CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

26 Mar 2014

Syaikhona KH. Cholil Puasa Gula 3 Hari




Syaikhona KH. Cholil, Kiyai masyhur dan alim dari Bangkalan Madura, kedatangan tamu seorang bapak dari desa. Maksud kedatangan tamu tersebut adalah mengeluhkan perihal anaknya yang suka makan gula.

"Anak saya tidak mau berhenti makan gula, Kyai. Sudah tidak terhitung lagi saya menasehatinya agar mau berhenti makan gula!" kata tamu itu mengeluhkan anaknya.

"Jajanan anak saya, jika tidak permen ya pasti gula, Kyai," orang itu melanjutkan. "Tolong saya diberi sesuatu sebagai obat agar anakku mau berhenti makan gula, Kyai! Saya takut ia akan penyakitan karena kebanyakan makan gula!"

Demi mendengar keluhan tamunya itu, Kyai berpikir juga. Keluhan tamunya itu tampaknya memang sepele, yaitu mencari cara untuk mengatasi anaknya yang bandel, yang suka makan gula. Tampaknya Kiyai menanggapinya dengan serius.

"Bapak ini setiap hari hanya minum air?" tanya Kyai tiba-tiba.

Sang tamu merasa terkejut ditanya demikian.

"Tidak Kyai! Kadang minum kopi, kadang minum teh!"

"Pakai gula?"

"Tentu saja Kyai!" di hati Bapak itu terasa geli juga mendengar pertanyaan Kiyai Cholil. Kira-kira apa ya hubungannya?

Hening sejenak. Sesaat kemudian : "Begini, Bapak pulang saja dulu, tiga hari lagi kesini bersama anak Bapak!"

Tanda tanya memenuhi benak sang bapak, ia berpikir kenapa tidak diberi doa atau mungkin segelas air yang sudah dibacakan doa untuk pengobatan anaknya? Begitu sulitkah bagi Kyai?

* * *

Tiga hari berlalu, orang dari desa itu datang lagi menghadap Kyai Cholil bersama anaknya yang suka makan gula itu.

Setelah anaknya dihadapkan pada Kyai Cholil, bukannya diberi do'a malah dinasehati.

"Nak, kamu jangan suka makan gula lagi ya?" Nasehat Kyai pada anak itu seperti ketika menasehati cucunya sendiri.

"Iya Kyai!" jawab anak itu patuh. Terasa di hati bocah itu seperti tengah disiram air pegunungan yang sejuk, menyegarkan. Indah pula rasanya dihati.

Setelah itu Kyai tidak berbuat apa-apa lagi. Bahkan bercengkerama dengan sang anak dengan menghujani pertanyaan-pertanyaan tentang dunia anak. Lama-lama hati sang Bapak gundah juga. Ia berprasangka, sepertinya Kyai Cholil tidak berusaha 'mengobati' anaknya.

"Sudah begitu saja Kyai?" tanya sang Bapak kemudian.

"Iya Pak. Saya kira saya sudah menuruti kemauan Bapak. Saya sudah menasehati anak Bapak agar tidak hobi makan gula lagi!" Jawab Kyai.

Lagi-lagi jawaban Kyai membuat sang bapak itu makin terheran-heran.

"Kyai, kenapa anak saya hanya diberi nasehat begitu saja?" tanyanya. "Jika hanya nasehat, saya sendiri sebagai ayahnya sudah tak terhitung lagi menasehatinya!"

"Itulah masalahnya!" 

"Maksud Kyai?" 

"Saya jelaskan ya Pak, kenapa sampeyan saya suruh pulang dulu dan baru tiga hari kemudian saya minta kembali. Karena saya berdoa dan berpuasa selama tiga hari itu dengan tidak makan gula, agar ketika menasehati anakmu omongan saya bisa dipercaya!" jawab Kyai.

Rupanya jawaban Kyai yang terakhir bikin mulut orang itu tercekat. Tak sepatah katapun yang bisa diucapkan lagi. Dia tidak habis pikir, sampai seperti itu Kyai Cholil yang hendak menasehati anaknya? Harus dirinya dulu yang menjalani nasehatnya dengan bersusah payah berdo'a, berpuasa selama tiga hari sebelum disampaikan kepada si anak. Orang sekaliber Kyai Cholil saja, yang terkenal dengan ilmu nahwu, fiqih dan tasawuf itu masih harus 'tirakat' untuk sekedar berucap satu kalimat. Kedekatannya kepada Allah SWT sungguh luar biasa, sehingga setiap langkahnya selalu bernuansa dzikrullah, ingat Allah.

Akhirnya tamu itu pulang dengan membawa cerita keteladanan sang Kyai. Kenyataannya memang, sang anak langsung sembuh alias tidak lagi suka makan gula.

Dari Ceramah Ustadz Syaikhu, diceritakan kembali oleh Ali Shodiqin, 1998
humorbijak.blogspot. com/2010/05/syaikhona-cholil-puasa-gula. html?m=1

----

Betapa cerita di atas mampu membuat kita tersenyum juga mendapatkan sebuah hikmah. Seperti yang telah di firmankan Allah di dalam surat Al Baqoroh ayat 44, yaitu :
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir?"

Bagaimana mungkin kita bisa melarang anak kita untuk tidak berbohong sementara kita sendiri masih suka bohong?

Bagaimana mungkin kita bisa melarang anak kita untuk tidak tidur larut malam sementara kita sebagai orang tua juga suka begadang?

Maka, sebelum kita menasehati anak, nasehatilah diri kita sendiri terlebih dahulu. Karena anak adalah cerminan dari orang tuanya.


Daripada Jadi Pencopet



Kyai Arwani adalah Kyai yang terkenal dengan hafalan Qur'annya. Pesantrennya yang diasuhnya "Yanbu'ul Qur'an" di Kudus menjadi salah satu kiblat para hafidz-hafidzoh di Jawa Tengah.

Suatu hari ketika bepergian, di saat beliau turun dari bus di terminal Terboyo Semarang, Kyai Arwani kecopetan. Entah sudah tahu atau memang pura-pura tidak tahu, Kyai Arwani tidak perduli jika baru saja kecopetan. Santri yang mendampingi dan tahu kejadian kecopetan terkejut, seketika itu pula mereka pada mengejar pencopetnya.

"Copet...! Copet...!" teriaknya sambil mengejar. Suasana menjadi gaduh, serabutan, karena orang lain ikutan mengejar pencopet.

Tapi sayang, pencopetnya terlalu lincah berlari dan tampaknya cukup menguasai medan hingga gagal ditangkap. Para santri pada kecewa dan marah-marah pada pencopet yang sudah raib itu. Berani-beraninya si copet mengganggu sang Kyai, begitu kira-kira pikir mereka. Copetnya pun keterlaluan, tidak lihat-lihat siapa yang akan dijadikan korban. Dan tentu saja, pencopet tidak peduli hal itu. Mungkin yang diingat oleh pencopet adalah uang, uang dan uang. Bagi copet, siapa saja yang pegang uang, uang tetap bernilai uang. Yang juga tak kalah mengherankan adalah Kyai Arwani, tidak perduli dengan apa yang barusan terjadi. Seolah-olah tidak terjadi apa- apa pada dirinya. Tenang-tenang saja, sibuk dengan dzikirnya. Sampai- sampai santrinya harus memberi tahu bahwa Kyai baru saja kehilangan dompet disikat pencopet.

"Kyai, Njenengan baru saja kecopetan!" kata santrinya memberitahu.

"Oh, ya?" jawab Kyai santai.

"Benar, Kyai. Tapi kami gagal menangkapnya! Keterlaluan betul pencopet itu!"

"Alhamdulillah.... Sudahlah kalian tidak perlu ribut-ribut. Saya bersyukur, yang dicopet itu saya!"

"Apa maksudnya Kyai?"

"Syukur....syukur..... Alhamdulillah. Karena saya yang dicopet, bukan saya yang jadi pencopetnya!"

Tentu saja para santri pada bengong mendengar jawaban Kyai.

"Kok bisa begitu Kyai?"

"Sekarang apa jawab kalian jika aku tanya, lebih baik mana, menjadi orang yang dicopet atau menjadi tukang copetnya?" tanya beliau kemudian.

Jawaban Kyai sungguh tak terbantahkan, masuk akal. Nuansa zuhud dan kesufian mengiringi ucapan- ucapan Kyai. Para santri yang menyertai beliau pada geleng-geleng kepala tanda paham dan takjub. Dan para santripun mendapat pelajaran berharga yang belum pernah mereka jumpai dalam teori. Rupanya, dalam musibahpun bisa timbul rasa syukur, seperti yang sudah dicontohkan Kyai Arwani.

-----

Cerita yang mampu membuat kita tersenyum dan juga mendapat banyak hikmah di dalamnya. Subhanallaah... Betapa bersyukur itu tidak hanya ketika kita mendapatkan sesuatu. Namun, seperti yang telah dicontohkan Kyai Arwani di atas bahwa bersyukur pun dapat dilakukan ketika kita kehilangan sesuatu.

Lahul Faatihah...

Rasulullah SAW pun Menolak (Jihad) Demi Orang Tua



Setiap dosa diakhirkan (adzabnya) oleh Allah Swt. sesuai kehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali durhaka kepada orang tua--Rasul Saw.

Suatu hari, seorang pemuda gagah mendatangi Rasul Saw., yang kala itu sedang duduk di beranda masjid Nabawi bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan pemuda itu, Rasul pun menyambutnya dengan salam dan bercakap-cakap. 

Tiba-tiba, sang pemuda melontarkan keinginannya, “Wahai Rasul, aku telah percaya dengan Islam. Aku juga menyatakan bahwa engkaulah utusan Allah. Bolehkah aku berjuang (jihad) di jalan Allah dan mengikuti jejakmu agar memperoleh pahala dari Tuhan?”

Mendengar penuturan itu, Rasul kemudian bertanya dengan santun, “Apakah salah seorang di antara kedua orang tuamu masih hidup?”

“Ya, kedua orang tuaku malah masih hidup,” jawab pemuda Yaman itu.

“Apakah kau sungguh-sungguh ingin mendapatkan pahala dari Allah?” tanya Rasul menanggapi.

“Tentu, wahai Rasul!” jawab pemuda seraya menerawang, bingung atas pertanyaan Rasul tersebut.

“Pulanglah pada kedua orang tuamu. Jihad seorang anak adalah berbakti pada kedua orang tuanya dengan baik,” jawab Rasul.

“Tapi, wahai Rasul, aku ingin mendapatkan pahala syurga, dan bukankah engkau saat ini sedang membutuhkan pasukan untuk menguatkan barisan Islam?” jawab pemuda menegaskan.

“Syurgamu ada pada baktimu terhadap kedua orang tuamu. Ridha orang tua tidak kurang nilainya bila dibandingkan dengan perjuanganmu di jalan Allah, pulanglah. Allah ridha saat orang tuamu ridha. Jihadmu ada pada kedua orang tuamu,” jelas Rasul.

-----

Konon, percakapan ini terjadi ketika Rasul berada dalam fase perpindahan awal hijrah dari Mekah ke Madinah (Yatsrib kala itu). Meski kehadiran pasukan Rasul disambut baik oleh masyarakat Madinah, namun bukan berarti beliau tidak menemukan kesulitan. Rongrongan silih berganti dari berbagai golongan yang tidak sependapat dengan Rasul.

Dan, pada suatu ketika terjadilah peristiwa dimana umat Muslim berada dalam posisi tertekan. Pemuda itu pun kemudian mendatangi Rasul.

Bayangkan, betapa mulia posisi orang tua di hadapan Allah. Ridha-Nya disejajarkan dengan ridha orang tua. Bahkan, Rasul menolak seorang pemuda gagah yang merengek meminta izin untuk mengikuti jihad dengan alasan pahala syurga—yang kala itu sedang dibutuhkan guna mempertahan Islam di Madinah. Lantas, bagaimana dengan (jihad) kita saat ini? Bukankah Rasul menolak jihad sang pemuda dan lebih memilih agar berbakti pada orang tua?

Gesture Memperlihatkan Karateristik Seseorang



Gestur dalam foto sekilas memperlihatkan karakteristik dan kondisi psikologis seseorang.

Melihat foto Bung Karno yang dengan takzim dan tersenyum sopan di hadapan Prof KH. R.Muhammad Adnan (faqih- mufassir, Rektor Pertama IAIN Sunan Kalijaga- berkopyah hitam) dan MbahYai Ma'shum Lasem (sebelah kanan Kiai Adnan), terlihat BK begitu menghormati sosok-sosok sepuh di hadapannya.

Jadi, benar jika dikatakan foto/ gambar lebih banyak "berbicara".

Begitu pula pose BK dengan para ulama di berbagai kesempatan. Terlihat betul jika BK tahu etika dan unggah ungguh ala pesantren.

Harap maklum pula jika BK beberapa kali berkonsultasi via kurir dengan Mbah Hasyim Asy'ari,

kemudian mengangkat Mbah Wahab Hasbullah sebagai konsultan pribadi dalam beberapa perkara penting terkait kenegaraan. Keduanya sangat dekat dan........sama-sama PERCAYA DIRI di hadapan kawan-lawannya.

Perkara gestur alias bahasa tubuh, misalnya, Kiai Idham Chalid sangat risih saat melihat seorang politisi muda modernis dari Masyumi yang BERKACAK PINGGANG tatkala berbicara dengan Mbah Wahab Hasbullah!

Benar jika dikatakan, lidah bisa berbohong, tapi gerak tubuh spontan mencerminkan isi hati- pikiran!

Penulis : Santri Sitinggil
Sumber

Kisah Teladan Petugas Kebersihan Masjidil Haram



Seorang petugas kebersihan Masjidil haram yang bekerja sangat keras dan rajin, terpilih sebagai petugas teladan, pemerintah Saudi menyiapkan hadiah uang dalam jumlah cukup besar buatnya.. Tapi Ia menolak dan sebagai ganti meminta agar Ia di izinkan sholat di area Hijir Ismail.. 

Permintaannya terkabul.. 

Inilah contoh orang yang digambarkan Alqur'an surat an nisa 74, 
فِى سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَوةَ الدُّنْيَا بِالاٌّخِرَةِ
Mereka yang menukar kesenangan duniawi dengan memilih Akhirat..

MasyaAllah tabarakAllah

Allahumma Sholli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa aali Sayyidina Muhammad

22 Mar 2014

Kekecewaan Sayyidah Fathimah Az Zahra



Ada sebuah kisah (l.k. 30 tahun silam) yang berhubungan dengan kekecewaan Siti Fathimah – Terjadi di kota Surabaya sekitar awal tahun 1970. Kisah ini benar-benar terjadi, hanya saja saya sudah tidak ingat lagi nama dua orang pelaku-pelaku utama pada kisah nyata ini, maka kita beri nama samaran saja. Kedua orang itu adalah seorang pemuda Alawiyyin saya beri nama “Sayyid Walid”. Usia kira-kira 20 tahun Dan seorang tua penjaga Masjid Ampel Surabaya, Haji asal Madura, saya beri nama ‘Pak Haji”. Berusia sekitar 55 tahun.

Pak Haji, adalah seorang tua yang shaleh serta istiqamah. Disamping menjaga kebersihan Masjid Ampel yang memang berada dibawah tanggung jawabnya, beliau dengan tekun tidak pernah absen mengikuti setiap pengajian rutin, dan Majelis Ta’lim yang secara tetap diadakan di Masjid itu. Beliau ini sangat mencintai ‘Ulama Habaib, seperti Habib Shaleh Bin Muhsin Al-Hamid Tanggul (Allah yarham), Habib Abubakar Assagaf Gresik (Allah yarham). Dan ‘Ulama Habaib lainnya. Pak Haji ini sangat baik hati, dan sayang sekali terhadap anak-anak kecil dan remaja Ba’alawi yang memang sangat banyak bermukim disekitar Masjid Ampel, Nyamplungan, Suko Rejo, Suku Dono, dan sepanjang jalan K.H. Mas Mansyur – Surabaya.

Konon mennurut ceritera Pak Haji ini semakin bertambah sayangnya kepada para sayyid kecil dan remaja tadi. Dari hari kehari semakin ceria saja wajahnya, ada apa gerangan? Ternyata Pak Haji ini diberi amalan berupa wirid dan bacaan shalawat khusus, sehingga dengan amalannya itu Pak Haji sering kali bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. Tidak terlalu jelas amalan itu diperoleh dari siapa. Mungkin Habib Shaleh Tanggul atau kalau tidak mungkin dari Habib Abubakar Assagaf Gresik, atau mungkin pula dari kedua ‘Ulama Habaib yang memang sangat terkenal pada zamannya. Bahkan sampai hari ini sekalipun kedua beliau itu telah tiada. Namun wafatnya seorang Waliyullah berbeda dengan orang kebanyakan, karena Maqam-maqam mereka setiap hari dijiarahi ummat Islam dari segala pelosok dan penjuru.

Sahadan!, Pak Haji yang sangat ramah baik dan rajin itu mulai sering kerepotan menghadapi sekelompok kecil para sayyid muda kira-kira 15 sampai 20 orang, termasuk sayyid Walid. Kelompok anak muda ini biasa menghabiskan waktu begadang hingga larut malam, kemudian tidurnya di Masjid Ampel dimana Pak Haji dinas. Dari hari kehari anak-anak muda ini semakin merepotkan Pak Haji terutama pada waktu menjelang shalat Shubuh.

Memang katanya sejak anak-anak muda ini, mulai tidur di Masjid, dan hampir setiap malam, apalagi pada malam Minggu. Akibatnya Pak Haji semakin kerepotan saja. Karena keadaan seperti itu terus berlangsung, Pak Haji mulai agak kurang bersahabat. Tetapi namanya juga anak-anak muda, mereka merasa biasa saja. Mereka terus setiap malam tidur di Masjid.

Pak Haji mulai bertambah marah, karena kadang-kadang mereka makan makanan kecil di dalam Masjid juga, sehingga kerja Pak Haji jadi lebih repot lagi karena harus ngurusin sampah. Yang paling menyakitkan hati Pak Haji, karena dari mulut anak-anak muada ini mulai tercium bau minuman keras. Wah kalau begini kata Pak Haji saya tidak bisa sabar lagi. Akahirnya anak-anak muda itu lalu diusir dan tidak diizinkan tidur di Masjid lagi. Lebih kurang sebulanan mungkin anak-anak muda ini tidak lagi datang tidur Masjid maka Pak Haji pun menjadi lega.

Hal itu ternyata tidak bertahan lama karena pada suatu malam pak Haji menemui sayyid Walid dan beberapa temannya datang tidur lagi Masjid. Pak Haji mulai bertindak keras, dan selain memberi nasihat, beliau juga sering marah besar kepada mereka. Tindakan Pak Haji ini ternyata ada hasilnya. Jumlah yang datang tidur di Masjid Ampel makin sedikit, hanya tinggal 4 atau 5 orang saja.

Pada suatu hari waktu menjelang shalat shubuh, para jama’ah yang mulai berdatangan dikejutkan oleh suara ribut Pak Haji yang mara-marah tidak seperti biasanya, usut punya usut ternyata anak-anak yang tidur di Masjid pada mabok dan sulit dibangunkan. Mulai hari itu mereka diultimatum Pak Haji, tidak ada yang boleh lagi tidur diteras Masjid. Beberapa hari memang kelihatan Masjid sepi dari anak-anak muda itu.

Tetapi beberapa hari kemudian ada lagi yang tidur diteras Masjid, kali ini cuma S.Walid dan seorang temannya saja, namun keadaannya sama mereka berdua ini mabuk berat. Pagi itu Pak Haji antarkan mereka kerumah orang tuanya masing-masing. Sesudah itu Masjid sepi lagi. Tidak terlalu lama berselang, pada suatu malam sayyid Walid yang memang paling bandel, paling badung diantara semua temannya kedapatan tidur diteras Masjid.

Pak Haji makin dongkol saja. Seperti biasanya menjelang shubuh Pak Haji mulai bebenah Masjid karena sebentar lagi adzan shubuh. Ketika pemuda sayyid Walid yang bandel ini akan dibangunkan Pak Haji, tiba-tiba Pak Haji berteriak sambil memukul menendang tubuh sayyid Walid, ada apa gerangan? Ternyata tempat dimana sayyid Walid tidur itu sudah dipenuhi muntahnya seketika itu teras Masjid itu menjadi kotor dan bau apak bekas muntahan minum keras. Tak ayal lagi Sayyid Walid disikat babak belur, ditendang dan diusir pokoknya Pak Haji marah besar, sayyid Walid lari terbirit-birit, Pak Haji terus mengejar dan dihajar habis-habisan. Sayyid Walid jatuh bangun dibuatnya, pikir Pak Haji yang betul-betul sudah naik pitam itu menghajar Walid sampai sudah hampir tidak berbentuk lagi pokoknya benjolan disekujur muka dan badan tidak dapat dihitung banyaknya, untung saja tidak sampai patah tulang.

Kini Masjid Ampel benar-benar bersih dari anak-anak muda memang sudah tidak ada lagi yang berani tidur di Masjid lagi. Apalagi sayyid Walid lewat di depan Masjid saja sudah tidak berani lagi. Ketenangan di Masjid sudah tidak terusik lagi. Beberapa bulan kemudian Pak Haji selalu terihat termenung, wajahnya seperti orang kesusahan dan tidak bergairah.

Usut sana usut sini, akhirnya Pak Haji berceritera mengenai kesusahannya itu. Kata Pak Haji sejak kejadian beberapa bulan yang lalu itu, sampai sekarang kata Pak Haji saya tidak lagi bermimpi bertemu Rasulullah Saw. ceritera Pak Haji sambil berurai air mata. Orang yang memahami kondisi spritual Pak Haji ini, menasehatinya agar menemui salah satu ‘Ulama Habaib dan coba konsultasi. Mendengar itu beliau tambah keras tangisnya. Akhirnya Pak Haji bercetera dengan suara parau dan tersendat sendat bagai anak kecil kehilangan mainan.

Kata Pak Haji setelah saya tidak lagi bermimpi bertemu Nabi Saw, saya lebih meningkatkan amalan saya, tetapi bahkan sekalipun sudah berhari-hari saya mengamalkan wirid dan bacaan shalawat sepanjang malamnya, toh tidak pernah dapat bermimpi seperti dulu lagi bertemu dengan Nabi Saw. Sampai pada suatu malam ketika saya kelelahan dan tertidur sebentar, tiba-tiba saya merasa bertemu dan melihat seorang wanita Muslimah yang sangat cantiknya dan belum pernah saya melihat seperti itu sebelumnya. Tetapi wajahnya muram dan cemberut, tetapi penuh wibawa menatap saya. Lalu saya bertanya; “Sampeyan ini siapa?, wanita itu diam saja dan menatap saya dengan tajamnya sehingga ada rasa takut yang amat sangat dalam diri saya, Saya ulangi pertanyaan itu sampai berulang-ulang. Akhirnya pada pertanyaan saya yang ketiga kalinya;

Pak Haji: “Maaf sampeyan ini siapa?, tiba-tiba katanya Fathimah: “Saya Fathimah binti Rasul Saw.”

Pak Haji: “Saya mohon ampun maaf – menangis keras”

Fathimah: “Redhaku ada pada cucuku (Sayyid Walid)”

Pak Haji: “Ampun maaf Kanjeng Puteri Rasulullah Saw.

Fathimah: “Aku yang mengurus anak cucuku”.

Pak Haji: “Ampun maaf Kanjeng Puteri Rasulullah Saw.

Fathimah: “Cintai, nasehati jangan sakiti mereka”

Sampai disini beliau (Siti Fathimah) hilang dari penglihatan saya, kata Pak Haji masih dalam keadaan menangis terisak-isak. Karena mimpi tersebut diatas sudah lewat beberapa bulan tetapi Pak Haji itu belum juga bertemu dengan sayyid Walid. Ternyata sejak kejadian pemukulan dan pengusiran terhadap sayyid Walid itu, Pak Haji tidak pernah bertemu dengan sayyid Walid. Bahkan setelah kejadian mimpinya bertemu Siti Fathimah itu Pak Haji sudah mencari kerumah orang tuanya, dan teman-temannya tetapi tidak ada yang tahu dimana sayyid Walid berada. Hal inilah yang membuat susah hatinya. Pak Haji merasa sangat bersalah atas raibnya sayyid Walid. Singkat ceritera pada suatu hari ada salah seorang teman sayyid Walid mengabarkan kepada Pak Haji bahwa sayyid Walid selama ini bersembunyi di Pulau Bali, dan sering kelihatan berada disekitar Pantai Kuta.

Dengan sangat gembira Pak Haji lalu berengkat ke Bali mencari sayyid Walid. Setelah mencari dengan bertanya kesana kemari, maka diketahui bahwa S.Walid beserta teman-temannya setiap hari berada disuatu tempat di pantai Kuta.

Pak Haji pun begegas menuju ketempat tersebut, lalu mengawasi dari jauh. Hati Pak Haji begitu girang gembira, manakala ia melihat S.Walid benar sedang bermain bersama teman-temannya ditempat itu. Dengan perlahan-lahan Pak Haji mendekati tempat S.Walid.

Namun apa lacur? S.Walid begitu melihat Pak Haji ada didepannya, iapun lari dan berlari sekuat tenaga, Pak Haji pun berlari mengejarnya. Terjadilah kejar mengejar antara mereka berdua tanpa dimengerti oleh teman-teman S. Walid, maka mereka juga mengejar dari belakang. Sampai beberapa saat kemudian Pak Haji dapat menangkap S.Walid, maka dirangkul dengan sekeras-kerasnya, lalu tak ayal lagi S.Walid diciumi Pak Haji sejadi-jadinya.

S.Walid yang tidak mengerti, karena dikiranya Pak Haji akan menghajarnya, ia tetap berusaha melepaskan diri dari kempitan Pak Haji. Pak Haji tidak melepaskannya, bahkan mulai menangis seperti anak kecil. S.Walid sangat terperanjat melihatnya. Dan berkatalah Pak Haji “Ya Habib! Maafkan dan ampuni saya, memang saya telah bersalah dan berbuat dosa memukuli Habib dulu, tolong Habib maafkan saya, ampunkan saya!, begitulah Pak Haji berkata berulang-ulang, sementara ia tetap tidak mau melepaskan S.Walid dari pelukannya. Teman-teman S.Walid yang kemudian tiba disitu, menjadi terbengong-bengong dibuatnya. Mereka memang sangat bingung menyaksikan kejadian peristiwa itu sebab mereka tidak tahu ada masalah apa antara Pak Haji dan temannya ini.

Sayyid Walid tadinya menyangka ia dicari Pak Haji dan mau dipukul lagi maka ia lari ketakutan tadi. Kini ia terperangah, mengapa pula Pak Haji minta maaf dan ampun padanya?, ia menjadi kasihan melihat Pak Haji begitu sedih dan menangis. Pak Haji mulai dapat mengendali diri dan emosinya, maka diajaklah S Walid ketempat yang teduh jauh dari teman-teman S.Walid. Setelah keduanya menyendiri, mulailah Pak Haji mengisahkan semua kejadian yang menimpanya sejak ia bertindak memukuli dan menyakiti S.Walid dengan keras dahulu, sampai ia kehilangan mimpi bertemu Nabi Saw, hingga akhirnya ia didatangi oleh Siti Fathimah, terus sampai ia ke Bali mencari S.Walid dengan maksud minta ampun, maaf dan ridha dari Sayyid Walid, begitu kisah Pak Haji.

Setelah mendengar kisah Pak Haji, tiba-tiba Sayyid Walid yang kini jadi menangis dengan sangat sedih seolah ditinggal mati orang tuanya.

Kedua anak manusia ini akhirnya berpelukan, bertangis-tangisan terbawa perasaan masing-masing. Keduanya kini saling memaafkan satu sama lain. Betapa gembiranya hati Pak Haji sekarang. Sementara Sayyid Walid seolah menemui kesadaran baru. Kemudian hari itu juga Sayyid Walid pamitan dari kawan-kawannya, dan mengikuti Pak Haji kembali ke Surabaya.

Sesudah kejadian di Pulau Bali itu, Pak Haji terlihat kembali ceria seperti sebelum kejadian dahulu. Tetapi ada yang merisaukan hati Pak Haji yaitu setelah berpisah dengan S.Walid dirumah orang tuanya itu, Pak Haji tidak lagi berjumapa dengan S.Walid betahun-tahun lamanya. Konon ceriteranya kejadian di Pulau Bali itu dan mendengar seluruh kisah Pak Haji, jiwa Sayyid Walid seperti diguncang sebuah kesadaran akan dirinya. Sayyid Walid, setelah tiba dirumahnya kembali di surabaya, hanya berselang beberapa hari, ia meminta izin orang tuanya untuk mondok di salah pesantren asuhan salah satu Habaib di Jawa Timur. Setelah berselang beberapa tahun kemudian, orang bertemu lagi dengan Sayyid Walid sangat berlainan keadaannya. Ia kini bukan lagi seorang sayyid muda ugal-ugalan. Ia telah menjadi seorang Ustadz muda jebolan pesantren, pakaiannya sehari-hari adalah gamis dan surban yang tidak pernah lepas dari pundaknya. Orang tidak pernah menjumpainya kecuali di majelis-majelis Ta’lim para Habaib.

Begitulah kisah nyata ini, sekaligus menjadi i’tibar bagi hati orang yang mau percaya, bahwa persoalan tinggi rendahnya kondisi spriritual seseorang, tergantung kepada pengalaman spiritualnya itu sendiri. Kita bisa berkata mustahil Pak Haji di datangi Siti Fathimah karena telah mengganggu cucunya. Bagaimana wirid dan bacaan shalawat Pak Haji sebanyak apapun ternyata ia tidak lagi dapat melihat Rasulullah Saw dalam mimpinya seperti sebelumnya, karena ia telah menyakiti sebagian dari darah daging puterinya Fathimah, yang sekaligus darah daging Nabi Saw, sendiri yang menjadi pelanjut keturunannya itu. Hendak dipercaya ataupun tidak, terserah kepada masing-masing orang, tetapi begitulah kisahnya. Masihkah anda ingat sebuah Hadits Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad bahwa Nabi Saw telah bersabda: 

“Berbuat baiklah terhadap ahlul bait-ku karena kelak aku akan memperkarakan kalian tentang mereka. Barang siapa yang aku perkarakan, maka Allah pun akan memperkarakannya, dan siapa yang diperkarakan Allah, maka orang itu dimasukan kedalam neraka.”

Diambil dari : “Revisi Kafa’ah Syarifah” – Asyraaf

Allah SWT Melihat Hatimu



Pada suatu hari, Syaiikh Hasan Al-Bashri Rahimahullah pergi mengunjungi Syaikh Habib Ajmi Rahimahullah, seorang sufi besar lain. Pada waktu shalatnya, Syaikh Hasan Al-Bashri mendengar Syaikh Habib Ajmi banyak melafadzkan bacaan shalatnya dengan keliru. Oleh karena itu, Syaikh Hasan Al-Bashri memutuskan untuk tidak salat berjamaah dengannya. Ia menganggap kurang pantaslah bagi dirinya untuk shalat bersama orang yang tak boleh mengucapkan bacaan shalat dengan benar.

Di malam harinya, Syaikh Hasan Al-Bashri bermimpi. Ia mendengar Tuhan berbicara kepadanya, “Hasan, jika saja kau berdiri di belakang Habib Ajmi dan menunaikan shalatmu, kau akan memperoleh keridaan-Ku, dan shalat kamu itu akan memberimu manfaat yang jauh lebih besar daripada seluruh shalat dalam hidupmu. Kau mencoba mencari kesalahan dalam bacaan shalatnya, tapi kau tak melihat kemurnian dan kesucian hatinya. Ketahuilah, Aku lebih menyukai hati yang tulus daripada pengucapan tajwid yang sempurna.


20 Mar 2014

Makhluk Yang Dimabuk Cinta Dengan Kanjeng Rosulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam



Sebab terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah karena bumi merasa bangga dengan langit. Berkata dia kepada langit, “Hai langit, aku lebih baik dari kamu kerana Allah SWT telah menghiaskan aku dengan berbagai-bagai negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-tanaman, beberapa gunung dan lain-lain.” 

Berkata langit, “Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu kerana matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa Cakrawala, Buruj, Arasy, Kursi dan Surga ada padaku.” Berkata bumi, “Hai langit, di tempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan sholihin (orang-orang yang baik).” Bumi berkata lagi, “Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. 
Dan dia menjalankan syari’atnya juga di tempatku.” Langit tidak dapat berkata apa-apa apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia mengadap Allah SWT dengan berkata, “Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau naikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga.” 

Lalu Allah SWT mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah SWT memberi wahyu kepada Malaikat Jibril ‘Alaihis Sholatu Wasallam pada malam tanggal 27 Rajab, “Janganlah engkau (Jibril) bertasbih pada malam ini dan engkau Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini.” Malaikat Jibrail Alaihis Sholatu Wasallam bertanya, ” Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?” Allah SWT berfirman, maksudnya, “Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke surga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan buraq itu.” 

Kemudian Malaikat Jibril pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-lenang di taman surga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di antara 40,000 buraq itu, Jibril terpandang pada seekor buraq yang berwarna putih sedang menangis bercucuran air matanya. Malaikat Jibril Alaihis Sholatu Wasallam lalu menghampirinya lalu bertanya, “Mengapa engkau menangis, ya buraq?” Berkata buraq, “Ya Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan sesudah itu aku menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan minum lagi. 
Aku laksana dibakar oleh api kerinduan.” Berkata Malaikat Jibril Alaihis Sholatu Wasallam, “Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu.” Kemudian Malaikat Jibril memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ketika sampai di bumi, buraq yang dibawa oleh Malaikat Jibril itu menojang-nojangkan kakinya. Ia seolah-olah enggan ditunggangi. 

Melihat demikian, malaikat Jibril memegangnya dan berkata: “Wahai buraq! tidak malukah engkau? Demi Allah, orang yang akan menunggangi engkau adalah orang yang paling mulia di sisi Allah SWT”. Mendengar perkataan Malikat Jibrail itu maka bercucuranlah peluhnya (keringat dingin). Ia kelihatan kemalu-maluan dan tidak lagi resah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallampun naik ke tempat yang tersedia di atas badan buraq, sebagaimana dilakukan oleh nabi-nabi sebelum baginda nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. 

Setelah siap segalanya, terbanglah buraq membawa nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memulakan Isra’. Dalam perjalanan itu, Malaikat Jibril ‘Alaihis Sholatu Wasallam mendampingi nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di sebelah kanan baginda Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Malaikat Mikail ‘Alaihis Sholatu Wasallam di sebelah kiri. 
( Durroh en Nashihin )


Tangisan Rindu Kepada Allah SWT



Syaikh Abu Ali Ad-Daqqaq Rahimahullaah menuturkan, “Suatu ketika Nabi Syuaib ‘alaihis salam menangis hingga matanya buta. Allah SWT mengembalikan penglihatannya. Dia menangis lagi sampai buta, Allah mengembalikan lagi penglihatannya. Sekali lagi dia menangis sampai buta, dan Allah mengembalikan lagi penglihatannya. Kemudian, Allah berfirman kepadanya, “Jika engkau menangis karena surga, maka yakinilah bahwa Aku telah mengizinkanmu memasukinya. Jika engkau menangis karena neraka, maka yakinilah bahawa Aku telah menjadikanmu selamat darinya.’ Nabi Syuaib alaihis salam menjawab, “Aku menangis bukan karena hal-hal itu. Aku menangis karena rindu kepada-Mu. Allah menurunkan wahyu kepadanya, “Karena itu Aku menunjuk rasul dan kalim (yang diajak bicara)-Ku [Nabi Musa ‘alaihis salam] untuk melayanimu selama sepuluh tahun.” Dikatakan, “Barangsiapa rindu kepada Tuhan, maka segala sesuatu merindukannya.”

(Ar-Risalah Imam Qusyairi: Syauq)

Sumber

19 Mar 2014

Hirarki Kewalian



Syaikhul Akbar Ibnu Arabi Rahimahullah Ta’ala Anhu dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :

Wali Aqthab atau Wali Quthub
Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali di seluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan. Wali Quthub ini memiliki gelar Abdullah.

Wali Aimmah
Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.

Wali Autad
Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Ka’bah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Hayyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.

Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah. 
Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.

Wali Nuqoba’
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba’ melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.

Wali Nujaba’
Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.

Wali Hawariyyun
Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad SAW sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam sebagaimana disebutkan di dalam sebuah hadits. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.

Wali Rajabiyyun
Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib. 
Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara. 
Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.

Wali Khatam
Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammad SAW.


AL-SAYYID ABU ABDILLAH MUHAMAD BIN SULAIMAN AL JAZULI RA



Imam al-Jazuli mempunyai nama lengkap Abu Abdullaah Muhammad bin Suleiman bin Abu Bakar al-Jazuli al-Simlali QS.

Menurut biografinya beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Berber di Jazula, yang tinggal di daerah Sus di Maroko antara samudra Atlantik dan pegunungan Atlas. Beliau belajar di sekolah setempat, lalu meneruskan ke Madrasah as-Saffariin di daerah Fez yang sampai sekarang kamarnya masih banyak dikunjugi orang. Setelah terjadi perseteruan antar suku, beliau meninggalkan daerah itu dan menghabiskan masa 40 tahun berikutnya di Mekah, Madinah dan Yerusalem. Kemudian beliau kembali lagi ke Fez dan menyelesaikan kitab Dalail al-Khairat.

Nasab Beliau 
Adapun nasabnya adalah Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman bin Abdurrohman bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Ya’la bin Yakhluf bin Musa bin ‘Ali bin Yusuf bin Isa bin Abdulloh bin Jundur bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ahmad bin Hasan bin Isma’il bin Ja’far bin Abdulloh bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abu Tholib Karramallahu Wajhah.

Beliau di-bay’at ke dalam Tarekat Syadzili oleh Syekh Syarif Abu Abdullah Muhammad bin Amghar QS. Beliau melakukan khalwat selama 14 tahun, lalu pergi ke Syafi, di mana beliau mendapat banyak pengikut. Gubernur Syafi merasa perlu untuk mengusirnya dan hal itu mengundang kemurkaan Allah SWT, akibatnya kota itu dikuasai Portugis selama 40 tahun. Menurut riwayat, Gubernur Syafi-lah yang memenjarakannya dan menyebabkan kematiannya, saat beliau sedang melakukan salat, yaitu pada tahun 869 AH (atau 870 atau 873). Tujuh puluh tujuh tahun setelah kematiannya, makamnya digali kembali untuk dipindahkan ke Marrakesh, ternyata tubuhnya ditemukan masih dalam keadaan utuh (diambil dari Encyclopaedia of Islam, 1957, Leiden).

Menurut suatu riwayat, penulis Dalail al-Khairat pernah melakukan suatu perjalanan, ketika beliau membutuhkan air untuk berwudu, beliau pergi ke sebuah sumur, tetapi beliau tidak bisa mencapainya karena tidak mempunyai tali dan ember. Beliau menjadi resah, lalu seorang gadis datang untuk membantunya. Dia meludah ke dalam sumur dan tiba-tiba air sumur keluar atas kemauannya sendiri. Melihat keajaiban ini, beliau bertanya kepada gadis itu, “Bagaimana hal ini bisa terjadi?” Jawabnya, “Aku bisa melakukan hal ini dengan memohon berkah kepada Rasulullah SAW.” Melihat betapa pentingnya melakukan selawat kepada Rasulullah SAW, baliau memutuskan untuk menulis kitab Dalail al-Khayrat

Sejarah Menjelang Mengarang Kitab Dalailul Khoirot

Adapun sebab musabah beliau mengarang kitab Dalailul Khoirot adalah karena pada suatu saat beliau singgah di suatu desa bertepatan dengan waktu (habisnya) sholat dhuhur; tetapi beliau tidak menjumpai seorangpun yang dapat beliau tanyai untuk mendapatkan air wudlu.

Akhirnya beliau menemukan sebuah sumur yang tidak ada timbanya, maka beliau berputar-putar di sekitar sumur itu dalam keadaan bingung karena tidak ada alat untuk menimba air. Tetapi kemudian beliau dilihat oleh seorang anak perempuan kecil yang berusiya sekitar tujuh tahun. Anak itu bertanya kepada Sayid Muhammad al-Jazuli,

“Ya Syekh, mengapa anda nampak bingung berputar-putar disekitar sumur Syekh menjawab,”Saya Muhammad bin sulaiman”.

Anak itu bertanya lagi, “Apa yang hendak tuan kebijakan ?“.

Syekh menjawab, “Waktu sholat dhuhurku sudah sempit, tetapi saya belum mendapatkan air untuk berwudlu”.

Anak kecil itu bertanya, apakah dengan namamu yang sudah terkenal ia tidak bisa (hanya sekedar) mendapatkan air wudlu dan dalam sumur? Tunggulah sebentar!“

Kemudian anak kecil itu mendekat ke bibir sumur dan meniupnya sekali, tiba-tiba airnya mengalir dan memancarkan di sekitan sumur seperti sungai besar.

Kemudian anak kecil itu pulang kerumahnya, dan Syekh Muhammad Al-Jazuli pun segera berwudlu dan melaksanakan sholat dluhur.

Setelah Al -Jazuli rumah itu Syekh Muhammad bergegas mendatangi anak perempuan kecil itu, sesampainya di sana beliau mengetuk pintu. Anak kecil itu berkata, “Siapa itu ?“, maka syekh menjawab, “Wahai anak perempuanku, saya bertanya kepadamu, demi Allah dan kemahaagungan-Nya yang menciptakan kamu dan menunjuikan kepadamu terhadap Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasulmu yang diharap-harapkan syafaatnya, saya harap engkau mau menemuiku, saya hendak menanyakan tentang satu hal”.

Ketika anak itu menemui beliau, Syekh Muhammad Al-Jazuli bersumpah, “Aku bersumpah kepadamu demi kemahaagungan Allah, demi kemahakuasaan-Nya, demi kemahamemberi-Nya, demi kemahasempurnaan-Nya dan demi Nabi Muhammad yang sholawat salam atas beliau, para shahabat, isteri dan putra-putra beliau, demi risalah beliau dan demi syafaat beliau, aku mohon kamu mau menceritakan kepadaku dengan apakah kamu bisa mendapatkan martabat yang tinggi {sehingga dapat mengeluarkan air dan sumur tanpa menimba} ?“.

Anak perempuan kecil itu menjawab, : “Kalaulah tidak karena sumpahmu itu wahai Syekh, tentulah aku tidak mau menceritakannya. Saya mendapatkan keistimewaan yang demikian itu karena membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw.” Setelah peristiwa itu kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli radliallahu anhu mengarang kitab “Dalail al Khairat” di kota Fas. Dan sebelum beliau mensosialisasikan kitab itu ia mendapat ilham untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya. Maka beliau kembali dan Fas kedesa beliau ditepi daerah Jazulah. Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu bertemu Syekh Abu Abdilah Muhammad bin Abdullah Al-Shaghir seorang penduduk dipinggiran desa dan beliau berguru Dalail kepadanya.

Kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli melaksanakan kholwat untuk beribadah selama 14 tahun dan kemudian keluar dan kholwatnya untuk mengabdikan din dan menyempurnakan pentashihan (pembetulan) kitab “Dalait al Khoirot” pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 82 H. delapan tahun sebelum hari wafatnya.

Adapun Thoriqoh beliau disandarkan pada Syekh Syadzili yang belajar dan Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Mudhor Al-Munithi dan Sayid Abu Utsman Sa’id Al-Hartanai dan Sayid Abi Zaid Abdurrahman Al-Rajnaji dan Sayid Abul Fadhil Al-Hindi dan Syekh Ihus Uwais Zamanihi dan Sayid Abu Abdilah Al-Maghribi seorang pengembara yang dimakamkan di Damnaliur AlBukhairoh dan pengikut para orang sholih dan kelompok Thoriholnya muslikin dan seagung-agungnya orang-orang ma’nifat dan Imamnya para wasil, Abul Aqthob yang diperlihatkan oleh Allah terhadap semua pengikutnya sebagai penerus barisan para keturunan Al Hasyimiyyah dan keturunan Nabi, Sayid Abul Hasan ‘Ali Al-Syadzali radtiyallahu ‘anhu yang dilahirkan pada tahun 595 H. dan wafat pada tahun 656 H

Dinegerinya sebelum beliau merealisasikanSepuluh hal sebagaimana beliau berkata: “Masih ada sepuluh tahun untukmu”, dan beliau mewariskan banyak teman. Adapun murid-murid beliau banyak sekali, diantaranya adalah Syekh Abu Abdillah Muhammad Al-Shoghir Al-Sahli dimana beliau adalah yang tertua dan sahabatnya yang lain, yang menemaninya dalam meriwayatkan Dalail. Kemudian Syekh Abu Muhammad Abdul Karim Al-Mandari dan juga Syekh Abdul ‘Aziz Ab-Tiba’ dan beliaulah Sayid dan Gum Sanadku (Mu’aUif dintana Guru saya Sayid Ahmad Musa Al-Samlali berguru kepadanya dan kemudian Sayid Ahmad bin Abbas A1-Shom’i berguru kepadanya dan kemudian Sayid Mufri Abdul Qodir Al-Fasi belajar kepadanya dan kemudian Sayid Ahmad bin Al-Haj belajar kepadanya kemudian Sayid Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Al-Matsani belajar kepadanya dan kemudian Sayid Muhammad bin Abmad A1-Mudghiri belajar kepadanya dan kemudian Sayid All bin Yusuf Al-Hariri Al-Madanibelajar kepadanya dan kemudian Sayid Muhammad Amin Al-Madani belajar kepadanya dan kemudian Al-Quthbu Al-Rais Sayid Muhammad Idris belajar kepadanya dan kemudian Al Quthbu Al-Rasyid Sayid Abdul Mu’id radliyallahu ‘anhurn dan santrinya yang dijuluki dengan Muhammad Ma’ruf yang belajar kepadanya.


Syekh Muhammad Al-Jazuli Mendidik
Syekh Muhammad Al-Jazuli pada mulanya mulai mendidik para muridin dipinggiran Asafi di mana banyak sekali orang yang sadar dan bertaubat atas bimbingannya. Dzikirnya begitu terkenal, tersebar dan diamaikan orang-orang diberbagai negeri dan nampaklah keistimewaan yang besar dan keramat-keramatnya. Syekh Muhammad Al-Jazuli senantiasa berpegang teguh terhadap hukum-hukum Allah SWT dengan melaksanakan ajaran A1-Qur’an dan Sunnah rosul shallalluhu ‘alaihi wassalani. Kemudian beliau pindah dan Asafi kesuatu tempat yang terkenal dengan afrigal. Kemudian beliau membangun masjid dan menetap ditempat itu untuk tetap mendidik dan membimbing para muridin ke jalan yang benar sesuai petunjuk Allah.

Jelaslah cahaya keberkahan beliau, nampaklah tanda-tanda kerahasiaannya dan para faqir dan orang-orang yang tekun membaca dan dzikir kepada Allah dan membaca sholawat Nabi semakin banyak Dzikir-dzikir beliau dikenal disegenap penjuru dan pam pengikutnya pun tersebar disetiap bagian negeri sehingga menjadi semarak dan hiduplah negeri Maghribi. Syekh Muhammad Al-Jazuli memperbaharui Thoriqot di Maghribi setelah pengaruh-pengaruh dari pengajarannya. Syekh Muhammad Al-Jazuli benar-benar seorang yang mencurahkan waktunya untuk menolong dan memberikan manfa’at kepada ummat Beliau juga mengutus para sahabatnya keberbagai negeri untuk menda’wahkan hukum Allah dan mendorong mereka ke jalan Allah.

Banyak sekali orang mengikuti dan mengamalkan Thoriqotnya. Mereka juga banyak yang datang langsung kepada Syekh Muhammad A1-Jazuli untuk bertaqurrub dan mencari ridho Allah. Junilali dan pengikut itu mencapai 12665 orang dimana kesemuanya itu bisa mendapatkan fadhilah menurut kadar martabat dan kedekatan mereka dengan Syekh Muhammad Al-Jazuli.

Wafatnya Syekh Muhammad Al Jazuli
Beliau wafat waktu melaksanakan sholat subuh pada sujud yang pertama (atau pada sujud yang kedua menurut satu riwayat) tanggal 16 Rabi’ul Awwal 870 H. Beliau dimakamkan setelah waktu sholat dhuhur pada hari itu juga di tengah masjid yang beliau bangun.

Sebagian dan keramaltnya adalah setelah 77 tahun dan wafat beliau, makam beliau dipindahkan Maralisy, dan ternyata ketika jenazah beliau dikeluarkan dan kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika beliau dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan jelas seperti pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Markasy sering diziarabi oleh banyak orang.

Sebagian besar dan peziarah itu membaca Dalil al Khairat disana, sehingga dijumpai di makam itu bau minyak misik yang amat harum karena begitu banyak di bacakan sholawat salam kepada nabi muhamad, para sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian dari sejarah yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari berbagai penjuru dari masa ke masa senantiasa membaca dan mengamalkan kitab beliau yaitu dalail al khoirot.

Akhirnya beliau mendapat perdikat sebagai seutama-utamanya orang yang bersama Rosul SAW kelak karena banyaknya pengikut beliau untuk membaca Sholawat, sebagai mana Rosululloh SAW bersabda, “Seutama utama manusia bersamaku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca Sholawat untukku”

Syekh al-Khafidh Abu Na’im berkata, “ Sejarah besar tentang Syeh Muhamad Al-Jazuli ini benar-benar sesuai dengan hadist dan fatwa para sahabat tentang membaca sholawat kepada Nabi ni saya telah menuqilnya meskipun banyak para ulama’ yang mengetahuinya secara pasti, sebagai mana disabdakan Nabi, “Sedekat-dekatnya orang yang lebih berhak mendapat syafa’atku pada hari kiamat besok adalah orang yang paling banyak membaca sholawat pada waktu ia masih di dunia”

Segala puji bagi Allah tanpa batas, Sholawat salam atas Rasulullah SAW para sahabat dan keluarganya. Amien.


18 Mar 2014

Rabi'ah Al Adawiyah dan Hasan Al Bashri



Dikisahkan juga bahwa sepeninggal suami Rabi’ah Al- Adawiyah, Hasan Basri dan sahabat – sahabatnya pernah minta izin menemuinya. Mereka pun diberi izin , dan Rabi’ah pun duduk di balik tabir. Hasan Basri dan segenap sahabatnya menyatakan, “ Suamimu sudah meninggal dunia maka kamu harus menikah lagi “
Rabi’ah menjawab, “ Memang demikian seharusnya . Akan tetapi, siapakah yang paling alim diantara kalia kalian ? Saya bersedia dinikahi olehnya.”

Semua yang hadir saat itu serempak menyatakan, “ Hasan Basri “

“ Jika anda bisa menjawab empat macam pertanyaan, saya akan menyerahkan diri saya untuk anda”

“Silakan. Kalau Allah memberikan taufik kepada saya, saya akan menjawab” jawab Hasan Basri Rabi’ah memulai dengan pertanyaannya ,

“ Bagaimana pendapat anda, kalau saya meninggal. Apakah saya dalam keadaan iman atau tidak ? “ Ini sesuatu yang gaib. Dan tidak ada yang gaib selain Allah” Jawab Hasan Basri

Pertanyaan kedua, “Apa pendapat anda, kalau saya nanti dikuburkan dan ditanya oleh malaikat Munkr dan Nakir. Apakah saya mampu menjawab atau tidak ?“
“Ini juga sesatu yang gaib, sedangkan tidak ada yang tahu sesuatu yang gaib selain Allah,” jawabnya.

Pertanyaan ketiga, “Jika manusia dikumpulkan , lalu kitab catatan amalan diberikan, apakah saya akan menerima kitab catatan amal saya dengan tangan kanan atau tangan kiri?”,
“ Ini juga perkara gaib” jawab nya.

Pertanyaan terakhir, “Jika nanti manusia dipanggil sebagian ke surga dan sebagian lagi ke neraka maka saya berada dibagian mana?”

“Ini juga termasuk masalah gaib” jawabnya

Setelah Rabi’ah melontarkan keempat pertanyaannya dan tak satu pun sanggup dijawab oleh Hasan Basri, ia pun berkata, “Anda kebingungan dengan empat masalah ini, sungguh tak terbayangkan bagaimana anda malah sibuk dengan urusan kawin segala?” 

“Wahai Hasan” Lanjut Rabi’ah “Allah menciptakan akal ada berapa bagian?”

“Ada sepuluh bagian, Sembilan bagian bagi laki – laki dan satu bagian bagi perempuan” jawab Hasan Basri
Rabi’ah bertanya lagi,” Wahai Hasan, ada berapa bagian Allah mencitakan syahwat?”

“Ada sepuluh bagian, Sembilan untuk perempuan dan satu bagian untuk laki – laki” jawabnya.Akhirnya Rabi’ah menjawab “Wahai Hasan, saya mampu menjaga sembilan bagian syahwat itu dengan satu bagian akal. Dan kamu tidak mampu menjaga satu bagian syahwat itu dengan Sembilan bagian akal.”
Mendengar jawaban tersebut Hasan Basri menangis dan pulang.

Bagaimana dengan kita kaum laki – laki, mampukah kita menjaga syahwat kita dengan sembilan bagian akal kita?semoga Allah memberi kekuatan kepada kita agar mampu menjaga syahwat dengan sembilan bagian akal yang kita miliki.


Rintihan




Ketika Allah rindu pada hambaNya, Allah akan mengirimkan sebuah hadiah istimewa melalui malaikat Jibril yang isinya adalah ujian.

Dalam hadith qudsi Allah berfirman :

“Pergilah pada hambaKu lalu timpakanlah berbagai ujian padanya kerana Aku ingin mendengar rintihannya.”

[HR Tabrani dari Abu Umamah]


Sumber

Air Mata Nabi Adam AS



Semenjak Nabi Adam alaihis salam keluar dari Surga akibat tipu daya iblis, beliau menangis selama 300 tahun. Nabi Adam tidak mengangkat kepalanya ke langit karena terlampau malu kepada Allah SWT. Beliau sujud di atas gunung selama seratus tahun. Kemudian menangis lagi sehingga air matanya mengalir di jurang Serantip.

Dari air mata Nabi Adam itu Allah tumbuhkan pohon kayu manis dan pokok cengkih. Beberapa ekor burung telah meminum air mata beliau. Burung itu berkata, “Sedap sungguh air ini.” Nabi Adam terdengar kata-kata burung tersebut. Beliau menyangka burung itu sengaja mengejeknya karena perbuatan durhakanya kepada Allah. Ini membuat Nabi Adam semakin hebat menangis.

Akhirnya Allah SWT telah menyampaikan wahyu yang bermaksud, “Hai Adam, sesungguhnya aku belum pernah menciptakan air minum yang lebih lezat dan hebat dari air mata taubatmu itu.”


Sumber

Keluarga Suci Sayyidah Fatimah Az Zahrah




Pada suatu hari, Rasulullah saw datang ke rumah Fatimah. Beliau Saw melihat putrinya itu dlm keadan bersedih berlinang air mata. Rosul saw bertanya : “ Wahai permata hatiku ! mengapa engkau bersedih dan menangis?”

Fatimah menjawab,”Wahai Rasulullah ! ini hanyalah sekedar berita bukan pengaduan; telah tiga hari lamanya dirumah kami tidak terdapat makanan. Dan Al-Hasan serta Al-Husein telah berada dlm keadan lemah ; tidak bertenaga karena menahan lapar. Dan hari ini mendengar keduanya mengucapkan kata-kata yang dalam hal ini saya tak mampu mngungkapkannya kepada Anda.”

Rasulullah saww bertanya, “Apa yang telah mereka katakan?” Fatimah menjawab, “Mereka berkata , ‘Apakah didunia ini ada anak yang kelaparan seperti kita?’ dan tatkala saya mendengar kata-kata ini dari lisan mereka, maka saya merasa seakan-akan dunia ini gelap gulita.”

Kemudian , Fatimah a.s berkata , “Wahai ayah! Apakah seorang hamba, dalam bermunajat kepada Allah, dibenarkan untuk mengeluhkan kesulitan yang tengah menimpanya?” Rasulullah saw menjawab, “Wahai putriku ! ketahuilah bahwa Allah Swt amat menyukai keluh-kesah hamba-Nya.”

Sayyidah Fatimah segera bangkit dan masuk kekamar, kemudian menunaikan shalat dua rakaat. Setelah selesai menunaikan salat dan mengungkapkan keperluannya, dia berkata, “ Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa para wanita tidak memiliki kekuatan dan ketegaran sebagaimana para Nabi; ayah saya mampu untuk menahan lapar , tetapi saya tidak mampu bertahan . Berilah kekuatan kepada saya atau bebaskanlah saya dari kesulitan dan penderitaan ini.”

Setelah mengungkapkan kalimat ini, Sayyidah Fatimah jatuh pingsan. Dalam pada itu, Jibril a.s datang dan berkata, “Wahai Rasulullah, bangkitlah ! Rintihan Fatimah membuat para malaikat menjerit.”
Rasulullah saw pun menyaksikan Sayyidah Fatimah dalam keadaan pingsan. Beliau saw duduk, lalu mengangkat kepala Sayyidah Fatimah dan meletakkan(nya) ditangan beliau saw. Dan tatkala beliau Sayyidah Fatimah mencium aroma harum Rasulullah saw, diapun tersadar dan berdiri serta menundukkan kepala.
Rasulullah saw berdiri dan meletakkan tangan suci beliau saw ke dada Sayyidah Fatimah dan berkata, “Ya Allah selamatkan dia dari pedihnya rasa lapar.”
Sayyidah Fatimah berkata, “Berkat doa itu, aku sama sekali tidak pernah merasa lapar.”


KISAH NYATA ANAK DURHAKA DARI SINGAPURA




Sebuah Kisah Nyata dari Negeri tetangga Singapura beberapa dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang lansia di Singapura.

Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan Pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dunia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang Sarjana.

Kemudian setelah anak tunggalnya tersebut menikah, ia minta ijin kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya tinggal bersama-sama dengannya. Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa apartemen nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunya cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.

Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu mewariskankan seluruh harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.

Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga, jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa akhirnya pada suatu hari mereka bertengkar hebat yang pada akhirnya, anaknya tega mengusir sang Ayah keluar dari apartment mereka yang ia warisi dari Ayahnya.

Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai sudah diberikan kepada anaknya, maka mulai hari itu dia menjadi pengemis di Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!

Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu dan menjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya. Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar beritanya. Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman-temannya yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi orang tersebut. Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal.

Dihadapan para sahabatnya, si ayah dengan menangis tersedu-sedu, menceritakan semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di sana, karena semua orangtua di sana merasa sangat marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral itu.

Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee Kwan Yew Senior.

PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee dan PM Lee mengatakan "Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti kalian" .

Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat warisan itu dibatalkan demi hukum! Dan surat warisan yang sudah baliknama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik yang sudah diwariskan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan sejal saat itu anak menantu itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.

Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan Kebijakan / Dekrit yaitu "Larangan kepada para orangtua untuk tidak mengwariskan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal. Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para lansia. Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1 tahun bekerja.

Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport, Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak. Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak-anak dan remaja di sana, bahwa pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dsbnya itu bukan pekerjaan hina, sehingga anak-anak tsb dari kecil diajarkan untuk tahu menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya.

Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya.

Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.

Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu mengenang saat mereka masih balita, orangtua merekalah yang membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, juga yang memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya ketika mereka sakit.

Bagaimana dengan Indonesia? Mohon share ini kepada teman-teman Anda agar menjadi pengingat kepada kita semua.


17 Mar 2014

Jika Ulama Kasyf bertemu Ulama Kasyf



Kiyai Subhi, kiyai asal  Taman-Pemalang, Kiayi nyentrik ini sering berkunjung ke kediaman Habib Hasyim-Pekalongan. Orang yang melihat pasti nggak nyangka kalau dia ulama besar, sebab datangnya pake caping; sorbanan terus di capingi. Datangnya sama wali  minal auliaillah, wali  besar pula, Mbah Shaleh Bagusan. Dulu sebelum dikenal Mbah Shaleh Bagusan, panggilannya Madyai. Suatu ketika Kiyai Subhi datang ke Habib Hasyim-Pekolngan. Kebetulan Habib Hasyim masih ngajar.

Di ruang tamu Kiyai Subhi ditemani Muhammad Baksyer, dan disuguhi minuman. Baru saja di persilahkan, tiba-tiba tangannya lumpuh. Habib Hasyim selesai ngajar kaget: loh kok minumannya masih utuh. Ini orang kasyf (tahu hakikat sesuatu) ketemu orang kasyf . Jadi paham; tidak mau minum, pasti karena ada yang tidak beres.
Ahirnya Muhammad Baksyer dipanggil: Muh taal! (Muh kesini). Kemudian ditanya sama Habib Hasyim: Muh kamu beli gula dimana ? 

Sudah serah terima belum?
‘Belum’ ! jawab Muhammad Baksyer.
‘Balik!’, Habib Hasyim menyuruh.
Setelah sampai ke toko, Muhammad Baksyer ditanya sama pemilik toko, ada apa Muh? Aku tadi beli gula tapi belum ijab-qabul, saya mau mengucapkan’aku beli ini’. ‘oh ya, aku jual Muh’, jawab pemilik toko. Saat Muhammad pulang minuman Kiyai Subhi sudah habis.  Tangannya sudah mau disuruh ngangkat minuman. Ah ada-ada saja, begitulah jika orang kasyf ketemu orang kasyf.


*Muhammad Solikhin dalam buku “Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar” mengatakan bahwa Kasyf menurut adalah penyingkapan atau wahyu, atau pengetahuan langsung dari Allah setelah seorang sufi berhasil melampaui tahap dzauq. Kasyf merupakan salah satu jenis pengetahuan langsung, yang dengan itu pengetahuan tentang Hakikat diungkapkan pada hati seorang sufi dan kekasih yang mencintai Allah.


Al Imam Ali Zainal Abidin RA



Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (semoga
Allah meridhoi mereka semua), dijuluki dengan julukan Abal Hasan atau
Abal Husain. Beliau juga dijuluki dengan As-Sajjad (orang yang ahli
sujud). 

Al-Imam Ali Zainal Abidin adalah seorang yang ahli ibadah dan panutan penghambaan dan ketaatan 
kepada Allah. Beliau meninggalkan segala sesuatu kecuali Tuhannya dan berpaling 
dari yang selain-Nya, serta yang selalu menghadap-Nya. Hati dan anggota tubuhnya 
diliputi ketenangan karena ketinggian makrifahnya kepada Allah, rasa hormatnya 
dan rasa takutnya kepada-Nya. Itulah sifat-sifat beliau, Al-Imam Ali Zainal 
Abidin.

Beliau dilahirkan di kota Madinah pada tahun 33 H, atau dalam riwayat lain 
ada yang mengatakan 38 H. Beliau adalah termasuk generasi tabi’in. Beliau juga 
seorang imam agung. Beliau banyak meriwayatkan hadits dari ayahnya (Al-Imam 
Husain), pamannya Al-Imam Hasan, Jabir, Ibnu Abbas, Al-Musawwir bin Makhromah, 
Abu Hurairah, Shofiyyah, Aisyah, Ummu Kultsum, serta para ummahatul mukminin/isteri-isteri 
Nabi SAW (semoga Allah meridhoi mereka semua). Beliau, Al-Imam Ali Zainal Abidin, 
mewarisi sifat-sifat ayahnya (semoga Allah meridhoi keduanya) di didalam ilmu, 
zuhud dan ibadah, serta mengumpulkan keagungan sifatnya pada dirinya di dalam 
setiap sesuatu. 

Berkata Yahya Al-Anshari, “Dia (Al-Imam Ali) adalah paling mulianya Bani 
Hasyim yang pernah saya lihat.” Berkata Zuhri, “Saya tidak pernah menjumpai di 
kota Madinah orang yang lebih mulia dari beliau.” Hammad berkata, “Beliau adalah 
paling mulianya Bani Hasyim yang saya jumpai terakhir di kota Madinah.” Abubakar 
bin Abi Syaibah berkata, “Sanad yang paling dapat dipercaya adalah yang berasal 
dari Az-Zuhri dari Ali dari Al-Husain dari ayahnya dari Ali bin Abi Thalib.” 

Kelahiran beliau dan Az-Zuhri terjadi pada hari yang sama. Sebelum 
kelahirannya, Nabi SAW sudah menyebutkannya. Beliau shalat 1000 rakaat setiap 
hari dan malamnya. Beliau jika berwudhu, pucat wajahnya. Ketika ditanya kenapa 
demikian, beliau menjawab, “Tahukah engkau kepada siapa aku akan menghadap?.” 
Beliau tidak suka seseorang membantunya untuk mengucurkan air ketika berwudhu. 
Beliau tidak pernah meninggalkan qiyamul lail, baik dalam keadaan di rumah 
ataupun bepergian. Beliau memuji Abubakar, Umar dan Utsman (semoga Allah 
meridhoi mereka semua). Ketika berhaji dan terdengar kalimat, “Labbaikallah…,” 
beliau pingsan. 

Suatu saat ketika Al-Imam Ali Zainal Abidin baru saja keluar dari masjid, seorang laki-laki 
menemuinya dan mencacinya dengan sedemikian kerasnya. Spontan orang-orang di 
sekitarnya, baik budak-budak dan tuan-tuannya, bersegera ingin menghakimi orang 
tersebut, akan tetapi beliau mencegahnya. Beliau hanya berkata, “Tunggulah 
sebentar orang laki-laki ini.” Sesudah itu beliau menghampirinya dan berkata 
kepadanya, “Apa yang engkau tidak ketahui dari diriku lebih banyak lagi. Apakah 
engkau butuh sesuatu sehingga saya dapat membantumu?.” Orang laki-laki itu 
merasa malu. Beliau lalu memberinya 1000 dirham. Maka berkata laki-laki itu, “Saya 
bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar cucu Rasulullah.” 

Al-Imam Ali Zainal Abidin berkata, “Kami ini ahlul bait, jika sudah memberi, pantang untuk 
menginginkan balasannya.” Beliau sempat hidup bersama kakeknya, Al-Imam Ali bin 
Abi Thalib, selama 2 tahun, bersama pamannya, Al-Imam Hasan, 10 tahun, dan 
bersama ayahnya, Al-Imam Husain, 11 tahun (semoga Allah meridhoi mereka semua). 

Al-Imam Ali Zainal Abidin setiap malamnya memanggul sendiri sekarung makanan diatas punggungnya 
dan menyedekahkan kepada para fakir miskin di kota Madinah. Beliau berkata, “Sesungguhnya 
sedekah yang sembunyi-sembunyi itu dapat memadamkan murka Tuhan.” Muhammad bin 
Ishaq berkata, “Sebagian dari orang-orang Madinah, mereka hidup tanpa mengetahui 
dari mana asalnya penghidupan mereka. Pada saat Ali bin Al-Husain wafat, mereka 
tak lagi mendapatkan penghidupan itu.”

Al-Imam Ali Zainal Abidin jika meminjamkan uang, tak pernah meminta kembali uangnya. Beliau 
jika meminjamkan pakaian, tak pernah meminta kembali pakaiannya. Beliau jika 
sudah berjanji, tak mau makan dan minum, sampai beliau dapat memenuhi janjinya. 
Ketika beliau berhaji atau berperang mengendarai tunggangannya, beliau tak 
pernah memukul tunggangannya itu. Manaqib dan keutamaan-keutamaan beliau tak 
dapat dihitung, selalu dikenal dan dikenang, hanya saja kami meringkasnya disini. 

Al-Imam Ali Zainal Abidin wafat di kota Madinah pada tanggal 18 Muharrom 94 H, dan 
disemayamkan di pekuburan Baqi’, dekat makam dari pamannya, Al-Imam Hasan, yang 
disemayamkan di qubah Al-Abbas. Beliau wafat dengan meninggalkan 11 orang putra 
dan 4 orang putri. Adapun warisan yang ditinggalkannya kepada mereka adalah ilmu, 
kezuhudan dan ibadah.