yang mandul dapat mengandung putra pemberian-Mu? Rasa gundah ini muncul karena memang Zakaria AS yang hidup di jamannya saat itu punya sifat selalu ingin jelas dan nyata dalam menghadapi persoalan apapun.

Gundah hati Zakaria AS segera pula dijawab oleh Allah SWT. Melalui Sang Malaikat, Dia berkata, “Bukankah Allah yang menjadikanmu, sedang sebelumnya kamu tidak ada? Dan Tuhan itu pulalah yang akan memberi engkau anak?”

Tanda-tanda kebesaran Sang Illahi pun terjadi. Istri Zakaria AS yang sudah uzur dengan rahim yang mandul suatu ketika diketahui hamil. Dari rahim sang istri itulah lahir seorang bayi laki-laki yang kemudian, sesuai dengan petunjuk Allah SWT, diberi nama Yahya. Kelak anak itu akan tumbuh jadi seorang pemimpin (nabi) yang mempunyai kecerdasan luar biasa, tegas dalam mengambil keputusan, serta memiliki keimanan yang teruji. Ia pun hafal segala isi Kitab Suci Taurat dan menerapkannya dalam perikehidupan sehari-hari.

Alkisah, Yahya, setelah ia tumbuh dewasa, ditetapkan sebagai seorang penghukum atau hakim. Saat mengemban amanah sebagai hakim, ia pernah menghadapi dilema yang sangat pelik. Dilema itu berawal dari keinginan Raja Hirodus yang menguasai Negeri Palestina yang hendak meminang salah seorang keponakan Yahya. Sang keponakan yang diceritakan berparas sangat cantik itu bernama Hirodia. Raja Hirodus sudah datang kepada orangtua Hirodia dan keputusan untuk mengawini gadis itu sudah bulat.

Mendengar kabar bahwa Hirodia akan dinikahi oleh Raja Hirodus, bukan main marahnya Yahya. Ia memvonis perkawinan kedua orang itu tidak sah karena bertentangan dengan ketentuan yang terkandung dalam Kitab Suci Taurat. “Perkawinan mereka tidak akan saya akui dan saya akan menentang sekeras-kerasanya perkawinan mereka!” ujar Yahya sambil menyebutkan, Hirodia atau Harduba itu sesungguhnya adalah anak Raja Hirodus itu sendiri. Kabar tersebut disampaikan oleh Abdullah bin Zubair. Sementara dari As-Suddy mengatakan, Hirodia merupakan anak tiri dari Raja Hirodus yang hukumnya “haram” dinikahi olehnya (Raja Hirodus). Begitu pula Ibnu Abbas memberi kabar, Hirodia masih merupakan anak saudara laki-laki Raja Hirodus. Semua argumentasi tersebut menurut Kitab Taurat, sama dengan hukum Al-Qur’an, sangatlah tidak halal Raja Hirodus memperistri Hirodia!

Keputusan Yahya demikian, tentu saja, membuat berang Raja Hirodus dan membuat kecewa Hirodia. Lalu keduanya mengatur siasat untuk menghabisi Yahya karena dianggap telah mengacaukan rencana perkawinan mereka. Hirodia pun, dengan kecantikan yang dimilikinya, berusaha menggoda Yahya. Namun kemolekan rupa dan tubuh gadis itu sama sekali tidak membuat Yahya mengubah keputusannya.

Gagal menggoda Yahya dengan berahi yang ditawarkannya, Hirodia lantas menghasut Raja Hirodus untuk membunuh “hakim agung” yang dianggapnya keras kepala itu.  Permintaan sang kekasih itu tentu saja tidak ditolak oleh Raja Hirodus yang memegang tampuk kekuasaan sebagai raja di negerinya dari tahun 4 sebelum Masehi hingga tahun 37 sesudah Masehi. Raja dzolim itu pun segera menangkap Yahya, kemudian memenjarakannya. Diriwayatkan, di dalam penjara itulah lelaki yang kemudian dalam sejarah dikenal sebagai Nabi Yahya AS tersebut dibunuh dengan cara yang biadab: disembelih!

Cerita di atas menunjukkan bahwa, Nabi Zakaria AS telah melakukan pengorbanan yang sangat luar biasa. Tidak semua umat manusia, apalagi yang hidup di jaman sekarang, yang bisa menyamai pengorbanan beliau. Yakni harus rela kehilangan putra semata wayang yang tewas dengan cara mengenaskan, padahal sebelumnya beliau sangat berharap hadirnya seorang anak untuk melanjutkan tugas-tugasnya sebagai Utusan Allah SWT. Padahal saat itu sangat memungkinkan bagi Nabi Zakaria AS memengaruhi Yahya untuk mencabut keputusannya atau mencari solusi lain, lalu merestui perkawinan Raja Hirodus dengan Hirodia. Apa pula pengorbanan lain dari sosok Nabi Zakaria AS?

Setelah menghabisi Nabi Yahya AS dengan cara keji, Raja Hirodus mencari pula Nabi Zakaria AS. Mungkin dia berpikir orang itu kelak akan pula menghalangi keinginannya mengawini Hirodia, gadis cantik pujaan hatinya. Karena itu, Raja Hirodus berniat menghabisi pula Nabi Zakaria AS! Rupanya Raja Hirodus ingin meneruskan “kepiawaian” sang bapak dalam urusan bunuh membunuh manusia. Konon sang bapak, Raja Hirodus Agung, adalah pembegal ratusan nyawa manusia.

Kabar dirinya hendak dibunuh oleh Raja Hirodus, rupanya terendus oleh Nabi Zakaria AS. Beliau pun lari untuk bersembunyi dan menyelamatkan diri. Konon Nabi Zakaria AS sempat bersembunyi di sebuah kebun dekat kota Yerusalem. Tetapi apa lacur tempat persembunyian beliau diketahui oleh balatentara Raja Hirodus. Sebatang pohon yang membelah dirinya dan mempersilakan Nabi Zakaria AS bersembunyi di dalamnya, ditunjukkan oleh iblis kepada tentara Raja Hirodus. Alhasil, batang pohon tempat bersembunyi Nabi Zakaria AS digergaji oleh mereka. Nabi Zakaria AS tewas dengan tubuh terbelah dua!

Allah SWT pun murka. Kematian para Sang Kekasih itu kemudian dibalas oleh-Nya dengan menimpakan berbagai bencana kepada kaum Bani Israil yang merupakan  kaum Raja Hirodus. Dalam sebuah kisah diceritakan, mereka pernah terbunuh hingga 120.000 orang dalam sebuah peperangan yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai serangan Nebukadnezar dari Babill dan serangan Titus dari Kerajaan Romawi. Dan itu terjadi sebelum serta sesudah kelahiran Nabi Isa bin Maryam AS. Wallahu’alam.

Abu al-'Iz Ibn Ismail ibn al-Razāz al-Jazarī / Al Jazari, Bapak Robotika Modern



Peradaban Islam di era keemasan telah menguasai teknologi yang sangat tinggi. Pada abad ke-13 M, dunia Islam sudah menggenggam teknologi robot. Insinyur Muslim di zaman kekhalifahan sudah mampu menciptakan robot mirip manusia. Pencapaian itu sekaligus mematahkahkan klaim Barat yang kerap menyebut Leonardo da Vinci sebagai perintis teknologi robot.

Da Vinci baru merancang pembuatan robot pada 1478, itu pun baru berbentuk desain di atas kertas. Sedangkan, insinyur Muslim yang sangat brilian, Al-Jazari, sudah berhasil merancang dan menciptakan aneka bentuk robot pada awal abad ke-13 M. Atas dasar itulah, masyarakat sains modern menjulukinya sebagai ''Bapak Robot''. Peradaban Islam lebih maju tiga abad dalam teknologi robot dibanding Barat.



Peradaban Islam adalah perintis dalam bidang teknologi automata, yakni sebuah mesin yang dapat berjalan sendiri (self operating). Automata sering digunakan untuk menggambarkan sebuah robot atau lebih khusus robot autonomous. Kata Automata berasal dari bahasa Yunani automatos, yakni berlaku atas kehendak sendiri, bergerak sendiri.

Kata itu digunakan untuk menggambarkan mesin-mesin bergerak tak-elektronik, khususnya yang dirancang untuk menyerupai gerakan manusia atau hewan. Mesin robot yang diciptakan Al-Jazari berbentuk sebuah perahu yang terapung di sebuah danau yang ditumpangi empat robot pemain musik.

Robot yang terdiri atas dua penabuh drum, seorang peniup harpa, dan pemain suling logam itu diciptakan untuk menghibur para tamu kerajaan dalam acara jamuan minum. Al-Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang di kemudian hari dikenal sebagai mesin robot. ''Itu adalah automata pertama yang bisa diprogram,'' ungkap Prof Noel Sharkey.

Robot penabuh drum yang dirakit Al-Jazari dapat memainkan beragam irama yang berbeda-beda. Robot yang ditemukan Al-Jazari itu juga mengundang kekaguman Charles B Fowler. Menurut dia, temuan insinyur Muslim itu bisa disebut ''robot band''. Sebuah pencapaian penting yang belum pernah ditemukan peradaban lain sebelumnya dan kebudayaan lain di zaman itu.

Secara khusus Mark E Rosheim menyimpulkan, kemajuan yang dicapai dunia Islam di era kejayaan dalam bidang robotika sebagai sebuah penemuan lebih maju dibandingkan zaman Yunani. ''Tak seperti desain Yunani, contoh robot yang diciptakan dunia Islam (Arab) mampu mengundang daya tarik. Tak hanya dalam ilusi dramatis, tetapi mampu menghadirkan lingkungan yang bisa membuat manusia lebih nyaman,'' ungkap Rosheim.

Menurut Rosheim, robot ciptaan Al-Jazari itu merupakan salah satu kontribusi peradaban Islam yang sangat penting bagi teknologi. Menurut dia, robot yang diciptakan peradaban Islam di awal abad ke-13 M sudah berbentuk manusia robot dan mampu membantu manusia untuk tujuan praktis. Sayangnya, kata dia, robot itu tak diciptakan untuk kepentingan industri.

Selain ''robot band'', Al-Jazari juga berhasil menciptakan sebuah robot pramusaji berbentuk manusia yang bertugas untuk menghidangkan air, teh, atau minuman lainnya. Minuman disimpan dalam sebuah tank dengan reservoir (penampung air). Dari penampung itu, air dialirkan ke dalam sebuah ember dan setelah tujuh menit mengalir ke sebuah cangkir. Setelah itu, robot itu mengeluarkan minumannya.

Penemuan penting lainnya di era kejayaan Islam yang tak kalah menarik adalah pencuci tangan otomatis dengan mekanisme pengurasan. Mekanisme yang dikembangkan Al-Jazari itu, kini digunakan dalam sistem kerja toilet modern. Robot pencuci tangan otomatis itu berbentuk seorang wanita yang berdiri dengan sebuah baskom berisi air.

Ketika seorang pengguna menahan tuas, air akan mengering dan robot wanita itu akan kembali mengisi baskom dengan air. Robot lainnya yang dikembangkan Al-Jazari adalah air mancur burung merak. Robot ini berfungsi sebagai pengganti pembantu atau pelayan. Robot ini memudahkan orang saat membersihkan tangan, karena robot burung merak itu akan menawarkan sabut dan handuk secara otomatis.

Robot lainnya yang diciptakan insinyur Muslim adalah burung merak otomatis yang bisa bergerak. Al-Jazari menggerakkan robot burung merak itu dengan tenaga air. Teknologi robot lainnya yang ditemukan Al-Jazari adalah pintu otomatis sebagai bagian dari salah satu jam air yang diciptakannya.

Teknologi automata yang dikembangkan Al-Jazari mencapai 50 jenis dan semuanya ditulis dan digambarkan dalam kitabnya yang sangat legendaris, Al-Jami Bain al-Ilm Wal ‘Aml al-Nafi Fi Sinat ‘at al-Hiyal (The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices). Karyanya ini berisi tentang teori dan praktik mekanik. Dalam kitab itu, Al-Jazari membeberkan secara detail beragam hal terkait mekanika.

Selain itu, Al-Jazari juga menciptakan teknologi automata lainnya yang berfungsi untuk membantu dan memudahkan tugas manusia. Ia antara lain menciptakan peralatan rumah tangga dan musik automata yang digerakkan tenaga air.

Semua robot yang ditemukan peradaban Islam lewat Al-Jazari sungguh sangat mencengangkan. ''Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin,'' ungkap sejarawan Inggris, Donald R Hill, dalam tulisannya berjudul, Studies in Medieval Islamic Technology.

Sejarawan lainnya yang terpesona dengan risalah penemuan Al-Jazari adalah Lynn White. ''Jelas sudah bahwa penemu roda gigi pertama adalah Al-Jazari. Barat baru menemukannya pada 1364 M.'' Menurut Lynn, kata gear (roda gigi) baru menjadi perbendaharaan kata atau istilah dalam desain mesin Eropa pada abad ke-16 M.

Dalam pandangan Donald Hill, tak ada satu pun dokumen yang mampu menandingi karya Al-Jazari sampai abad modern ini. Menurut dia, risalah penemuan Al-Jazari begitu kaya akan instruksi mengenai desain, pembuatan, dan perakitan mesin-mesin.

''Al-Jazari tak hanya mampu memadukan teknik-teknik para pendahulunya dari Arab dan non-Arab, tapi juga dia benar-benar seorang insinyur yang kreatif,'' papar Donald Hill yang begitu mengagumi Al-Jazari. Ketertarikannya atas karya sang insinyur Muslim itu, Donal Hill pun terpacu dan terdorong untuk menerjemahkan karya Al-Jazari pada 1974.

Al-Jazari Pemimpin Para Insinyur Muslim


Ra'is Al-A'mal. Gelar itu ditabalkan para insinyur Muslim di abad ke-13 M kepada Al-Jazari. Tak heran, jika nama lengkap sang insinyur fenomenal itu adalah Al-Shaykh Rais al-Amal Badi al-Zaman Abu al-Izz ibn Ismail ibn al-Razzaz al-Jazari. Sedangkan, titel Badi al-Zaman dan Al-Shaykh yang disandangnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang ilmuwan yang unik, tak tertandingi kehebatannya, menguasai ilmu yang tinggi, serta bermartabat.

Sedangkan, kata Al-Jazari yang melekat pada nama lengkapnya itu menunjukkan amsalnya. Keluarga Al-Jazari berasal dari Jazirah Ibnu Umar di Diyar Bakr, Turki. Namun, hipotesis lainnya menyebutkan bahwa Al-Jazari terlahir di Al-Jazira, sebuah kawasan yang terletak di sebelah utara Mesopotamia, yakni kawasan di utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya antara Tigris dan Eufrat.

Di sanalah Al-Jazari mencurahkan hidupnya sebagai seorang insinyur dengan menciptakan berbagai mesin. Para penjelajah dan pelancong yang tandang ke wilayah itu pada abad ke-12 M, mengagumi kemakmuran yang diraih Dinasti Artukid. Pada saat itu pula, kedamaian dan stabilitas politik dan keamanan begitu terkendali.

Seperti halnya sang ayah, Al-Jazari mengabdikan dirinya pada raja-raja dari Dinasti Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari tahun 1174 M sampai 1200 M sebagai ahli teknik. Semasa hidupnya, Al-Jazari mengalami tiga kali suksesi kepemimpinan di Dinasti Artukid, yakni Nur al-Din Muhammad ibn Arslan (570 H - 581 H/1174 M - 1185 M); Qutb al-Din Sukman ibn Muhammad (681 H - 697 H/1185 M - 1200 M); dan Nasir al-Din Mahmud ibn Muhammad (597 H - 619 H/1200 M - 1222 M).

Atas permintaan Nasir al-Din Mahmud, Al-Jazari menuliskan seluruh penemuannya dalam sebuah risalah yang fenomenal. Dalam pengantar risalahnya, Al-Jazari mengungkapkan bahwa dirinya mulai mengabdi pada Dinasti Artuqid pada 570 H/1174 M. Ia risalah penemuannya, setelah 25 tahun bersama menjadi ahli teknik di bawah kepemimpinan tiga raja Dinasti Artuqid.

Berdasarkan informasi itu, dapat disimpulkan, kemungkinan Al-Jazari menulis risalahnya pada 595 H/1198 M, atau dua tahun sebelum Nasir Al-Din didaulat menjadi raja. Menurut naskah Oxford, Al-Jazari merampumgkam risalahnya yang mengguncang dunia teknik modern pada 16 Januari 1206 M.

Karya besar Al-jazari itu disempurnakan oleh Muhammad ibn Yusuf ibn `Uthman al-Haskafiat pada akhir Syaban 602 H/10 April 1206. Dari catatan Haskapi, saat itu Al-Jazari sudah tiada. Dari catatan itulah, Al-Jazari diperkirakan wafat pada 602 H/1206 M--beberapa bulan setelah dia menyelesaikan karyanya.


28 Nov 2013

Pengorbanan Sayyidina Imam Ali Kw kepada Tamu



Dikisahkan bahwasanya di antara kebiasaan Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan makanan untuk semua orang yang berdatangan.

Di zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Hasan menyembelih onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya.

Suatu hari, ada orang Arab Badui (dusun) yang datang dan makan dirumahnya. Sehabis makan, ia tidak langsung pulang, melainkan duduk dan membungkus beberapa makanan ke dalam tas. Melihat keanehan itu, Hasan datang menyapa. 

“Kenapa kau mesti membungkusnya? Lebih baik kau datang makan tiap pagi, siang dan malam di sini. Biar makananmu lebih segar,” kata Hasan.

“Oh, ini bukan untukku pribadi. Tapi untuk orang tua yang kutemui di pinggir kota tadi. Orang itu duduk di pinggir kebun kurma dengan wajah lesuh dan memakan roti keras. Dia hanya membahasahi roti itu dengan sedikit air bergaram dan memakannya. Aku membungkus makanan ini untuknya, biar dia senang.,” jawab orang Badui.

Mendengar itu, Hasan kemudian menangis tersedu-sedu. Badui itu heran dan bertanya, “Kenapa Tuan menangis? Bukankah tak ada yang salah jika aku kasihan dengan lelaki miskin yang di pinggiran kota itu?”

Dijawab oleh Hasan, sembari tersedu, “Ketahuilah, saudaraku. Lelaki miskin yang kau jumpai itu, yang makan roti keras dengan sedikit air bergaram itu, dia adalah ayahku: Ali bin Abi Thalib. Kerja kerasnya di ladang kurma itulah yang membuatku bisa menjamu semua orang setiap hari di rumah ini.” 

Disarikan dari buku "Status Mutiara" Habib Muhammad Husein al-Habsyi, Solo, 2013


26 Nov 2013

Tukang Becak Ini Menyumbang Rp 570,000,000 Untuk Pendidikan Anak-Anak Miskin



Bapak tua ini berprofesi sebagai tukang becak selama 20 tahun dan telah menyumbangkan 350,000 Renminbi (mata uang China) atau setara dengan Rp 570,000,000 untuk membiayai pendidikan 300 orang siswa yang hidup dalam kemiskinan.

Di suatu musim dingin, ia memberikan sumbangan terakhirnya berupa 500 renminbi (Rp 800,000) kepada guru mereka, “Ini sumbanganku yang terakhir, aku tidak sanggup lagi untuk bekerja.” Ia meninggal pada umur 96 tahun. Nama beliau adalah Bai Fang Li.

Anda tidak perlu menjadi orang kaya untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Betapa mulianya Beliau
Rest In Peace Bapak Bai Fang Li

Sumber

20 Nov 2013

Sikap Wara' Mendatangkan Keuntungan



JANGAN sekali-kali berpikir bahwa orang yang sempurna adalah orang yang mengenakan imamah terbaik dan pakaian mewah. Akan tetapi orang yang sempurna adalah yang menjauhi maksiat, menekuni wirid-wirid, beramal saleh, dan menuntut ilmu dengan penuh adab, karena ilmu akan menuntun pemiliknya mencapai kemuliaan.

Abdullah bin Mubarak suatu hari berkata, “Aku akan mengerjakan perbuatan yang akan membuatku mulia.” Ia lalu menuntut ilmu hingga menjadi seorang yang alim. Waktu ia memasuki kota Madinah, masyarakat berbondong-bondong menyambutnya hingga hampir-hampir saja mereka saling bunuh karena berdesak-desakan. Ibu suri raja yang kebetulan menyaksikan kejadian itu bertanya, “Siapakah orang yang datang ke kota kita ini?”

“Ia adalah salah seorang ulama Islam,” jawab pelayannya.
Ia kemudian berkata kepada anaknya, “Perhatikanlah, bagaimana masyarakat berbondong-bondong mendatanginya. Raja yang satu ini tidak seperti kamu. Kamu, jika menginginkan sesuatu, harus memerintah seseorang untuk melakukannya. Tetapi, mereka mendatanginya dengan sukarela.”

Abdullah sesungguhnya adalah anak seorang budak berkulit hitam bernama Mubarak. Budak ini betisnya kecil, bibirnya tebal dan telapak kakinya pecah-pecah. Walaupun demikian, ia adalah seorang yang sangat wara`. Ke-wara’-annya ini akhirnya membuahkan anak yang saleh.
Mubarak bekerja sebagai penjaga kebun. Suatu hari tuannya datang ke kebun.

“Mubarak, petikkan aku anggur yang manis,” perintah tuannya.
Mubarak pergi sebentar lalu kembali membawa anggur dan menyerahkannya kepada tuannya.

“Mubarak, anggur ini masam rasanya, tolong carikan yang manis!” kata tuannya setelah memakan anggur itu.
Mubarak segera pergi, tak lama kemudian ia kembali dengan anggur lain. Anggur itu dimakan oleh tuannya.

“Bagaimana kamu ini, aku suruh petik anggur yang manis, tapi lagi-lagi kamu memberiku anggur masam, padahal kamu telah dua tahun tinggal di kebun ini,” tegur tuannya dengan perasaan kesal.

“Tuanku, aku tidak bisa membedakan anggur yang manis dengan yang masam, karena kamu mempekerjakan aku di kebun ini hanya sebagai penjaga. Sejak tinggal di sini aku belum pernah merasakan sebutir anggur pun, bagaimana mungkin aku dapat membedakan yang manis dari yang masam?” jawabnya.

Tuannya tertegun mendengar jawaban Mubarak. Ia seakan-akan memikirkan sesuatu. Kemudian pulanglah ia ke rumah.
Pemilik kebun itu memiliki seorang anak gadis. Banyak pedagang kaya telah melamar anak gadisnya.

Sesampainya dirumah, ia berkata kepada istrinya, “Aku telah menemukan calon suami anak kita.”
“Siapa dia?” tanya istrinya.
“Mubarak, budak yang menjaga kebun.”
“Bagaimana kamu ini?! Masa puteri kita hendak kamu nikahkan dengan seorang budak hitam yang tebal bibirnya. Kalau pun kita rela, belum tentu anak kita sudi menikah dengan budak itu.”
“Coba saja sampaikan maksudku ini kepadanya, aku lihat budak itu sangat wara’ dan takut kepada Allah.”

Kemudian sang istri pergi menemui anak gadisnya, “Ayahmu akan menikahkanmu dengan seorang budak bernama Mubarak. Aku datang untuk meminta persetujuanmu.”

“Ibu, jika kalian berdua telah setuju, aku pun setuju. Siapakah yang mampu memperhatikanku lebih tulus daripada kedua orang tuaku? Lalu mengapa aku harus tidak setuju?”
Sang ayah yang kaya raya itu kemudian menikahkan anak gadisnya dengan Mubarak. Dari pernikahan ini, lahirlah Abdullah bin Mubarak.
Quthbul Irsyad Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam qosidah Ainiyah-nya memuji Ibnul Mubarak. 


Futuwah Nabi Ibrahim AS




Futuwwah adalah sikap kepedulian sosial atau kemanusiaan tanpa membeda-bedakan suku, agama atau ras. Seorang sufi mengatakan, futuwwah itu tak lain jika Anda tidak membedakan makan bersama dengan seorang wali atau seorang kafir.

Alkisah, ada seorang kafir Majusi mengundang makan kepada Nabi Ibrahim a.s.
“Aku mau menerima undanganmu dengan satu syarat, kamu memeluk agama Islam,” kata Ibrahim.

Mendengar jawaban demikian, si Majusi itu pergi begitu saja. Tiba-tiba Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim. “Selama lima puluh tahun Kami memberinya makan, sekalipun dia seorang kafir. Apa salahnya jika kamu menerima seporsi makanan darinya tanpa menuntutnya untuk mengganti agamanya.”
Setelah turun wahyu itu, Nabi Ibrahim mengejar si Majusi yang sudah jauh pergi. Setelah tersusul, Nabi Ibrahim lalu meminta maaf atas kata-katanya tadi.

“Mengapa Anda meminta maaf ?” tanya si Majusi.
“Ibrahim menceritakan peristiwa yang baru saja dialami. Ibrahim ditegur oleh Allah. Tapi anehnya, mendengar kisah yang dituturkan Ibrahim, si kafir Majusi itu akhirnya malah masuk Islam.


Ingin Bertemu Nabi Muhammad SAW lewat Mimpi



Dengan wajah muram seorang murid bersimpuh di hadapan syaikhnya. Sang syaikh dengan wajah dan suara berwibawa bertanya kepadanya,"Apakah gerangan merisaukanmu?"
"Wahai syaikh, sudah lama aku ingin melihat wajah Nabiku SAW walau hanya lewat mimpi. Namun, sampai sekarang keinginanku belum juga terkabul," jelas si murid.

"Oo... rupanya itu yang kau inginkan. Tunggu sebentar..."
Sang syaikh mengeluarkan pena, kemudian menuliskan sesuatu untuk muridnya.
"Nih..., bacalah setiap hari seribu kali, insya Allah kau akan bertemu dengan Nabimu."

Dengan wajah berseri pulanglah si murid membawa catatan itu. Namun, setelah beberapa minggu, kembalilah si murid ke rumah syaikhnya memberitahukan bahwa bacaan yang diberikannya tidak menghasilkan apa-apa. Sang syaikh segera memberikan bacaan lain. Namun, beberapa minggu kemudian muridnya kembali dengan lesu memberitahukan bahwa bacaan itu pun masih belum menghasilkan apa-apa.

Setelah diam beberapa saat, berkatalah sang syaikh, "Nanti malam datanglah engkau kemari. Aku mengundangmu makan malam." Sang murid mengangguk kemudian pulang ke rumahnya. Setelah tiba saatnya, pergilah ia ke rumah sang syaikh untuk memenuhi undangannya. Ia merasa heran melihat syaikhnya hanya menghidangkan ikan asin saja.

"Makan, makanlah semua ikan itu, jangan sisakan sedikit pun!" kata sang syeikh kepada muridnya.

Karena tergolong murid taat, maka ia habiskan seluruh ikan asin yang ada. Selesai makan ia merasa kehausan karena memang ikan asin membuat orang mudah kehausan. Ia segera meraih segelas air dingin yang ada di hadapannya.

"Letakkan kembali gelas itu!" perintah sang syaikh. "Kau tidak boleh minum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau tidur di rumahku!"

Dengan penuh rasa heran diturutinya perintah syaikhnya. Malam itu ia tak bisa tidur. Lehernya serasa tercekik karena kehausan. Ia membolak-balikkan badannya, hingga
akhirnya tertidur karena kelelahan. Apa yang terjadi? Malam itu ia mimpi, Syeikhnya menyodorkan segelas air dingin. Setelah minum, ia terjaga dari tidurnya. Mimpi itu sangat nyata. Seakan benar-benar terjadi padanya.

"Apa yang kau impikan?" tanya sang syeikh yang berdiri tak jauh darinya.
"Syaikh aku tidak memimpikan Nabiku SAW, aku mimpi minum air."

Tersenyumlah sang syaikh mendengar jawaban muridnya. Kemudian dengan bijaksana ia berkata, "Jika cintamu pada Nabi SAW seperti cintamu pada air sejuk itu niscaya kau akan memimpikannya."

Menangislah si murid. Ia baru sadar bahwa ternyata dalam hatinya belum cukup ada rasa cinta kepada Nabi. Ia masih lebih mencintai dunia daripada Nabi. Ia masih banyak meninggalkan sunahnya. Ia masih belum meneladani akhlaknya. Ia masih lebih mencintai air.


9 Nov 2013

Asyura dan Tragedi Karbala menurut Ahlul Sunnah Wal Jamaah



Dizaman sekarang ada kelompok2 jk kita berbicara ahlulbait, Sayyidina Husein, Sayyidina Ali, berbicara ttg peristiwa Asyura dan karbala, langsung dituduh SYIAH, ini suatu pembodohan, ini suatu penyesatan....Syiah dgn cintanya dgn Ahlulbait itu urusan mereka, tp peristiwa karbala bukan hanya milik syiah, tp milik UMAT ISLAM, bahkan Aswaja mestinya lebih prihatin, lebih peduli, lebih mau tau ttg peristiwa tsb krn aswaja adalah kelompok yg selalu mengumandangkan cinta thd keturunan Rasulullah SAW. Karena mereka Ahlulbait adalah milik semua golongan drpd umat islam dan mereka adalah rujukan bagi semua golongan...

Itulah kenapa Para tokoh2 aswaja takut berbicara ttg mereka krn takut/ kwatir dituduh SYIAH, ini yg hrs diluruskan. Kita hrs mengikuti Al Imam Syafi'i ketika dituduh sbg kelompok syiah rafidhi/syiah garis keras gara2 beliau sering tunjukkan rasa cintanya thd ahlulbait baik dlm tulisannya, syairnya, dlm sikap hidupnya...lalu dgn tegas beliau katakan dlm syairnya 

"Andaikata cinta terhadap keluarga Muhammad itu disebut syiah rafidhi atau syiah yg garis keras/Syiah yg berlebihan...saksikanlah Hai Jin dan Manusia aku adalah Rafidhi" 

karena cinta terhadap Keluarga Nabi adalah kewajiban berdasarkan Alqur'an dan Assunnah, cinta terhadap sahabat, tabi'in, tabi'in wa tabi'in. Ahlulbait adalah penjaga Alquran dan Assunnah....

Di Indonesia hingga detik ini, nampaknya tak ada ulama Sunni yang bisa menjelaskan Asyura dan Karbala sebaik HabibMuhammad Rizieq Syihab

Ceramah ini disiarkan Live oleh Radio Rasil AM 720Khz pada tanggal 08/12/2012. 
Silahkan mendowload file mp3 dengan merujuk situs resmi Rasil di : 


Berikut ini inti ceramah Habib Rizieq Syihab :

1. Saat ini ada segelintir kelompok yang sengaja menciptakan kondisi di mana setiap ada diantara ummat Islam yang membicarakan tentang Sayyidina Ali,Sayyidah Fatimah,Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein sebagai Tokoh2 Ahlul Bait Nabi Muhammad saww maka akan langsung di cap Syiah sehingga diharapkan ummat akan takut atau minder membicarakan tentang Ahlul Bait Nabi saw karena khawatir di cap Syiah.

2. Habib Rizieq mendorong semua pihak khususnya para ulama untuk tidak ragu ragu membuka kepada ummat sejarah Perjuangan Al Husein sepahit apapun lembaran sejarahnya. Habib menegaskan bahwa Ahlul Bait Nabi saw bukan hanya milik Syiah saja tetapi milik semua Ummat Islam, apapun madzhabnya, Ahlusunnah wal Jama’ah maupun Syiah.

3. Al Husein bin Ali bukan hanya menolak “Kekhilafahan” Yazid bin Muawiyah bahkan sebelumnya Al Husein juga telah menolak “Kekhilafahan” Ayah Yazid yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan. Penolakan Al Husein kepada “Kekhilafahan” Muawiyah didasari alasan sebagai berikut:

- Dalam Pandangan Al Husein, Khalifah yang sah saat itu adalah kakaknya Al Hasan bin Ali sebagai Khulafaur Rosyidin yang ke-5 setelah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Syahid. Walaupun singkat, tetapi terpilihnya Al Hasan sebagai Khalifah ke-5 secara sah oleh kaum Muslimin menunjukkan bahwa beliau adalah pelanjut Khilafah Rosyidah. Lebih lanjut Habib Rizieq menegaskan bahwa kelompok yang tidak mengakui Al Hasan sebagai Khulafaur Rosyidin yang ke-5, maka mereka bukan Ahlusunnah wal Jama’ah.

- Dalam Pandangan Al Husein, Muawiyah bin Abi Sufyan adalah Imam Pemberontak sesuai dengan sabda Rasulullah saww kepada Sahabatnya Ammar bin Yasir :

”Ya Ammar, Sataqtuluka Fiatun Baghiyah” (“Wahai Ammar, engkau akan dibunuh oleh Kelompok Pemberontak”). 

Riwayat yang menyebutkan Sabda Baginda Nabi saw kepada Ammar bin Yasir ini tergolong riwayat yang Shahih dan Mutawattir.

Dalam Perang Shiffin, Ammar bin Yasir berada pada barisan Imam Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah, dan ketika Ammar terbunuh oleh Pasukan Muawiyah, ada salah seorang pasukannya yang mengingatkan Muawiyah tentang Hadits Rasul saw bahwa yang membunuh Ammar adalah Fiatun Baghiyah (Kelompok Pembangkang / Pemberontak) maka Muawiyah membantah sembari mengatakan bahwa :

”…Yang membunuh Ammar bin Yasir adalah orang yang mengirimnya ke Medan Perang (Imam Ali)…” 

Dan ketika mendengar ucapan Muawiyah ini, maka Imam Ali menjawab :

”…Jika yang membunuh Ammar adalah orang yang mengirimnya ke medan perang maka berarti yang membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib (Paman Nabi saw) adalah Nabi saw sendiri karena Nabi saw yang telah mengirim Hamzah ke medan laga.
Dan bahkan semua Syuhada Badar dan Syuhada Uhud yang membunuh mereka adalah Nabi saw karena Nabi saw adalah orang yang mengirim mereka semua ke medan tempur…” 

Hal ini di ungkapkan Imam Ali untuk membuktikan kerancuan logika berpikir Muawiyah.

- Untuk mencegah pertumpahan darah di antara kaum Muslimin maka Al Hasan membiarkan Muawiyah menjadi “Khalifah” (Raja) namun dengan sejumlah syarat yang disepakati kedua belah pihak.
  
Namun sebagaimana yang terekam dalam Kitab Sejarah seperti Tarikh Thabari dan Al Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir, ada satu syarat Al Hasan yang ditolak oleh Muawiyah yaitu agar Muawiyah menghentikan Pembudayaan mencaci maki Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah di hadapan Kaum Muslimin. Karena Muawiyah bersikeras menolak syarat ini maka Al Hasan meminta agar Muawiyah jangan mencaci maki Imam Ali di hadapan Keluarga Nabi saw, dan itu diterima oleh Muawiyah.

Walaupun begitu, dalam pandangan Al Husein tindakan apalagi pembudayaan mencaci maki Sayyidina Ali bin Abi Thalib baik di belakang ataupun di depan keluarga Nabi saw adalah perkara Bathil yang harus ditolak. Namun begitu Al Husein adalah seorang Muslim yang taat kepada Pemimpinnya (di mata Al Husein, abangnya Al Hasan adalah tetap seorang Khalifah yang Sah) sehingga selama 20 tahun Muawiyah berkuasa, Al Husein diam dan tidak melakukan tindakan apapun sebagai bentuk ketaatan kepada Pemimpinnya yaitu abangnya Al Hasan yang memintanya untuk tetap diam demi menjaga darah kaum Muslimin.

- Al Husein menolak Muawiyah karena Muawiyah adalah orang yang banyak membunuh Sahabat Nabi saw di antaranya adalah Hujr bin Adi yang mana peristiwa pembunuhan beliau ini sampai membuat Ummul Mu’minin Siti Aisyah marah besar kepada Muawiyah dan bahkan sampai mengusir Muawiyah ketika hendak mengunjunginya. Tercatat dalam sejarah, Muawiyah juga menghabisi Sahabat Nabi lainnya yang bernama Abdurrahman bin Udais Al Balawi yang dikenal sebagai Ashabus Syajarah yakni Sahabat2 yang membai’at Nabi saw di bawah Pohon yaitu pada peristiwa Bai’atur Ridwan yang dipuji langsung oleh Allah swt dalam Al Qur’an.

4. Setelah Al Hasan wafat akibat racun yang dibubuhkan ke dalam makanan & minumannya sebagaimana di akui oleh para Ulama termasuk Syeikh Ibnu Taimiyah, Muawiyah melanggar perjanjiannya dengan Al Hasan untuk tidak menunjuk putra mahkota dan menyerahkan urusan kepemimpinan ummat kepada Dewan Syura Kaum Muslimin. Muawiyah melanggar kesepakatan ini dengan menunjuk Yazid sebagai putra mahkota penggantinya kelak. Dan terlepas dari naif atau tidaknya, agar ilmiah, objektif dan berimbang maka Habib Rizieq pun menuturkan 4 alasan mengapa Muawiyah mengangkat Yazid sebagai putra mahkota, yaitu karena :

- Menurut Muawiyah, Yazid putranya adalah orang yang paling layak menjadi Khalifah setelahnya karena Yazid adalah seorang Pemuda yang Berani, Piawai dan Tangkas berkuda, mahir memainkan pedang dan memanah, sehingga sangat cocok untuk menjadi Khalifah Ummat Islam sepeninggalnya kelak.

- Kepemimpinan Yazid dianggap Muawiyah akan menyatukan Ummat.

- Karena Yazid adalah putranya, maka sangat layak menjadi Khalifah Ummat Islam.

- Karena Yazid didukung oleh berbagai Qaba’il Arab khususnya yang berada di Syam.

5. Adapun alasan Al Husein menolak Yazid menjadi pemimpin ummat Islam adalah :

- Khilafah harus ditentukan melalui Syuro sesuai kesepakatan antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.

- Yazid adalah orang yang moralnya buruk sehingga tidak berhak menjadi Pemimpin Ummat Islam.

- Yazid adalah seorang yang Fasik,Zalim dan banyak melakukan maksiat sehingga sangat tidak pantas memimpin ummat Rasulullah saww. Dalam berbagai riwayat kita temukan bahwa Yazid adalah seorang Pemuda yang gemar berjudi, akrab dengan Khamr (minuman keras) dan senang bermain perempuan (zina). Dalam hal ini, para Ulama telah sepakat akan kefasikan Yazid bin Muawiyah.

- Khilafah bukan harta warisan.

- Masih banyak Sahabat lain yang lebih layak untuk memimpin.

6. Alasan utama bangkitnya Al Husein adalah untuk merubah kemungkaran yang telah nyata di mana kita ketahui hukum Amar Ma’ruf Nahi Mungkar itu adalah wajib bagi Ummat Islam yang mana bila semua orang tidak berupaya merubah kemungkaran tersebut maka semuanya akan berdosa. Maka ini adalah kewajiban besar kaum Muslimin apalagi sebagai Keluarga Nabi Muhammad saww harus berada di barisan terdepan dalam penegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

7. Pasukan Al Husein di Karbala hanya berjumlah 72 orang (32 pasukan berkuda dan 40 pasukan berjalan kaki) yang harus menghadapi ribuan Tentara Yazid (dalam riwayat ada yang menyebut angka 4.000 dan ada yang menyebut 40.000 tetapi yang pasti menurut Habib, sepakat para Ulama bahwa Tentara Yazid yang mengepung Al Husein jumlahnya ribuan).

8. Berbagai riwayat menyebutkan bahwa Al Husein Syahid di Karbala, Iraq dengan 33 luka tusukan dan 34 luka sayatan. Kepala beliau di tancapkan di ujung tombak dan di arak sampai ke Damaskus.

9. Sepakat Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah bahwa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Al Husein adalah :
- Yazid bin Muawiyah
- Ubaidillah bin Ziyad
- Umar bin Sa’ad
- Seluruh Pasukan Ibnu Ziyad
- Penduduk Kufah yang menghianati Al Husein

10. Nasib Yazid:
- Tahun 60 H menjadi “Khalifah” (baca : Raja)
- Tahun 61 H menginstruksikan pembunuhan Al Husein, Cucu Nabi Muhammad saw
- Tahun 62 H setelah penduduk Madinah melepaskan bai’at kepada Yazid sebagai reaksi atas pembunuhan Al Husein, maka Yazid kemudian mengirimkan Pasukannya menyerbu kota Madinah. Dalam sejarah disebutkan bahwa Yazid menghalalkan kota suci Nabi saw Madinah Al Munawwarah selama 3 hari 3 malam untuk Pasukannya bebas berbuat apa saja di dalamnya.
- Tahun 63 H terjadi pergolakan pula di kota Makkah sebagai reaksi atas terbunuhnya Al Husein, maka Yazid kembali mengirimkan pasukannya menggempur kota suci Makkah Al Mukarramah dengan Manjanik (Ketapel Raksasa) yang melontarkan batu2 besar berapi ke dalam kota Makkah hingga sampai mengenai Baitullah Ka’bah. Dan pada tahun ini pula Yazid meninggal pada usia 33 tahun.

11. Tahun 66 H Mukhtar Al Tsaqafi bangkit menuntut balas kepada para pembunuh Al Husein dan membentuk Tim Khusus untuk mengejar para pelaku pembunuhan cucu Rasul saw.

12. Tahun 67 H Ubaidillah bin Ziyad terbunuh oleh Pasukan Mukhtar Al Tsaqafi. Dalam riwayat disebutkan bahwa kepala Ibnu Ziyad dikirimkan kepada Mukhtar lalu Mukhtar mengirimkannya kepada Abdullah bin Zubair, dari situ kemudian dikirim ke rumah keluarga Nabi saw namun ditolak dan akhirnya diletakkan di emperan Masjid. Banyak orang yang melihat ketika itu ada seekor Ular yang masuk ke dalam Kepala Ibnu Ziyad, masuk keluar dari mata dan telinganya lalu bersarang lama dalam kerongkongannya kemudian ular itu pergi.

13. Azab Allah kepada para pembunuh Al Husein sangat pedih. Umar bin Sa’ad dan anaknya terbunuh oleh Pasukan Mukhtar Al Tsaqafi. Eksekutor yang menyembelih Al Husein, yakni Syimr bin Dzil Jausyan juga dibunuh oleh pasukan Mukhtar Al Tsaqafi dan jasadnya dilemparkan kepada anjing – anjing gurun.

14. Ibnu Katsir menegaskan bahwa hampir semua riwayat yang menyebutkan tentang azab dan hukuman yang menimpa para pembunuh Al Husein adalah Shahih.

15. Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah berbeda pendapat tentang Kafirnya Yazid. Jumhur Ulama (Mayoritas Ulama) tidak mengkafirkan Yazid kecuali sebahagian kecil Ulama seperti Ibnu Aqil dan Al Alusi. Namun semuanya sepakat bahwa Yazid adalah orang Fasik.

16. Jumhur Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah tidak mencintai dan tidak membela Yazid tetapi juga tidak mela’nat Yazid. Menurut Habib Rizieq, persoalan mela’nat Yazid atau tidak hanya masalah etika saja yang oleh sebagian ulama dianggap kurang pantas namun yang pasti semua Ulama sepakat bahwa Yazid adalah orang Jahat dan Kejam.

Adapun Ulama2 seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Ya’la, Ibnul Jauzi dan Al Suyuthi membolehkan mela’nat Yazid. Habib Rizieq kemudian menukil sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku bertanya kepada ayahku: “Wahai ayahku, apakah engkau melaknat Yazid ?” Beliau menjawab: “ Bagaimana kita tidak melaknat orang yang dilaknat Allah dalam tiga ayat dari Kitab-Nya yang mulia, yakni dalam Surah Ar Ra’ad, Al Ahzab dan Muhammad. Allah berfirman:

“Dan orang – orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya dan memutuskan apa yang Allah perintahkan agar disambungkan dan berbuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah yang mendapat laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” {QS.Ar Ra’ad : 25}

Pemutusan mana yang lebih buruk daripada memutus keturunan Nabi saw dengan membunuh cucunya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya terhadap orang orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan bagi mereka azab yang menghinakan.” {QS. Al Ahzab : 57}

Adakah sesuatu yang menyakiti Rasulullah saw yang lebih berat daripada membunuh cucunya ?
Allah Azza Wa Jalla berfirman :
“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ?”
 “Mereka itulah orang – orang yang dilaknat Allah, lalu ditulikan-Nya pendengaran mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” {QS. Muhammad : 22 – 23}

Adakah memutus silaturahim dan berbuat kerusakan di muka bumi yang lebih parah daripada membunuh Al Husain ?”

17. Habib Rizieq membolehkan Ummat menangisi musibah Al Husein karena tangisan untuk Al Husein berasal dari Mahabbah (Rasa Cinta yang dalam). Menangisi musibah Al Husein, bukan tangisan cengeng tetapi tangisan yang akan membangkitkan keberanian dan menggelorakan semangat Jihad untuk melawan setiap Penguasa yang Zalim dan menumpas kemungkaran dengan semua bentuknya.

18. Kesimpulan Ceramah Habib Rizieq :
- Al Husein adalah seorang Imam yang beriman dan berilmu tinggi.
- Al Husein adalah sosok manusia yang jujur dan amanah, tak bisa dibeli dengan dunia.
- Al Husein adalah contoh seorang pejuang penegak Khilafah Islam yang sejati.
- Al Husein bangkit untuk melawan ketidak adilan, kezaliman dan kemungkaran.
- Al Husein adalah seorang Ksatria yang sabar, tegar dan gagah berani.
- Al Husein mengorbankan dirinya,keluarga dan sahabatnya untuk Allah dan Rasul-Nya.
- Tragedi Karbala merupakan bukti bahwa Ahlul Bait adalah Penjaga Al Qur’an sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saww bahwa ada dua pusaka yang ditinggalkan Nabi saw kepada umatnya agar tidak tersesat, dalam riwayat Muslim disebutkan Kitabullah (Al Qur’an) wa Ithrati (Ahlul Bait), dan dalam riwayat Bukhari disebutkan Kitabullah (Al Qur’an) wa Sunnati (Sunnahku / Ajaran Nabi saw). 
Maka dari kedua riwayat ini dapatlah disimpulkan bahwa Ahlul Bait adalah Penjaga / Pembela Al Qur’an dan Ajaran Datuknya (Sunnah Nabi saw). Dan Tragedi Karbala menjadi buktinya.

Catatan dari pentrankrip

- Ceramah seperti ini tidaklah dimaksudkan untuk membangkitkan dendam lama.
- Ceramah ini bertujuan agar Kaum Muslimin dari madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah tidak ada yang salah paham dengan perjuangan Imam Husein, sehingga tidak ada yang menganggap Imam Husein sebagai pemberontak kepada Amir yang sah.
- Ceramah ini juga untuk menunjukkan kepada saudara-saudara dari madzhab Syiah agar tidak ada dari mereka yang salah paham dengan madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah. Habib menegaskan bahwa Ahlusunnah wal Jama’ah tidak benci dengan Keluarga Nabi saw.
- Kepada saudara2 dari madzhab Syiah yang berbeda pandangan dalam menilai sikap beberapa Sahabat Nabi saw, silahkan sampaikan kritik antum kepada kami dengan adab, dengan ilmu, dengan etika dan akhlak, jangan dengan cacian. Niscaya saudara2 dari madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah pun wajib menjawabnya dengan cara yang santun,ilmiah dan berakhlak.
- Habib menghimbau semua pihak agar jangan takut menunjukkan cinta kita kepada Ahlul Bait Nabi saw dan kepada Sahabat Nabi saw.
- Habib menghimbau semua pihak agar jangan takut menyampaikan riwayat2 Hadits dari keluarga Nabi saw.
- Khusus kepada para Habaib, Habib Rizieq menghimbau agar jangan sampai gontok – gontokan apapun madzhab antum (Sunni maupun Syiah). Ittaqillah !!! Takutlah Kepada Allah !!! Jangan membuat Al Husein menangis !! Anak cucu Imam Husein harus tampil di depan sebagai pemersatu Ummat !!
- Menyikapi perbedaan madzhab (Sunni dan Syiah), Habib Rizieq menyerukan untuk semua pihak agar bisa duduk bersama dan berdialog dari hati ke hati.
- Habib menegaskan Haramnya perilaku saling menghina simbol2 madzhab Islam.
- Sebagai penutup, Habib Rizieq Syihab kembali mengingatkan kepada semua hadirin dan pendengar Radio Rasil agar Jangan ada yang mencaci maki Keluarga Nabi saw dan Sahabat Nabi saw. Kalau anda menjumpai mimbar2 yang mencaci maki Keluarga Nabi saw maupun Sahabat Nabi saw, jangan ragu untuk merobohkannya.

Tambahan : 
Jika Penulis menyimpulkan Ceramah Asyura dan Tragedi Karbala Dalam Perspektif Ahlussunnah wal Jammaah oleh Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) :

1. Jangan TAKUT disebut SYIAH jika berbicara Ahlulbait, Sy Ali dan Keluarganya serta peristiwa Asyura dan karbala, karena peristiwa itu milik UMAT ISLAM, bahkan Aswaja mestinya lebih prihatin, lebih peduli, lebih mau tau ttg peristiwa tsb krn aswaja adalah kelompok yg sll mengumandangkan cinta thd keturunan Rasulullah SAW. Karena mereka Ahlulbait adalah milik semua golongan drpd umat islam dan mereka adalah rujukan bagi semua golongan...

2. Biarkan Syiah dgn cintanya dgn Ahlulbait itu urusan mereka, tetapi jika mereka dalam mencintai, menilai, dan mengsikapi AHLULBAIT terlalu berlebihan di luar syariat yg ditentukan, baru kita tentang dan diluruskan....

3. Melecehkan atau menghina SAHABAT bukan sikap yg Terpuji....Sahabat adalah org2 pilihan (terbaik) Allah utk Nabinya, meskipun mereka manusia biasa yg tak luput dr kesalahan2 (sesuai dgn kodratnya sbg manusia biasa), yang jasa2nya terhdp penyebaran islam tlah banyak terbukti....Allah dan Nabinya mencintai mereka....Biarkan hal ini kita serahkan pada Allah Azza wa jallah, kita tidak punya hak menilai, menuduh, apalagi melecehkan SAHABAT, dgn pertimbangan Sikap Para Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah yang berbeda pendapat tentang Kafirnya Yazid. Jumhur Ulama (Mayoritas Ulama) tidak mengkafirkan Yazid kecuali sebahagian kecil Ulama seperti Ibnu Aqil dan Al Alusi. Namun semuanya sepakat bahwa Yazid adalah orang Fasik.

4. Ada upaya2 yg sengaja ditiupkan oleh Kelompok2 WAHABI untuk membelokkan SEJARAH, dgn mengatakan KHALIFATURRASYIDIN hanya 4 (empat), dan tidak mengakui Sy. Hasan sbg Khalifah kelima, padahal dalam sejarah Khalifah Sy Hasan terpilih secara syah yg ditentukan melalui Syuro, dan jika dihitung masa kekhalifaan sampai masa Sy Hasan berlangsung selama 30 Tahun (Habeb Riziq)......Baru setelahnya muncul Masa2 "DINASTI", sebagaimana dalam Hadist Rasulullah :
 " Masa Kekhalifaan berlangsung selama 30 tahun, dan setelahnya adalah Kerajaan-kerajaan Yg Menggigit "

5. Pemutusan keturunan Nabi saw adalah perbuatan yg sgt dilaknat Allah Azza wa Jallah di dunia dan di akherat, spt : membunuh keturunan Nabi, menikahi para syarifah yg tdk sekufu (juga termasuk) krn memutuskan NASAB kepada Datuknya Rasulullah, sebagaimana dalam Surat Ahzab dan Muhammad. Allah berfirman:

“Dan orang – orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya dan memutuskan apa yang Allah perintahkan agar disambungkan dan berbuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah yang mendapat laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” {QS.Ar Ra’ad : 25}

"Pemutusan mana yang lebih buruk daripada memutus keturunan Nabi saw "
" meski dlm perjalanan sejarah para saadah dzurriah banyak mengalami kehidupan kelam, itu sdh menjd garis hidup yg ditentukan Allah yg hrs dijalani yg akhirnya membentuk diri dan jiwa para dzurriah memiliki kwalitas sabar dan keimanan yg tinggi dlm menghadapi segala cobaan hidup. Coba kita perhatikan sejarah perjalanan saadah ba alawi, 1) mereka tdk larut trus dlm kesedihan bahkan mereka lebih memfokuskan diri dalam ketaqwaan, 2) bahkan berusaha menutupi dan sengaja tdk mengungkit peristiwa2 kelam datuk2nya, krn mereka takut fitnah semakin berkembang,yg menimbulkan banyak salah tafsir ttg sejarah kelam mereka,yg akan mengungkit2 kekhilafan pada sebagian sahabat yg mestinya ditolerir sbg manusia biasa dan banyak lagi yg mestinya tdk perlu lagi diangkat yg hanya memperlebar perpecahan diantara umat.inilah perbedaan mungkin dr SUNNI & SYIAH dlm menyikapi hal ini, ada yg larut shg menimbulkan kebencian dan penyesalan thd pelaku2 sejarah dan ada yg tetap menjalani hidup dgn belajar dr pengalaman2 lalu.....3) mengambil hikmah dari peristiwa2 kelam tsb, dengan berbesar hati menerima fakta dan ketentuan taqdir yg pasti baik buat mereka (dzurriah),meskipun merekalah yg pantas menerima haq kekhalifahan, tapi taqdir berkata lain yang akhirnya menuntun mereka hidup lebih fokus dalam perbaikan aqidah....Seandainya para dzurriah berada trus dalam lingkaran kekuasaan, apakah mereka msh lebih fokus dlm menjaga aqidah, berapa banyak orang tergelincir karena KEKUASAAN..........sedangkan mereka (dzurriah) bukan manusia2 ma'sum " (Abdkadir Alhamid)

Oleh : Habib Abdulkadir Alhamid

8 Nov 2013

Kisah PNS Jujur, Naik Haji digantikan oleh Malaikat dan bertemu Rasulullah SAW



Kisah ini adalah tentang tetangga yang saya kenal saat saya masih kuliah. Sebut saja namanya Pak Arif. Mungkin ia terlampau jujur, atau mungkin ia memang tak berbakat curang. 

Tak seperti teman-temannya, tiga puluh tahun menjadi pegawai negeri sipil, hidup Pak Arif tak kunjung berubah. Sementara teman-temannya, entah bagaimana, sudah bisa membeli rumah dan bahkan mobil. 

Bukannya ia tak ingin kaya. Ia ingin sekali punya banyak uang. Ia ingin pergi menunaikan haji. Dengan uang halal tentunya. 

Demikianlah setiap bulan sedikit demi sedikit ia menyisihkan beberapa puluh ribu. Terkadang bisa beberapa ratus ribu. Setiap malam ia berdoa mohon diberi rezeki bisa menunaikan haji.

Tetapi mungkin Tuhan belum berkenan menerimanya sebagai tamu di rumah-Nya:  setiap terkumpul beberapa juta, uangnya selalu berkurang—terkadang habis—karena untuk biaya berobat. Atau, mungkin karena lelaki itu terlalu baik: jika semuanya baik-baik saja, selalu ada hal yang membuatnya mengambil tabungannya; ia sering tak tega melihat ada orang yang kesusahan.

Kadang, ia mengambil tabungannya setiap kali melihat anak tetangganya  kesulitan membayar SPP. Atau saat ada berita bencana, ia selalu mengambil tabungannya untuk membantu. Dan anehnya, sepertinya ia ditakdirkan bertemu dengan orang-orang yang kesusahan.

Selama bertahun-tahun uang tabungannya yang tak banyak itu lebih banyak dipakai untuk membantu orang. Tentu kita paham sekarang mengapa tabungannya  tak pernah cukup untuk biaya naik haji, apalagi biayanya tiap tahun terus naik. Tetapi ia terus berdoa mohon bisa sampai ke Tanah Suci, dan terus menabung, walau tabungannya tak pernah bertambah banyak.

Kini Pak Arif sudah pensiun. Ia tak bisa lagi menabung banyak-banyak. Uangnya  cukup untuk sehari-hari  tetapi selalu bisa menyisihkan sedikit uangnya untuk ditabung, meski pada akhirnya habis juga karena untuk menolong orang. 

Apakah ia putus asa? Tidak. Ia tetap berdoa, dengan doa yang sama seperti tiga puluh tahun yang lalu. Hingga suatu malam pada malam tanggal sembilan bulan haji, ia bermimpi berada di Mekah. Ia melaksanakan semua ritual haji—tawaf, wuquf dan sebagainya. Dalam mimpinya, saat wuquf itu ia dikunjungi Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Ia terbangun tepat saat adzan subuh. Ia menangis, sebab ternyata itu hanya mimpi. Tetapi ia bahagia karena bermimpi bertemu Kanjeng Nabi.

Seminggu sesudah mimpi  ia pagi-pagi kedatangan tamu. Mengaku utusan dari mantan atasannya, yang baru saja naik haji dengan ONH plus. Utusan itu berkata kepadanya, “sesuai pesen bapak, ini saya diutus mengantar kenangan-kenangannya yang Pak Arif minta untuk dicetak.”

Utusan itu menyerahkan sebuah foto. Pak arif memandang foto itu lama sekali: ia belum pernah ke Arafah, tetapi di foto itu tampak sang atasan duduk bersama Pak Arif memakai baju ihram di padang Arafah.

Subhanallah