CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

29 Okt 2014

Kisah Kyai Sholeh Darat dan RA Kartini




Seusai salah satu pengajian Tafsir al-Fatihah yang disampaikan Kyai Sholeh Darat yang dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Demak, seorang gadis usia belasan memberanikan diri menemui sang Kyai. Ia adalah putri Bupati Jepara, salah seorang wanita yang kini menjadi salah satu Pahlawan Nasional karena dianggap telah berjasa memperdayakan perempuan, hingga namanya kini menjadi ikon perjuangan emansipasi wanita di negeri ini. Dialah Ibu Kita Kartini.

“Romo Guru yang mulia!” Kartini membuka maksud. “Selama hidup saya, barulah kali ini ananda sempat mengerti makna surat al-Fatihah, induk al-Qur’an itu. Begitu besar rasa syukur ananda kepada Allah Swt. Namun sayang Romo Guru, ananda tak habis pikir, mengapa selama ini kita belum menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa Jawa? Bukankah al-Qur’an merupakan petunjuk bagi segenap manusia?”
Kartini menarik nafas dalam-dalam. Suasana sunyi. Kyai Sholeh Darat tersenyum mendengar pertanyaan gadis yang terkenal kritis itu. 

“Teruskan anakku!”. Pancing Kyai Sholeh.
“Jadi, hemat saya, orang-orang Jawa seperti saya perlu mengerti dan memahami isi kitab suci itu, terutama melalui jalan Eyang Romo Guru terangkan dalam pengajian tadi. Apalagi Ramanda saya ikut bersyukur atas minat Amanda mendalami al-Qur’an. “
“Baiklah! Apakah ada pertanyaan lagi, wahai anakku?”. Kyai Sholeh masih menangkap gurat kegelisahan pada wajah Kartini.

“Begini Romo Guru. Khusus tentang penerjemahan dan penafsiran al-Qur’an dalam bahasa Jawa itu, apakah ada syarat-syarat bagi orang yang dianggap cukup sebagai ahli di bidang tersebut?”.

“Sungguh, anakku Kartini!. Tidak sedikit bilangannya. Syarat-syaratnya sungguh berat. Antara lain, orangnya harus menguasai Bahasa Arab yang khas dengan al-Qur’an lengkap dengan nahwu, sharaf, badi’, ma’ani, bayan, balaghah, isti’arah, lengkap dengan keilmuan lainnya”. Terang Kyai Sholeh Darat sambil tersenyum.
“Tapi Romo Guru sudah ahli dan menguasai ilmu-ilmu itu? Maka sekarang ananda mohon sudi kiranya Romo Guru berkenan segera menulis untuk bangsa kita pada umumnya berupa kitab terjemah dan tafsir al-Qur’an dalam Bahasa Jawa. Sebab hal itu akan menjadikan mereka memahami bisikan suci dari kitab tuntunan hidup mereka. Dan Romo Guru akan besar sekali jasanya”.
Mendengar permintaan Kartini, raut wajah Kyai yang berseri itu, seketika tumpah air mata, menangis haru mendengar permintaan gadis aristocrat itu.

Bermula dari dialog di Pendopo Kabupaten Demak itu, setahun berikutnya kitab yang diidam-idamkan Kartini terbit. Judulnya “Faidhurrahman fi Tafsir al-Qur’an”. Kitab karya Kyai Sholeh Darat ini berukuran folio, dicetak pertama kali di Singapura pada tahun 1894. Terdiri dari dua jilid. Kitab ini menjadi referensi pribumi Jawa yang bermukim di tanah Melayu. Bahkan kaum muslimin di Pattani, Tailand selatan juga memakai kitab ini. Ditulis dengan huruf Arab Pegon, kitab tersebut dihadiahkan kepada RA Kartini sebagai kado pernikahannya dengan RM Joyodiningrat yang menjabat sebagai Bupati Rembang.

Kyai Sholeh Darat wafat pada tanggal 28 Ramadlan 1321 H/18 Desember 1903 M. dimakamkan di komplek pemakaman umum Bergota Semarang.

Kisah ini adalah shahih, dinukil oleh Prof. KH. Musa Al-Machfud Yogyakarta, dari Kyai Muhammad Demak, menantu sekaligus staf ahli Kyai Sholeh.

Sumber: Majalah Bulanan AULA Edisi April 2012 hlm. 21 

Makam dirusak, Jasad Sahabat Nabi Zuhair bin Qois RA, tetap Utuh!!



Ini adalah foto Jasad sahabat Zuhair bin Qois RA. yang tetap utuh yang sudah lebih dari 1.400 tahun tertanam di bumi, setelah dibom oleh orang-orang Wahabi di Libya.

Sumber: Majalah Cahaya Nabawy edisi 109

Kisah Habib Luthfi Bin Yahya, Ditantang 10 Dukun Sakti



Pernah suatu ketika, sekitar 10 dukun mendatangi Habib Luthfi Yahya untuk ditantang keilmuannya. Habib Luthfi dengan tegas menolak tantangan tersebut. Beliau balik bertanya: “Untuk apa dan atas dasar apa kamu menantang saya?”

Salah satu dari 10 dukun itu menjawab: “Kami ingin tahu apa kelebihanmu, kok murid-muridmu banyak bahkan ada di mana-mana. Dan apa benar Habib ini wali Allah, kok sampai-sampai banyak yang menyukai dan mencintaimu.”

Habib Luthfi hanya tersenyum mendengar penuturan si dukun itu. Kemudian 10 dukun tersebut mulai komat-kamit tak jelas dan mengambil satu ‘keris legenda’, kata si dukun, lalu diletakkan persis di depan Habib Luthfi. Lantas dukun itu berkata: “Ambillah jika Habib mampu!”

Habib Luthfi pun hanya tersenyum sembari berjalan mengambil sapu lantai dan disapunya keris itu dengan mudahnya tanpa membuang-buang tenaga. Kagetlah 10 dukun itu, gumam mereka: “Kok bisa ya hanya dengan menyapu saja, padahal sudah saya buktikan tidak ada seorang pun yang dapat mengambil keris itu.”

Kemudian Habib Luthfi bin Yahya mencabut bulu rambut yang ada di kepalanya dan meletakkannya persis di depan 10 dukun itu. Beramai-ramailah dukun itu dengan sekuat tenaga mengambil satu helai bulu rambut Habib Luthfi. Tapi apa hendak dikata, tak seorang pun dari mereka yang dapat mengambil bulu rambut itu. Akhirnya 10 dukun itu segera meminta maaf kepada Habib Luthfi dan bahkan bersedia menjadi murid Habib Luthfi sampai saat ini. 

(Diolah dari Pengky Sutarto, yang diceritakan langsung dari abdi dalem).

Kisah Habib Umar bin Hafidz, Sengketa Tanah



Pernah ada seseorang yang mengaku-aku sebagai pemilik tanahnya al-Habib Umar bin Hafidz. Ia mengatakan bahwa tanah itu adalah miliknya. Maka keesokan harinya Habib Salim, putera Habib Umar, mendatangi orang tersebut dan menjelaskan panjang lebar bahwa tanah itu bukan miliknya tapi milik Habib Umar. Surat-surat resminya pun ada di tangan Habib Umar.

Namun orang tersebut tidak bergeming, tetap ngotot mengakui tanah itu adalah miliknya. Akhirnya dengan terpaksa Habib Salim mendatangi sang ayah, Habib Umar bin Hafidz, seraya menjelaskan semuanya. “Abah, si fulan mengaku-aku tanah kita yang ada di daerah sana adalah miliknya,” tutur sang anak.

Habib Umar malah menanggapi perkataan anaknya itu dengan senyuman, lalu berkata: “Kalau begitu kita ikhlaskan saja tanah itu untuk dia.”

Sang anak menjadi terheran-heran, barangkali ada yang salah didengar ia mencoba memastikan: “Tapi, bukankah surat-surat resmi tanah itu ada di tangan kita?

Habib Umar kemudian menjawab: “Salim... kita tidak akan berseteru dengan saudara Muslim kita hanya karena urusan duniawi. Kita tidak akan pernah memperebutkan dunia dengan siapapun. Seandainya dia juga mengakui rumah kita ini, kita akan ikhlaskan rumah ini untuknya. Kita masih bisa tidur di mobil kita.”

(Diolah dari tulisan Ahmad Afif Tawes, santri Indonesia di Yaman, yang mendengar langsung dari penuturan al-Habib Salim bin Umar bin Hafidz sewaktu mengadakan “ijtima’ khusus” dengan jamaah haji tahun ini).

Kisah Habib Hasan Asy Syathiri, Jangan Marahi, Tapi Rahmati



Habib Hasan bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri adalah Pengasuh Rubath Tarim yang sangat terkenal dan dihormati di kota Tarim, Hadhramaut. Suatu ketika, beliau berkunjung ke Singapura dan menginap di salah satu hotel. Ketika murid beliau sedang mengurus check-in, beliau duduk di salah satu sofa yang ada di lobby hotel.

Tiba-tiba duduk di hadapan beliau sepasang kekasih bule. Mereka tak henti-hentinya berciuman dan berpelukan di hadapan sang Habib. Habib Hasan hanya menunduk. Rata-rata orang Hadhramaut tak biasa memandang perempuan yang bukan muhrimnya, apalagi dalam adegan mesra.

Setelah urusan check-in selesai, Habib Hasan dipersilakan oleh murid-muridnya untuk memasuki lift yang akan membawa ke lantai kamar. Tak disangka, kedua kekasih itu ikut masuk ke dalam lift dan meneruskan percumbuannya. Murid-murid Habib Hasan marah dan bermaksud menegur sepasang kekasih tadi karena berbuat yang tidak senonoh di hadapan seorang ulama besar.

Namun Habib Hasan justru melarang murid-muridnya untuk menegur mereka. Beliau tetap menunduk dan kemudian membaca doa. Doa beliau sebagaimana yang masyhur dari Imam Abu Hanifah: "Allahumma kama farihtahuma fiddunya, fafarrihhuma fil akhirat." (Ya Allah, seperti Engkau beri kebahagiaan pada mereka berdua (sepasang kekasih itu) di dunia, bahagiakanlah mereka di akhirat).

Begitulah akhlaq ulama-ulama besar kita. Mereka tidak reaktif dan membabi buta. Rasa kasih sayang didahulukan dari kemarahan. Keinginan Habib Hasan adalah agar keduanya berbahagia di akhirat kelak, seperti kebahagiaan mereka bercumbu dan bercinta di dunia. 

(Sumber cerita: Habib Ismail Fajrie Alatas)

18 Okt 2014

Satu Hati Satu Cinta Gus Dur



Disamping presiden yang hebat, terdapat ibu negara yang hebat pula. Bung Karno berada di kekuatan puncaknya saat beristri Ibu Inggit Garnasih. Sebaliknya, ketika beristri seorang geisha asli Jepang, Bung Karno menjadi lupa diri dan mudah sekali marah.

Pak Harto pun demikian. Pak Harto mulai terlihat sangat "kasar" dalam upaya-upaya mempertahankan kekuasaan, ketika Ibu Tien sudah meninggal. Bagi kalangan yang tidak paham ilmu psikologi, biasanya hanya akan mengkaitkan lengsernya Pak Harto dengan peristiwa meninggalnya Ibu Tien dari kacamata mistik, misalnya tusuk konde.

Terkait dunia spiritual mempengaruhi dunia kasat mata, ada teman yang berkelakar, "Saya baru percaya hal-hal seperti itu, kalau ada gelandangan kolong jembatan bisa menikahi artis Dian Sastro Wardoyo, hanya berbekal ilmu pelet!"

Istri itu luar biasa penting bagi seorang laki-laki. Sehebat-hebatnya Bung Karno dan sedingin-dinginnya Pak Harto, pengaruh istri tetaplah sangat signifikan. Tak terkecuali bagi Gus Dur.

Bagi Gus Dur, Ibu Shinta adalah segalanya. Yang terkasih, yang tersayang, dan yang tercinta... Shinta Nuriyah adalah kesejatian bagi seorang Abdurrahman Wahid. Satu-satunya wanita sejati di dalam hati beliau.
Secara kuantitas, Gus Dur kalah jauh dari Bung Karno dan Pak Harto. Gus Dur tidak sampai 2 tahun menjabat. Tapi, secara kualitas, Gus Dur melebihi keduanya, bahkan seluruh presiden di dunia. Tidak ada presiden yang dilengserkan di tengah jalan tanpa menimbulkan korban jiwa, selain Gus Dur.

Satu kematian pun tidak. Tidak ada rakyat yang tewas saat Gus Dur dijatuhkan secara paksa. Silakan Anda sekalian cek sendiri buku-buku sejarah dunia. Tidak ada presiden manapun di dunia ini yang dijatuhkan di tengah jalan tanpa ada pertumpahan darah, kecuali beliau.

"Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian," kata Gus Dur pada waktu itu. Gus Dur berbuat demikian, karena beliau mencintai Indonesia. Pasalnya, pada suasana genting tersebut, lebih dari dua juta pasukan santri siap membumi-hanguskan Ibokota Jakarta.

Seperti kesaksian Gus Mus, di tiap-tiap kantong NU, ada puluhan ribu santri siap membela Gus Dur. Padahal, seperti kita tahu kantong NU bukan hanya Jawa Timur, dan itu artinya Ibukota Jakarta mustahil bisa bertahan. Harap diingat satu-satunya daerah yang tidak bisa dihancurkan koalisi tentara Sekutu zaman dahulu adalah kota Surabaya.

Lantas, apa hubungannya? Kota Surabaya menjadi satu-satunya daerah yang tidak bisa dikuasai koalisi militer negara-negara pemenang Perang Dunia II adalah karena kota itu dilindungi laskar santri NU. Mbah Hasyim Asy'ari (kakeknya Gus Dur) sendiri yang turun tangan. Maka dari itu, meski digempur berminggu-minggu, kota Surabaya tidak pernah menyatakan "menyerah" ke pihak Sekutu.

Berbeda dengan kekuatan Jakarta. Digempur beberapa hari saja, Jakarta sudah jatuh. Hingga membuat Bung Karno dan Bung Hatta mengungsi ke Yogyakarta, pagi-pagi buta naik kereta api. Bisa dibayangkan bila Gus Dur mengizinkan para santri menyerbu Jakarta?

Inggris bisa dilinggis, Amerika bisa disetrika, apalagi cuma untuk menguasai Ibukota Jakarta. Mudah sekali bagi Gus Dur untuk mempertahankan diri. Tapi, bagi beliau, bangsa Indonesia lebih penting daripada kursi kepresidenan. Ada keluarga yang menanti para tentara Indonesia pulang kerja.

Beliau tidak tega ribuan keluarga nantinya menangis kehilangan hanya karena urusan politik. Mbah Yai Abdurrahman Wahid masih memikirkan keluarga para tentara, meski moncong tank-tank militer Indonesia mengarah ke istana kepresidenan. Mbah Yai Abdurrahman Wahid juga tidak rela jutaan santri sampai meninggal hanya karena dirinya. Janganlah kita tanya sebesar apa cinta beliau pada NU.

Gus Dur memilih lebih baik hancur sendirian daripada harus melihat perang saudara. Jangankan melihat para santrinya gugur, melihat para tentara yang mengepungnya terluka saja tidak tega. Semua bagi Gus Dur adalah sama; rakyat.

Karena beliau adalah presiden rakyat,
beliaupun rela "mempermalukan" dirinya sendiri demi rakyat. Sengaja pakai baju tidur dan celana pendek, beliau keluar dari istana. Menyapa para pendukungnya. Suasana yang sudah sangat panas mendadak cair. Semua santri dan tentara yang sudah saling berhadapan siap perang mendadak tertawa bersama.
Sebuah hal yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang presiden yang mementingkan pencitraan. Meski disaksikan banyak orang dan diliput media massa dari seluruh dunia, Gus Dur tidak peduli.

Dulu Pak Harto memang menang perang tanding atas Bung Karno, tapi efeknya ada jutaan rakyat Indonesia tewas terbunuh. Semua presiden lain di seluruh dunia yang lengser di tengah jalan pun demikian. Pasti di atas banjir darah.

Tetapi, fenomena itu pernah tidak terjadi satu kali, dan hanya terjadi di Indonesia. Gus Dur pilih mengalah, agar tidak ada satu pun rakyat Indonesia yang tewas. Diiringi shalawatan dan istri tercinta, Sultan Abdurrahman Wahid rela diusir dari istananya sendiri.

Ciri-ciri seorang ksatria sejati adalah tidak mau menang jikalau kemenangan perang tersebut bisa berakibat kehancuran-kehancuran. KH. Abdurrahman Wahid adalah orang yang agung. Seorang zahid. Dunia tidak dicintainya, apalagi sampai dikejar-kejar.

Para pembaca sekalian, kondisi Indonesia sehancur sekarang adalah karena banyak sekali orang sangat keduniawian. Uang tidak dimasukkan ke dompet, tapi dimasukkan ke hati. Uang tidak terletak di genggaman tangan, tapi ditaruh di atas kepala.

Uang tidak dijadikan alat mempertahankan hidup, tapi sudah dijadikan tujuan hidup dan kehormatan diri. Banyak orang ingin jadi seorang pemimpin adalah karena ingin menumpuk kekayaan lebih banyak. Dengan menjadi seorang pejabat, diharapkan bisnis perusahaannya semakin berkembang. Hal itulah alasan kenapa Indonesia tidak kunjung membaik.

Satu-satunya hal di dunia ini yang pernah dikejar Gus Dur adalah Ibu Shinta Nuriyah. Meski jalan cinta tersebut berat, Gus Dur tidak gentar. Beliau tetap berjuang. Hingga sepucuk surat dari Ibu Shinta berisi balasan cinta tiba.

Pernah suatu ketika Gus Dur muda akan dijodohkan oleh seorang kiyai yang dihormatinya dengan santriwati lain, beliau pilih melarikan diri. Pura-pura pamit ke dapur, lalu memanjat jendela, dan melompat keluar. Sebab hati beliau ada satu, dan hanya untuk mencintai Ibu Shinta. Sebab jantung beliau ada satu, dan hanya bisa ditulisi sebuah nama; Shinta Nuriyah.

Di samping presiden yang hebat, ada ibu negara yang hebat pula. Sangat wajar Gus Dur mampu mengungguli semua presiden di dunia ini, karena disamping beliau ada sesosok wanita keibuan yang memiliki ketulusan hati.
Lahul_fatihah...
---------------------------------------
Muslimedianews ~ 
Di akhir tahun 1998 Gus Dur rawuh (datang) di Wonoi orang Wonosobo. Saat itu sedang ramainya era reformasi, beberapa bulan setelah Pak Harto jatuh. Dan ini terjadi beberapa bulan sebelum Gus Dur menjadi orang nomer satu di Negeri ini. Beliau masih menjabat sebagai Ketua PBNU.
Bertempat di Gedung PCNU Wonosobo, Gus Dur mengadakan pertemuan dengan pengurus NU dari Wonosobo, Banjarnegara, Pubalingga, Kebumen, Temanggung dan Magelang.Tentu saja semua kiai ingin tahu pendapat Gus Dur tentang situasi politik terbaru. Penulis hadir di situ walaupun bukan kiai, dan duduk persis di depan Gus Dur. Penulis lah yang menuntun Gus Dur menaiki Lantai 2 PCNU Wonosobo.
“Pripun Gus situasi politik terbaru?” tanya seorang kiai.
“Orde Baru tumbang, tapi Negeri ini sakit keras.” kata Gus Dur.
“Kok bisa Gus?”

“Ya bisa, wong yang menumbangkan Orde Baru pakainya emosi dan ambisi tanpa perencanaan yang jelas. Setelah tumbang mereka bingung mau apa, sehingga arah reformasi gak genah. Bahkan Negeri ini di ambang kehancuran, di ambang perang saudara. Arah politik Negeri ini sedang menggiring Negeri ini ke pinggir jurang kehancuran dan separatisme. Lihat saja, baru berapa bulan Orde Reformasi berjalan, kita sudah kehilangan propinsi ke-27 kita, yaitu Timor Timur.” kata Gus Dur.

Kiai tersebut sebagaimana biasa, kalau belum mulai bicara. Pak Habibi, kita semua akan merasa kasihan dengan sikap Gus Dur yang datar dan seperti capek sekali dan seperti aras-arasen bicara. Tapi kalau sudah mulai, luar biasa memikat dan ruangan jadi sepi kayak kuburan, tak ada bunyi apapun selain pangendikan Gus Dur.

Seorang kiai penasaran dengan calon presiden devinitif pengganti Pak Habibi yang hanya menjabat sementara sampai sidang MPR. Ia bertanya: “Gus, terus siapa yang paling pas jadi Presiden nanti Gus?”
“Ya saya, hehehe…” kata Gus Dur datar.

Semua orang kaget dan menyangka Gus Dur guyon seperti biasanya yang memang suka guyon.
“Yang bisa jadi presiden di masa seperti ini ya hanya saya kalau Indonesia gak pingin hancur. Dan saya sudah dikabari kalau-kalau saya mau jadi presidan walau sebentar hehehe...” kata Gus Dur mantab.
“Siapa yang ngabari dan yang nyuruh Gus?” tanya seorang kiai.
“Gak usah tahu. Orang NU tugasnya yakin saja bahwa nanti presidennya pasti dari NU,” kata Gus Dur masih datar seperti guyon.

Orang yang hadir di ruangan itu bingung antara yakin dan tidak yakin mengingat kondisi fisik Gus Dur yang demikian. Ditambah lagi masih ada stok orang yang secara fisik lebih sehat dan berambisi jadi presiden, yaitu Amin Rais dan Megawati. Tapi tidak ada yang berani mengejar pertanyaan tentang presiden RI.
Kemudian Gus Dur menyambung: “Indonesia dalam masa menuju kehancuran. Separatisme sangat membahayakan. Bukan separatismenya yang membahayakan, tapi yang memback up di belakangnya. Negara-negara Barat ingin Indonesia hancur menjadi Indonesia Serikat, maka mereka melatih para pemberontak, membiayai untuk kemudian meminta merdeka seperti Timor Timur yang dimotori Australia.”
Sejenak sang Kiai tertegun. Dan sambil membenarkan letak kacamatanya ia melanjutkan: “Tidak ada orang kita yang sadar bahaya ini. Mereka hanya pada ingin menguasai Negeri ini saja tanpa perduli apakah Negeri ini cerai-berai atau tidak. Maka saya harus jadi presiden, agar bisa memutus mata rantai konspirasi pecah-belah Indonesia. Saya tahu betul mata rantai konspirasi itu. RMS dibantu berapa Negara, Irian Barat siapa yang back up, GAM siapa yang ngojok-ojoki, dan saya dengar beberapa propinsi sudah siap mengajukan memorandum. Ini sangat berbahaya.”

Kemudiaan ia menarik nafas panjang dan melanjutkan: “Saya mau jadi presiden. Tetapi peran saya bukan sebagai pemadam api. Saya akan jadi pencegah kebakaran dan bukan pemadam kebakaran. Kalau saya jadi pemadam setelah api membakar Negeri ini, maka pasti sudah banyak korban. Akan makin sulit. Tapi kalau jadi pencegah kebakaran, hampir pasti gak akan ada orang yang menghargainya. Maka, mungkin kalaupun jadi presiden saya gak akan lama, karena mereka akan salah memahami langakah saya.”

Seakan mengerti raut wajah bingung para kiai yang menyimak, Gus Dur pun kembali selorohkan pemikirannya. “Jelasnya begini, tak kasih gambaran,” kata Gus Dur menegaskan setelah melihat semua hadirin tidak mudeng dan agak bingung dengan tamsil Gus Dur.

“Begini, suara langit mengatakan bahwa sebuah rumah akan terbakar. Ada dua pilihan, kalau mau jadi pahlawan maka biarkan rumah ini terbakar dulu lalu datang membawa pemadam. Maka semua orang akan menganggap kita pahlawan. Tapi sayang sudah terlanjur gosong dan mungkin banyak yang mati, juga rumahnya sudah jadi jelek. Kita jadi pahlawan pemyelamat yang dielu-elukan.”

Kemudian lanjutnya: “Kedua, preventif. Suara langit sama, rumah itu mau terbakar. Penyebabnya tentu saja api. Ndilalah jam sekian akan ada orang naruh jerigen bensin di sebuah tempat. Ndilalah angin membawa sampah dan ranggas ke tempat itu. Ndilallah pada jam tertentu akan ada orang lewat situ. Ndilalah dia rokoknya habis pas dekat rumah itu. Ndilalalah dia tangan kanannya yang lega. Terus membuang puntung rokok ke arah kanan dimana ada tumpukan sampah kering.”

Lalu ia sedikit memajukan duduknya, sambil menukas: “Lalu ceritanya kalau dirangkai jadi begini; ada orang lewat dekat rumah, lalu membuang puntung rokok, puntung rokok kena angin sehingga menyalakan sampah kering, api di sampah kering membesar lalu menyambar jerigen bensin yang baru tadi ditaruh di situ dan terbakarlah rumah itu.”

“Suara langit ini hampir bisa dibilang pasti, tapi semua ada sebab-musabab. Kalau sebab di cegah maka musabab tidak akan terjadi. Kalau seseorang melihat rumah terbakar lalu ambil ember dan air lalu disiram sehingga tidak meluas maka dia akan jadi pahlawan. Tapi kalau seorang yang waskito, yang tahu akan sebab-musabab, dia akan menghadang orang yang mau menaruh jerigen bensin, atau menghadang orang yang merokok agar tidak lewat situ, atau gak buang puntung rokok di situ sehingga sababun kebakaran tidak terjadi.”

Sejenak semua jamaah mangguk-mangguk. Kemudian Gus Dur melanjutkan: “Tapi nanti yang terjadi adalah, orang yang membawa jerigen akan marah ketika kita cegah dia naruh jerigen bensin di situ: “Apa urusan kamu, ini rumahku, bebas dong aku naruh di mana?” Pasti itu yang akan dikatakan orang itu.”

“Lalu misal ia memilih menghadang orang yang mau buang puntung rokok agar gak usah lewat situ, Kita bilang: “Mas, tolong jangan lewat sini dan jangan merokok. Karena nanti Panjenengan akan menjadi penyebab kebakaran rumah itu.” Apa kata dia: “Dasar orang gila, apa hubungannya aku merokok dengan rumah terbakar? Lagian mana rumah terbakar?! Ada-ada saja orang gila ini. Minggir! saya mau lewat.”

Kini makin jelas arah pembicaraannya dan semua yang hadir makin khusyuk menyimak. “Nah, ini peran yang harus diambil NU saat ini. Suara langit sudah jelas, Negeri ini atau rumah ini akan terbakar dan harus dicegah penyebabnya. Tapi resikonya kita tidak akan popular, tapi rumah itu selamat. Tak ada selain NU yang berpikir ke sana. Mereka lebih memilih: “Biar saja rumah terbakar asal aku jadi penguasanya, biar rumah besar itu tinggal sedikit asal nanti aku jadi pahlawan maka masyarakat akan memilihku jadi presiden.”

“Poro Kiai ingkang kinormatan.” kata Gus Dur kemudian. “Kita yang akan jadi presiden, itu kata suara langit. Kita gak usah mikir bagaimana caranya. Percaya saja, titik. Dan tugas kita adalah mencegah orang buang puntung rokok dan mencegah orang yang kan menaruh bensin. Padahal itu banyak sekali dan ada di banyak negara. Dan pekerjaan itu secara dzahir sangat tidak popular, seperti ndingini kerso. Tapi harus kita ambil. Waktu yang singkat dalam masa itu nanti, kita gak akan ngurusi dalam Negeri.”

“Kita harus memutus mata rantai pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka di Swiss, kita harus temui Hasan Tiro. Tak cukup Hasan Tiro, presiden dan pimpinan-pimpinan negara yang simpati padanya harus didekati. Butuh waktu lama,” lanjut Gus Dur.

“Belum lagi separatis RMS (Republik Maluku Sarani) yang bermarkas di Belanda, harus ada loby ke negara itu agar tak mendukung RMS. Juga negara lain yang punya kepentingan di Maluku,” kata Gus Dur kemudian.

“Juga separatis Irian Barat Papua Merdeka, yang saya tahu binaan Amerika. Saya tahu anggota senat yang jadi penyokong Papua Merdeka, mereka membiayai gerakan separatis itu. Asal tahu saja, yang menyerang warga Amerika dan Australia di sana adalah desain mereka sendiri.”

Kemudian Gus Dur menarik nafas berat, sebelum melanjutkan perkataan berikutnya. “Ini yang paling sulit, karena pusatnya di Israel. Maka, selain Amerika saya harus masuk Israel juga. Padahal waktu saya sangat singkat. Jadi mohon para kiai dan santri banyak istighatsah nanti agar tugas kita ini bisa tercapai. Jangan tangisi apapun yang terjadi nanti, karena kita memilih jadi pencegah yang tidak populer. Yang dalam Negeri akan diantemi sana-sini.”

Sekonyong beliau berdiri, lalu menegaskan perkataan terakhirnya: “NKRI bagi NU adalah Harga Mati!”
“Saya harus pamit karena saya ditunggu pertemuan dengan para pendeta di Jakarta, untuk membicarakan masa depan negara ini. Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...” tutup Gus Dur.

Tanpa memperpanjang dialog, Gus Dur langsung pamit. Kita bubar dengan benak yang campur-aduk, antara percaya dan tidak percaya dengan visi Gus Dur. Antara realitas dan idealitas, bahwa Gus Dur dengan sangat tegas di hadapan banyak kiai bahwa dialah yang akan jadi presiden. Terngiang-ngiang di telinga kami dengan seribu tanda tanya.

Menghitung peta politik, rasanya gak mungkin. Yang terkuat saat itu adalah PDIP yang punya calon mencorong Megawati putri presiden pertama RI yang menemukan momentnya. Kedua, masih ada Partai Golkar yang juga Akbar Tanjung siap jadi presiden. Di kelompok Islam modern ada Amien Rais yang juga layak jadi presiden, dan dia dianggap sebagian orang sebagai pelopor Reformasi.

Maka kami hanya berpikir bahwa, rasional gak rasional, percoyo gak percoyo ya percoyo aja apa yang disampaikan Gus Dur tadi. Juga tentang tamsil rumah tebakar tadi. Sebagian besar hadirin agak bingung walau mantuk-mantuk karena gak melihat korelasinya NU dengan jaringan luar negeri.

Sekitar 3 bulan kemudian, Subhanallah… safari ke luar ternyata Gus Dur benar-benar jadi Presiden. Dan Gus Dur juga benar-benar bersafari ke luar negeri seakan maniak plesiran. Semua negara yang disebutkan di PCNU Wonosobo itu benar-benar dikunjungi. Dan reaksi dalam negeri juga persis dugaan Gus Dur saat itu bahwa Gus Dur dianggap foya-foya, menghamburkan duit negara untuk plesiran. Yang dalam jangka waktu beberapa bulan sampai 170 kali lawatan. Luar biasa dengan fisik yang (maaf) begitu, demi untuk sebuah keutuhan NKRI.

Pernah suatu ketika Gus Dur lawatan ke Paris (kalau kami tahu maksudnya kenapa ke Paris). Dalam negeri, para pengamat politik dan politikus mengatakan kalau Gus Dur memakai aji mumpung. Mumpung jadi presiden pelesiran menikmati tempat-tempat indah dunia dengan fasilitas negara.

Apa jawab Gus Dur: “Biar saja, wong namanya wong ora mudeng atau ora seneng. Bagaimana bisa dibilang plesiran wong di Paris dan di Jakarta sama saja, gelap gak lihat apa-apa, koq dibilang plesiran. Biar saja, gitu aja koq repot!”

Masih sangat teringat bahwa pengamat politik yang paling miring mengomentrai lawatan Gus Dur sampai masa Gus Dur lengser adalah Alfian Andi Malarangeng, Menpora yang sekarang kena kasus. Tentu warga NU gak akan lupa sakit hatinya mendengar ulasan dia. Sekarang terimalah balasan dari Tuhan.

Satu-satunya pengamat politik yang fair melihat sikap Gus Dur, ini sekaligus sebagai apresiasi kami warga NU, adalah Hermawan Sulistyo, atau sering dipanggil Mas Kiki. terimakasih Mas Kiki.

Kembali ke topik. Ternyata orang yang paling mengenal sepak terjang Gus Dur adalah justru dari luar Islam sendiri. Kristen, Tionghoa, Hindu, Budha dll. mereka tahu apa yang akan dilakukan Gus Dur untuk NKRI ini. Negeri ini tetap utuh minus Timor Timur karena jasa Gus Dur. Beliau tanpa memikirkan kesehatan diri, tanpa memikirkan popularitas, berkejaran dengan sang waktu untuk mencegah kebakaran rumah besar Indonesia.

Dengan resiko dimusuhi dalam negeri, dihujat oleh separatis Islam dan golongan Islam lainnya, Gus Dur tidak perduli apapun demi NKRI tetap utuh. Diturunkan dari kursi presiden juga gak masalah bagi beliau walau dengan tuduhan yang dibuat-buat. Silakan dikroscek data ini. Lihat kembali keadaan beberapa tahun silam era reformasi baru berjalan, beliau sama sekali gak butuh gelar “Pahlawan”. Karena bagi seluruh warga NU “Beliau adalah Pahlawan yang sesungguhnya.”

Disadur dan diedit ulang dari tulisan Gus Theler Cuek 

15 Okt 2014

Kisah Amplop Mbah Dullah



Kyai Abdullah Salam

“Ada yang bilang, saya ini masih keturunan Kanjeng Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam“, seorang kyai berkata dalam sebuah obrolan, “untungnya riwayat silsilah yang ditunjukkan kepada saya itu dlo’if!”
“Kok malah untung?”
“Waaa…. kalau saya disahkan menjadi keturunan Kanjeng Nabi…. payah saya!”
“Lho? Gimana sih?”
“Nggak payah gimana? Saya ‘kan jadi nggak boleh terima sedekah? Apalagi zakat? Apa nggak ngaplo saya?”

Memang tidak boleh menerimakan zakat dan sedekah kepada Bani Hasyim dan Bani Abdil Muththolib. Dan mereka pun diharamkan menerimanya, demi keagungan dan kehormatan keluarga Kanjeng Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.

Mbah Dullah Salam, Kyai Abdullah bin Abdussalam rahimahullah, Kajen, Pati, diyakini juga dari Bani Hasyim. Wa qiila silsilah beliau menyambung sampai kepada Syaikh Sayyid Abdurrahman Basyaiban, Mbah Sambu, Lasem. Bertemu dengan silsilah Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Hamid Pasuruan, Kyai Achmad Shiddiq Jember, dan Gus Dur. Memang, catatan-catatan silsilah itu sebagian masih diperdebatkan. Tapi Mbah Dullah adalah seorang yang amat hati-hati. Lagi pula, beliau adalah Mbah Dullah Salam, lebih dari sekedar seorang kyai.

Seseorang bertamu, menyerahkan amplop tebal berisi segepok uang.
“Nuwun sewu, Mbah, ini sedekah saya…”
“Untuk aku?”
“Iya”.
Mbah Dullah manggut-manggut.
“Di kampungmu sudah nggak ada orang feqir?”
Si tamu kaget dan serta-merta kecut hati, tapi berusaha menjawab hati-hati,
“Yang di kampung saya insyaallah sudah semua, Mbah. Ini saya sediakan khusus untuk Simbah…”
Sinar mata Mbah Dullah tidak berkurang tajamnya,
“Jadi, aku ini kamu anggap feqir?”
Nyaris pingsan tamu itu! Keringat dingin bertotol-totol di dahinya. Begitu takut hingga lidahnya lumpuh. Tak mampu berucap walau hanya kata “ampun”.

Senyum mengembang di wajah Mbah Dullah. Membebaskan si tamu dari himpitan gunung.
“Pokoknya ini buat aku ya?” suara Mbah Dullah jauh lebih ramah.
“I… iya…, Mbah…”
“Tashorrufnya terserah aku ya?”
Tamu cuma mampu mengangguk lemah.
Mbah Dullah menengok ke halaman rumah. Santri-santri cilik berkeliaran dan bercengkerama. Mbah Dullah memanggil salah satunya,

“Nak! Hei! Kamu! Ya! Sini kamu!”
Kepada santri itu Mbah Dullah mengulurkan amplop pemberian tamu.
“Nih! Bagi-bagi dengan teman-temanmu ya!”
Santri melongo tak percaya. Tapi Mbah Dullah menggerakkan tangan memberi isyarat supaya dia lekas beranjak. Santri beringsut keluar rumah. Dan begitu lepas dari pintu, ia langsung teriak-teriak memanggili teman-temannya. Riuh-rendah pecah. Mbah Dullah tersenyum-senyum memandangi santri-santri berkejaran di halaman, berebut bagian.
“Lihat!” beliau berkata pada tamu, “Duit sampeyan sudah bikin gembira anak-anak sebanyak itu!”


Oleh KH. Yahya C Staquf

Kisah Syaikh Abul Hasan Khirqani RA dan Kemarahan




Syaikh Abul Hasan Khirqani (RA) selalu bepergian dengan mengendarai seekor singa, terkadang singa tsb dipakai untuk mengangkut kayu bakar dari hutan ke kota..dan jika kadang-kadang singa berubah galak dan merepotkan, ia akan mencambuk singa itu dengan memakai cambuk seekor ular hidup yang juga sangat galak.

Seseorang dari Khurasan pergi ke Kharqan untuk mengambil janji setia (bay'at) di tangan Guru ini, tiba di rumahnya, syaikh sedang bepergian, istri syaikh menanyakan alasan kenapa org itu datang, dia menceritakan alasannya (ingin Berbay'at).
Istri syaikh Abul Hasan adalah seorang pemarah, setelah mendengar ini istri dari syaikh Abul Hasan berteriak :
"La haula wala quwwata illah billah" dan berkata: "Siapa di dunia ini yang dapat mengetahui kondisi Syaikh abul hasan lebih baik daripada saya?, siang dan malam, bertahun tahun saya berkumpul dengannya Dia adalah seorang penipu licik Bagaimana kau bisa ingin berbay'at padanya?, Anda tidak ada/punya otak? "
Istri Abul Hasan berbicara begitu pahit tentang Abul Hasan kepadanya sehingga si tamu menangis dan berpikir bahwa perjalanan jauhnya telah sia sia dan tak berguna. Namun, orang-orang lain dari wilayah itu mendesaknya untuk pergi ke dalam hutan, dan bertemu dgn Syekh Abul Hasan, dan tidak membentuk pendapat yang salah tentang si syaikh, karena istrinya adalah seorang wanita pemarah.
Ketika ia sampai di hutan, ia bertemu Syaikh Abul Hasan Khirqani (RA), sedang duduk santai di punggung singa.

Maulana Jalaluddin Rumi (RA) mengatakan bahwa melalui kasyaf (ilham ilahi), syaikh Abul Hasan telah mendengar pembicaraan pahit istrinya dan melihat kesedihan dimuka tamunya, beliau tertawa dan bertanya apa yang terjadi. Orang itu menjawab: "syaikh, istri Anda adalah wanita yang sangat pemarah, kenapa kau menikahinya?"

Syaikh menjawab: "Keajaiban yang Anda lihat di depan Anda yaitu saya bisa duduk di punggung singa, dan mampu menggunakan ular hidup berbisa sebagai cambuk, bisa begitu karena kesabaran menanggung kerugian yang disebabkan kepada saya oleh temperamen istriku".
Dalam kata-kata Maulana Rumi (RA): "Jika kesabaran tidak mentolerir beban nya sakit/marah, maka jangan Anda pikir/berharap singa itu akan mau menanggung beban nya dan menjadi budak nya" Ini adalah jalan Allah, bahwa ketika Dia memberkati seseorang dengan satu kelebihan, Ia melakukannya setelah di uji / pelatihan diri (Islahi Nafs).


Sumber. 'Pengobatan untuk kemarahan' halaman 15-16
Oleh: Shaikh ul Arab wal Ajam, Maulana Shah Hakeem Muhammad Akhtar Saheb (RA)
Dikutip dari FB Habib Adeng Fadaq

14 Okt 2014

Kisah Kyai Berbaiat Kepada Al Habib Luthfi Bin Yahya Pekalongan



Kisah ini semata-mata hanya untuk menambah kecintaan dan ketaatan pada guru (Abah Maulana Habib Luthfi bin Yahya), juga berharap sesama murid beliau agar saling mengenal. Semoga semua dalam jalinan rahmat Allah Swt. Aamiin.

1. Mbah Toyik Kudus dan Habib Ali Mayong
Mbah Toyik (KH. Thoriq), kyai asal Kota Kudus Jawa Tengah. Beliau kakak seperguruanku di tempat Abah, berperawakan kurus dan berkacamata. Kalau pergi ke Kudus, saya (Idrus Yahya) mampir ke rumah beliau. Ramah bersahabat dan ilmunya dalam namun tawadhu’ luar biasa, maka saya pribadi menganggap beliau sebagai guru. Apa-apa yang diajarkan Habib Luthfi bin Yahya (kala saya berhalangan ngaji) beliau sampaikan, dengan bahasa yang sederhana namun mengena.

Adapun ikhwal kyai “khos” ini menjadi murid Habib Luthfi bin Yahya adalah dimulai dari kisah seorang mursyid tua kala itu, Habib Ali Mayong. Dijuluki Mayong karena berasal dari kota Mayong, Jepara.
Alkisah pada suatu hari, sang guru mengajak muridnya (Kyai Thoriq) untuk diajak ke Pekalongan (pertama kali sang kyai dikenalkan Abah). Dengan menaiki becak langganan, Habib Ali Mayong berkata: “Pak, anter nggih teng Pekalongan.” (Pak, antarkan ke Pekalongan).

Tentu saja tukang becak terbelalak: “Ampun Bib, kulo mboten sagah” (Maaf Bib, saya tidak sanggup).
Habib Ali tersenyum lalu berucap: “Wis Sampeyan asal nggenjot ora usah mikir, mengko nek ora kuat mandeg kemawon” (Sudah tidak usah dipikir. Asal kayuh saja, ntar kalau capek berhenti).

Satu, dua perlahan dikayuh pedal becak dan meluncur ke arah Demak menuju Pekalongan. Kadang si tukang becak dihibur oleh Habib Ali dengan diajak ngobrol. Tak berapa lama, Habib Ali berkata: “Belok kanan nyebrang Pak.”

Tukang becak pun melihat kiri dan kanan kemudian menyebrang. Lalu sampai di gang, Habib Ali memberi aba-aba untuk berhenti. “Niki pundi Bib, terose ajeng teng Pekalongan kok mandap mriki?” (Ini daerah mana Bib, katanya mau ke Pekalongan kok turun di sini?) Tanya tukang becak.

Habib Ali menunjuk salah satu plang toko yang bertuliskan alamat dan nama jalan. “Lha iku wis tekan Pekalongan” (Lha itu sudah sampai Pekalongan), jawab Habib Ali.

Dengan penasaran tukang becak bergumam: “Duh Gusti, lha nggih pun dugi Pekalongan. Kok mboten kroso kulo?” (Ya Tuhan, lha benar sudah sampai Pekalongan. Kok tidak berasa ya?).
“Sampeyan nunggu mriki, nggih. Ki nek arep wedangan” (Kamu tunggu di sini ya. Ini kalau mau minum teh atau nyemil), sambil menyerahkan uang.

Di kediaman Habib Luthfi bin Yahya sudah selesai masak dan membuat hidangan. Rupanya Habib Luthfi bin Yahya juga merasa kalau ada salah satu guru yang akan berkunjung ke rumah beliau. Ucap salam Habib Ali bertemu Habib Luthfi bin Yahya, pelukan dan beramah tamah. Kemudian disampaikan maksud bahwa beliau (Habib Ali) dapat petunjuk untuk mengajak muridnya ke tempat Habib Luthfi. Habib Luthfi bin Yahya menjawab: “Yo wis kersane Pengeran, siapa yang ditakdirkan Allah untuk membaiat sang murid (Kyai Thoriq). Anda atau saya?”

Habib Ali tersenyum dan setuju. Giliran pertama Habib Ali memberi aurad (wiridan) singkat, sang murid melaksanakan. Satu jam berlalu dengan khusyuk sang murid ditanya gurunya (Habib Ali): “Bagaimana Kyai, sudah ada isyarat?”

Kyai Thoriq menggeleng sembai berkata: “Ngapunten Bib, dereng enten pitedah” (Mohon maaf Bib, belum dapat petunjuk).

Kemudian Habib Ali mempersilakan Habib Luthfi: “Tafadhal.” Lalu Habib Luthfi bin Yahya mendekati sang murid, perlahan memberi arahan amalan pendek. Setelah mengikuti petunjuk Habib Luthfi bin Yahya sang murid pun tertidur pulas. Satu jam berikutnya terbangun, sang murid tergopoh-gopoh menghampiri gurunya (Habib Ali) yang waktu itu sedang berdialog dengan Habib Luthfi bin Yahya. “Bib... Biib... ngapunten.”

Rupanya dalam mimpi, Kyai Thoriq bertemu Rasulullah Saw. sedang menggandeng pemuda di sebelah kanannya. Sedang satu lagi ada habib duduk di bawah di samping kiri Nabi Saw. “Haqqak hadza, tafadhal ya Habib” (Ini punyamu ya Habib), Habib Ali Mayong berkata pada Habib Luthfi bin Yahya dengan wajah berseri.

Ternyata mimpi itu bermakna lelaki muda tadi adalah Habib Luthfi bin Yahya yang digandeng Baginda Nabi Saw. Sedangkan yang terduduk adalah Habib Ali Mayong. Lalu saat itu juga dengan disaksikan Habib Ali sang gurunya, Kyai Thoriq pun dibaiat oleh Habib Luthfi bin Yahya.

Rupanya pertemuan di Pekalongan dengan Habib Luthfi bin Yahya adalah pertanda dari Allah untuk sang kyai. Al-Habib Ali Shihab alias Habib Ali Mayong beberapa minggu kemudian berpulang ke haribaanNya. Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Dan yang paling menyedihkan adalah kala Habib Luthfi bin Yahya memberi isyarah pada Kyai Thoriq (dalam mimpi) untuk segera menemui gurunya, namun tidak segera dipenuhi. Sebab sang kyai ragu, pertanda tersebut dari mimpinya bukan langsung disampaikan Habib Luthfi bin Yahya. Kyai Thoriq kaget bukan kepalang, ternyata benar terjadi. Namun beliau (sang guru) telah wafat. Di rumah duka tersebut beliau berjumpa dengan Habib Luthfi bin Yahya yang tiba duluan.

Kyai Thariq terkadang di pengajian Kliwonan mampir ke Habib Luthfi bin Yahya. Tapi rutinnya tiap peringatan Maulid di Kanzus beliau selalu hadir. Sedangkan tukang becak itu hingga kini masih hidup. Dia menjadi saksi mata semua kejadian perjalanan Habib Ali Mayong, sebab kendaraan favorit beliau adalah becaknya.

2. Perjalalanan Haji Mbah Toyik
Sepulangnya ke Kudus, lalu Kyai Thoriq menemui sang istri. Sambil kebingunan beliau menyampaikan: “Nyai, aku didawuhi Abah mangkat haji. Lha pripun ora nyekel duit?” (Nyai, aku diwanti-wanti Abah suruh berangkat haji. Lha bagaimana, saya tidak punya uang sama sekali).
“Wes asal nurut bae Kyaine, mengko rak temu dalane” (Sudah, asal ngikut saja. Siapa tahu ketemu jalannya), jawab istri beliau.

Tak berapa lama setelah istirahat, kemudian selesai shalat Ashar beliau kedatangan tamu. Seseorang menyampaikan maksudnya, mohon doa agar istrinya dimudahkan atau diangkat penyakitnya. Mbah Toyik pun menenangkan tamunya, mendoakan, menghibur dan membesarkan hatinya. Kemudian tamu pun berpamitan.

Tiga hari berikutnya tamu itu datang lagi dengan wajah berseri. Lalu bercerita kalau istrinya sudah agak baikan. Rencananya mereka berdua mau berangkat ke tanah suci menunaikan ibadah haji. Sudah mengurus segalanya, namun atas petunjuk dokter supaya istirahat dulu demi penyembuhan. Akhirnya segala keperluan berikut surat-surat, tiket, akomodasi penginapan, visa atau paspornya diurusin tamu tadi untuk Mbah Toyik. Beliau hanya tinggal mencari uang saku saja. Seketika beliau kaget, hingga tamunya pergi masih tidak percaya.

Diceritakannya kejadian tersebut pada istrinya. “Alhamdulillah Nyai, sido mangkat haji. Mengko sangune gampang lah” (Alhamdulillah Nyai, terkabul berangkat haji. Soal uang saku nanti menyusul), begitu kata beliau.

Akhirnya segala persiapan dilengkapi dua hari sebelum beliau berangkat. Tiba-tiba ada tamu datang lagi. Dengan memohon-mohon minta disyareati atau diikhtiari doa agar tanahnya laku, Mbah Toyik ‘lillahi ta’ala’ menyanggupi.

Hal yang mengejutkan terjadi lagi, tanahnya laku, beliau pun diberi komisi. Lengkap sudah beliau berangkat, hingga dari Kudus bareng rombongan haji berangkat ke tanah suci. Di perjalanan beliau bertemu beberapa teman baiknya. Tak disangka, mereka (para sahabat) memasukkan amplop ke kantong saku beliau. Beliau terlanjur bahagia hingga tidak dihitung, asal pindahin ke tas karena numpuk di kantong. Yang pada akhirnya jumlah isi amplop itu mencapai jutaan. 
(Diolah dari web Ustadz Oki Yosi, bersumber dari Habib Idrus Yahya).

Rute ke kediaman Kyai Thoriq Mbah Toyik: Jl. Raya Kudus-Jepara, lewat RS. Islam maju kurang lebih 3 km. Adanya sebelah kiri, ada gapura mirip masjid, itu dia rumah dan majlis taklim Mbah Toyik.

13 Okt 2014

Ketika Ratu Yordania asal Palestina, Cemburu Dengan Indonesia



Dikutip oleh Al Samih Post, salah satu koran kenamaan Yordania, diinformasikan Ratu Yordania Rania yang merupakan wanita berdarah Palestina yang lahir dan besar di Yordania ini merasa “gerah” karena Rakyat Palestina selalu “memuja” Indonesia. Beliau berkata: “Ada apa dengan Indonesia? Saya tahu mereka paling aktif dalam relawan ke Gaza, namun selain indonesia masih ada yang lain kan? Termasuk Yordania. Kenapa rakyat Palestina tidak bisa melihat yang lain?”

“Kecemburuan” Ratu Rania semakin memuncak saat membaca seorang anak palestina bernama Hadiid Manor al Rafiq menjawab komen ratu Rania dengan menulis tentang Indonesia di Twitter-nya: “Indonesia jauh namun dekat tidak ada yang sama dengan mereka yang merasakan darah kami adalah darah mereka. Jika anda wahai Sri Ratu Rania yg terhormat merasa tidak suka maka kami mohon jangan anda mengomentari mereka (rakyat Indonesia) dengan sinis.”

Setelah membaca Twitter Hadid, Ratu Rania tidak membalas hingga kini. Bahkan saat tragedi Bintaro 2 kemarin tgl 9 Desember walau bukan bencana alam namun human error, tetapi rakyat Palestina mendoakan dengan segenap hati mereka. Salah satu Twitter anak Palestina bernama Zaenab Khaleed menulis: “Indonesia bersedih kami tidak rela itu, kalian yang menangis untuk kami, kini kalian menangis setelah kereta kalian bertabrakan. Semoga kalian tabah”.


10 Okt 2014

30 Orang Yang Pertama Dalam Islam




1. Orang yang pertama menulis Bismillah :
Nabi Sulaiman AS.

2. Orang yang pertama minum air zamzam :
Nabi Ismail AS.

3. Orang yang pertama berkhatan :
Nabi Ibrahim AS

4. Orang yang pertama diberikan pakaian pada
hari qiamat :
Nabi Ibrahim AS.

5. Orang yang pertama dipanggil oleh Allah
pada hari qiamat :
Nabi Adam AS.

6. Orang yang pertama mengerjakan saie antara Safa & Marwah :
Sayyidatina Hajar

7. Orang yang pertama dibangkitkan pada hari
qiamat :
Nabi Muhammad SAW.

8. Orang yang pertama menjadi khalifah Islam :
Sayyidina Abu Bakar As Siddiq RA.

9. Orang yang pertama menggunakan tarikh
hijrah :
Sayyidina Umar bin Al-Khattab RA

10. Orang yang pertama meletakkan jawatan khalifah
dalam Islam :
Sayyidina Imam Al-Hasan bin Ali RA.

11. Orang yang pertama menyusukan Nabi Muhammad SAW :
Thuwaibah RA.

12. Orang yang pertama syahid dalam Islam dari kalangan lelaki :
Al-Harith bin Abi Halah

13. Orang yang pertama syahid dalam Islam dari kalangan wanita :
Sumayyah binti Khabbat

14. Orang yang pertama menulis hadis di dalam kitab /
lembaran :
Abdullah bin Amru bin Al-Ash RA

15. Orang yang pertama memanah dalam perjuangan
fisabilillah :
Saad bin Abi Waqqas

16. Orang yang pertama menjadi muazzin dan
melaungkan adzan:
Sayyidina  Bilal bin Rabah RA

17. Orang yang pertama sembahyang dengan Rasulullah SAW :
Sayyidina Imam Ali bin Abi Tholib Kw

18. Orang yang pertama membuat minbar masjid Nabi
SAW :
Tamim Ad-dary RA

19. Orang yang pertama menghunus
pedang dalam perjuangan fisabilillah :
 Az-Zubair bin Al-Awwam RA

20. Orang yang pertama menulis sirah Nabi Muhammad SAW :
Ibban bin Othman bin Affan RA

21. Orang yang pertama beriman dengan Nabi
SAW :
Sayyidah Khadijah bt Khuwailid. As

22. Orang yang pertama mengasaskan usul fiqh :
Imam Syafi'i RH.

23. Orang yang pertama membina penjara dalam Islam:
Sayyidina Imam Ali bin Abi Tholib Kw

24. Orang yang pertama menjadi raja dalam Islam :
Muawiyah bin Abi Sufyan RA

25. Orang yang pertama membuat perpustakaan awam
Khalifah Harun Ar-Rasyid

26. Orang yang pertama mengadakan baitulmal :
Sayyidina Umar Al-Khattab RA

27. Orang yang pertama menghafal Al-Qur'an selepas
Rasulullah SAW :
Sayyidina Imam Ali ibn Abi Tholib Kw

28. Orang yang pertama membina menara di Masjidil
Haram Mekah:
Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur

29. Orang yang pertama digelar Al-Muqry :
Mus'ab bin Umair

30. Orang yang pertama masuk ke dalam syurga :
Nabi Muhammad SAW.


Dikutip dari FB Syed Padir Al-Idrus

9 Okt 2014

Kenapa Pohon Gharqad Melindungi Yahudi



 Jawabannya sudah langsung dijawab dalam hadits tentang pohon itu, yaitu pohon Gharqad itu pohonnya orang Yahudi. Sehingga pohon itu akan melindungi mereka dari kejaran umat Islam.

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian (muslimin) memerangi Yahudi, kemudian batu berkata di belakang Yahudi, “Wahai muslim, inilah Yahudi di belakangku, bunuhlah!” (HR Bukhari dan Muslim dalam Shahih Jami’ Ash-Shaghir no. 7414)

لا تقوم الساعة حتى يقاتل المسلمون اليهود، فيقتلهم المسلمون حتى يختبئ اليهودي من وراء الحجر والشجر، فيقول الحجر أو الشجر: يا مسلم، يا عبد الله، هذا يهودي خلفي، فتعال فاقتله.. إلا الغرقد، فإنه من شجر اليهود” (ذكره في: صحيح الجامع الصغير أيضًا -7427)

Tidak akan terjadi hari kiamat, hingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon berkata, “Wahai muslim, wahai hamba Allah, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja. Kecuali pohon Gharqad (yang tidak demikian), karena termasuk pohon Yahudi.” (HR Muslim dalam Shahih Jami’ Ash-shaghir no. 7427)

Hadits di atas dari segi kekuatan sanadnya termasuk hadits shahih tanpa perbedaan pendapat. Dan termasuk dari tanda-tanda kenabian Rasulullah SAW yang terkait dengan mukjizat kabar yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Namun ada yang hal yang kurang kita sadari selama ini. Yaitu bahwa hadits ini baru terasa relevan di zaman sekarang ini saja. Sepanjang 14 abad lamanya, tiap ada orang yang baca hadits ini di zamanya, akan sedikit berkerut kening. Mengapa?

Sebab di masa mereka hidup, sejarah Yahudi tidak seperti sekarang. Mereka belum lagi menjadi sosok negara super power yang ampuh. Keangkuran Yahudi dengan negara Israelnya belum pernah ada sepanjang 14 abad itu. Keberadaannya baru muncul di abad 20 ini atau abad 14 hijriyah.

Orang Yahudi sepanjang sejarah Islam, justru selalu berada di bawah perlindungan negeri-negeri Islam. Komunitas Yahudi selalu dimusuhi oleh semua bangsa dan negara sepanjang sejarah. Kemunitas Yahudi pun pernah dibantai oleh Nazi Jerman di masa Hitler. Nyaris tidak ada tempat buat Yahudi kecuali di dalam negeri Islam. Mereka aman bila tinggal di wilayah khilafah Islam, karena hukum Islam melarang memerangi ahlu zimmah (kafir zimmi).

Salah satu penguasa yang anti Yahudi adalah Spanyol Kristen. Ketika Spanyol dikuasai rejim Katolik, bukan hanya umat Islam yang diusir, tetapi termasuk juga kalangan Yahudi. Tidak ada satu pun tanah di dunia ini yang mau menampung bangsa ini, kecuali penguasa muslim Turki Utsmani.

Maka selama 14 abad itu, hadits ini cukup mengherankan umat Islam. Bagaimana mungkin umat Islam yang selama ini melindungi bangsa Yahudi serta mengharamkan darah mereka, lantaran mereka termasuk ahlu zimmah, tiba-tiba akan memerangi Yahudi sampai mati. Bahkan batu dan pohon akan memerintahkan umat Islam untuk membunuh mereka juga.

Teka-teki hadits ini baru terjawab pada tahun 1948, ketika komunitas Yahudi dunia melakukan agresi, penjajahan dan pencaplokan sebuah negeri Islam merdeka, Palestina. Dan pada tahun 1967 semakin jelas lagi hadits ini, karena ternyata komunitas Yahudi yang selama 14 abad hidup di bawah perlindungan, asuhan dan kerahiman umat Islam, tiba-tiba berubah menjadi srigala liar yang mengakibatkan perang Arab-Israel.

Barulah di masa sekarang ini hadits ini menjadi lebih punya arti, setelah terkuaknya misteri. Ternyata Yahudi yang selama ini hidup di bawah asuhan dan kasih sayang umat Islam, tiba-tiba jadi makhluk buas pembantai nyawa.

Dan menarik untuk diperhatikan, bahwa Yahudi sudah mempersiapkan apa yang mereka dapat di masa sekarang ini sejak lama. Bahkan ada yang mengatakan sejak ribuan tahun yang lalu. Konon terbentuknya negara-negara super power, penjajahan barat atas dunia timur, naiknya para pejabat di masing-masing negara adidaya, semua tidak lepas dari sinario mereka. Inggris di masa lalu dan Amerikadi masa sekarang, tidak lain hanyalah alat yang disiapkan untuk mewujudkan cita-cita pembentukan Israel.

Karena itu mustahil meminta Amerika untuk menekan Israel agar menghentikan serangan mereka ke negeri Islam. Adanya hak veto di PBB semakin membuktikan bahwa PBB pun termasuk bagian dari alat yang diciptakan oleh mereka.

Kepastian Kekalahan Yahudi

Selain terkuaknya misteri hadits ini di abad 14 hijriyah, hadits ini sangat tegas menyebutkan kepastian kehancuran bangsa pengingkar Allah dan nabi ini. Bahkan pohon dan batu pun akan ikut membantu umat Islam dalam menumpas mereka.

Karena itu, hadits ini juga menjadi penghibur derita, pelipur lara dan pembangkit harapan buat umat Islam yang sempat merasakan kebengisan Yahudi secara lebih nyata. Bahwasanya Israel yang bukan manusia itu pasti akan dikalahkan, mati kutu dan mati betulan. Ini adalah sebuah kepastian, karena yang bilang bukan sembarang orang. Yang bilang adalah seorang yang paling dekat kepada Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Yang menarik juga, di dalam hadits ini Rasulullah SAW menyebutkan sebuah nama pohon, yaitu Gharqad. Pohon ini milik Yahudi, sehingga kalau ada Yahudi sembunyi di baliknya dari kejaran umat Islam, pohon ini tidak akan berbicara. Sebaliknya, pohon ini akan melindungi Yahudi, karena pohon ini milik mereka.

Dan mengapa pohon gharqad itu melindungi yahudi?

Benar bahwa semua benda itu ciptaan Allah. Dan seharusnya semuanya tunduk dan patuh kepada kehendak-Nya. Bukan hanya pohon, bahkan tanah, langit, bumi, serta semua isinya, tunduk kepada Allah, baik secara terpaksa maupun secara sukarela.

Sebenarnya jin kafir atau Iblis sekalipun, juga makhluk ciptaan Allah. Kalau Allah kehendaki, bisa saja Iblis tidak kafir. Kalau Allah kehendaki, bisa saja tidak ada skenario Iblis ingkar atas perintah Allah SWT untuk sujud kepada Adam alaihissalam.

Tapi yang kita tahu, semua itu adalah kehendak Allah SWT. Sehingga kita dapati Iblis melakukan tindakan kemungkaran yang dilarang, bahkan membangkang terhadap perintah Allah SWT. Kalau pakai logika anda, seharusnya Iblis tidak boleh membangkang, bukankah dia itu makhluk Allah?

Tetapi sekali lagi, kita beriman kepada Allah SWT dan juga kepada sifat-sifat-Nya. Dan salah satu sifat Allah SWT adalah berkehendak. Di antara kehendak-kehendak Allah itu, Allah SWT ternyata menghendaki Iblis membangkang. AKan tetapi bukan pada tempatnya untuk mempertanyakan Allah SWT atas setiap kehendaknya.

Dan itulah bedanya tuhan dan bukan tuhan. Tuhan itu berkehendak dan tidak perlu ditanya-tanyai latar belakang semua yang dikehendaki-Nya. Sebaliknya, hanya yang bukan tuhan saja yang bisa ditanya-tanyai kalau bertindak. Kalau kita melakukan dosa dan maksiat atau hal-hal lain yang tidak senonoh, maka kita akan ditanyai dan harus bertanggung-jawab, paling tidak nanti di akhirat.

Sedangkan tuhan, tidak perlu dan bukan dalam posisi untuk diinterogasi, mengapa melakukan ini dan mengapa melakukan itu. Sebab hakikat tuhan adalah absolut, mutlak, tidak perlu menjelaskan apa yang dikehendaki-Nya.

Kembali ke pohon Gharqad, tentu saja bukan kafir. Sebab istilah kafir itu hanya berlaku buat dua jenis makhluk saja, yaitu jin dan manusia. Selebihnya semua tunduk kepada apa yang Allah kehendaki.

Maka pohon Gharqad itu kalau kita lihat dari kacamata hakikat, justru sangat tunduk kepada Allah. Dalam arti dia tunduk kepada skenario dari Allah untuk menjadi pohon yang melindungi Yahudi di akhir zaman. Tetapi tidak perlu kita vonis sebagai pohon kafir.

Yang kafir itu hanyalah Yahudi, yaitu mereka ingkar dan membangkang dari ketentuan Allah SWT yang bersifat formal. Walhasil, Yahudi nanti akan masuk neraka, semuanya dan tidak keluar-keluar lagi dari sana selamanya. Kecuali Yahudi yang tobat dan sempat masuk Islam, maka mereka adalah saudara kita

Silsilah Rantai Emas Naqshbandiyya Nazimiyya



Silsilah Rantai Emas Naqshbandiyya Nazimiyya
  1. Rasulullah Muhammad Shalla-Allahu'alayhi Wa'alihi wa sallam
  2. Abu Bakar As Shiddiq, Radiya-l-Lahu'anh
  3. Salman Al Farisi, Radiya-l-Lahu'anh
  4. Qassim Bin Muhammad bin Abu Bakar, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  5. Imam Ja'far Ash-Shadiq, Alayhi-s-salam
  6. Imam Abu Yazid Tayfur Al Bistami, Radiya-l-Lahu'anh
  7. Abul Hassan Ali Al Kharqani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  8. Abu Ali Al Farmadi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  9. Abu Yaqub Yusuf Al Hamdani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  10. Abul Abbas, Nabi Al Khidhir, Alayhi-s-salam
  11. Abdul Khaliq Al Ghujdawani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  12. Arif Ar Riwakri. qaddasa-l-Lahu Sirrah
  13. Khwaja Mahmoud Al Injir Al Faghnawi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  14. Ali Ar Ramitani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  15. Muhammad Baba As Samasi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  16. As Sayyid Amir Kumal, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  17. Muhammad Baha'uddin Syah Naqsyband, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  18. Ala' uddin Al Bukhari Al 'Attar, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  19. Yaqub Al Charkhi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  20. Ubaydullah Al Ahrar, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  21. Muhammad Az Zahid, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  22. Darwisy Muhammad, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  23. Muhammad Khwaja Al Amkanaki, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  24. Muhammad Al Baqi Billah, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  25. Ahmad Al-Faruqi Asy Syirhindi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  26. Muhammad Al Ma'sum, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  27. Muhammad Sayfuddin Al Faruqi Al Mujaddidi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  28. As Sayyid Nur Muhammad Al Badawani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  29. Syamsuddin Habib Allah, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  30. Abdullah Ad Dahlawi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  31. Khalid Al Baghdadi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  32. Ismail Muhammad Asy Syirwani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  33. Khas Muhammad Asy Syirwani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  34. Muhammad Effendi Al Yaraghi, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  35. Jamaluddin Al Ghumuqi Al Husayni, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  36. Abu Ahmad As Sughuri, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  37. Abu Muhammad Al Madani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  38. Syarafuddin Ad Daghestani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  39. Abdullah Al Fa'iz Ad Daghestani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
  40. Muhammad Nazim Adil Al Haqqani, qaddasa-l-Lahu Sirrah
dari As Sayyid Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani qs
Buku Silsilah Wali Rantai Emas disusun oleh Syaikh Arief Hamdani

7 Okt 2014

20 Tahun Menabung, 8 Bersaudara Berebut Layani Ibunya Berhaji

                                  


Mekkah. Setiap umat Islam ingin menunaikan ibadah haji ke Baitullah guna menjalankan rukun Islam yang kelima, apalagi jika menunaikannya bersama orang-orang terdekat dan dicintai seperti istri atau suami dan orangtua. Seperti kisah mengharukan yang dilakukan oleh delapan jamaah haji asal Nigeria, mereka adalah delapan bersaudara yang sedang menunaikan ibadah haji bersama ibu mereka yang sudah tua.

Delapan bersaudara itu berebut ingin melayani dan membantu ibu mereka guna melaksanakan ritual haji dengan nyaman. Niatan mulia itu merupakan wujud rasa cinta dan komitmen mereka terhadap Alquran dan Hadist yang memerintahkan setiap Muslim melayani dan membantu orang tua.

Aysha, ibu berusia 70 tahun, berangkat haji bersama delapan anaknya. Masing-masing anak ingin memberikan layanan yang maksimal untuk dirinya. Yang menarik, guna menghindari konflik, yang termuda dari delapan bersaudara itu, Mustafa Al Faisal, mengusulkan setiap hari ada dua orang yang melayani dan membantu ibunya.

“Itu saran yang baik,” kata Moussa, kakak tertua dari delapan bersaudara itu.
Moussa menjelaskan, selama 20 tahun terakhir dirinya dan keluarga menabung agar dapat berhaji bersama ibu mereka. “Selama 20 tahun terakhir kami menabung uang untuk melakukan haji dengan ibu kami,” katanya, berharap bahwa Allah akan menerima haji dan doa-doa mereka



1 Okt 2014

Kisah Mimpi Abdul Halim Megahed dan Masjidnya



Abdul Halim Megahed bukan seorang sufi. Bahkan, ia adalah seorang Salafi yang menentang praktek tasawuf. Dia berkeinginan mendirikan sebuah masjid dan dia punya kenalan bisnis yang mendorongnya untuk berkonsultasi dengan Syaikh Al-Azhar sebelum memutuskan di lokasi mana membangun masjid. Ketika mereka bertemu, Syekh Al-Azhar menyarankan untuk membangun masjid di samping makam yang baru kembali ditemukan-dari Ibn Ata'illah. Abdul Halim pulang dari pertemuan dengan perasaan mendongkol, betapa tidak? Ia seorang salafi tulen dan si syekh menyarankan ia membangun masjid di samping makam seorang Sufi?.

Namun Kemudian dimalam harinya ia bermimpi, Dalam mimpi itu ia berdiri di depan Masjid terkenal Abul Abbas Al-Mursi di Alexandria. Abul Abbas Al-Mursi, pewaris Imam Al-Shadhili, adalah guru spiritual Ibn Ata'illah dan pendahulunya. Dalam mimpi itu Syekh Abul Abbas berdiri di depan masjid dan memegang tangan Syekh Ibnu Ata'illah. Mereka didatangi Abdul Halim dan Abul Abbas mengatakan, "Mereka telah membangun masjid ini buat saya (Abul Abbas) . Saya ingin Anda membangun sebuah masjid untuk saudaraku (ibn Ata'illah".

Segera keesokan harinya Abdul Halim melaporkan mimpi tsb kepada Syaikh Al-Azhar yang kemarin ditemuinya, Syaikh berkata, "Ini berarti Anda harus membangun masjid ini."

Meskipun ada keraguan, Abdul Halim tetap melanjutkan dengan desain dan konstruksi. Dia menempatkan semua dana yang diperlukan untuk membangun masjid di sebuah brankas di kantornya, Sebelum pembangunan dimulai ia mengambil sejumlah besar uang dari brankas untuk membayar angsuran pertama kepada kontraktor nya, dan mencatat jumlahnya dalam pembukuan. Tahap pertama bangunan dimulai. Ketika tiba saatnya bagi dia untuk membayar angsuran kedua Abdul Halim membuka brankas untuk menarik dana dan menemukan bahwa ia memiliki jumlah uang persis sama seperti sebelum dia membuat penarikan pertama. Pada awalnya ia mengira bahwa ia telah membuat kesalahan akuntansi. Ketika ia kembali bulan depan untuk menarik angsuran ketiga kalinya, lagi lagi ia menemukan jumlah uang yang sama berada di brankas seperti sebelum awal proyek.

Abdul Halim mulai khawatir bahwa ia mungkin akan kehilangan pikirannya/gila. Dia berpikir bahwa mungkin teman teman Salafi yang memperingatkan dia tentang bahaya membangun sebuah masjid di dekat makam memang benar. Dia pergi ke Syaikh Al Azhar dalam keadaan kecemasan tinggi dan mengatakan kepadanya apa yang terjadi. Syaikh Al-Azhar tersenyum berseri-seri dan mengatakan kepadanya bahwa ini adalah dari berkat Imam Ibnu Ata'illah. "Jika Anda merahasiakan keajaiban ini kepada diri sendiri, keadaan seperti itu akan berlanjut sampai masjid selesai dibangun", kata Syaikh. "Sekarang bahwa Anda telah berbagi cerita ini, mulai bulan depan keadaannya berubah normal dan Anda harus menggunakan dana Anda." Dan itulah yang terjadi.

Masjid Ibnu Ata'illah dibangun hingga selesai oleh Abdul Halim Megahed

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَسَلِّمْ في كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَ مَا وَسِعَهُ عِلْمُ الله


*ket foto, makam Imam Ibn Ata'illah
Sumber; diterjemahkan dari buku 'Signs of the horizons'
dikutip dari FB Habib Adeng Fadaq

Untuk Pertama Kali, Ayat Al-Qur’an Dibaca dalam Sambutan Resmi Pemerintah Inggris



Ramalan Alm, Syaikh Nazim Adil Haqqani qs, mendekati kenyataan, negara ini akan menjadi negara Islam pertama di Eropa yang dari pemimpinnya (Prince Charles) dan akan diikuti rakyatnya, kisahnya dapat dibaca dengan klik DISINI
----

Menteri dalam negeri Inggris, Theresa May, membacakan dua ayat Al-Qur’an dalam sambutannya pada sebuah pertemuan partai konservatif yang saat ini berkuasa. Seperti diberitakan Memo Islam, Rabu (1/10/2014) hari ini.

Ini adalah kejadian pertama seorang pejabat Inggris berdalil ayat Al-Qur’an dalam sebuah pertemuan resmi. Ayat yang May bacakan adalah Surat Al-Hujurat: 13, yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

May juga membaca surat Al-Baqarah: 256, yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” Hal itu untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama perdamaian, bukan agama kekerasan.
Dalam kesempatan yang sama, May juga menerangkan birokrasi baru dalam mencegah terus mengalirnya gelombang anak muda yang keluar dari Inggris untuk ikut serta dalam perang di Suriah dan Irak


Renungan, Seorang ISTRI dan PENGEMIS



Pada suatu hari sepasang suami isteri sedang makan bersama di rumahnya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seorang pengemis. Melihat keadaan pengemis itu, si isteri merasa terharu dan dia bermaksud hendak memberikan sesuatu.

Tetapi sebelumnya sebagai seorang wanita yang patuh kepada suaminya, dia meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya, "Suamiku, bolehkah aku memberi makanan kepada pengemis itu ?".

Rupanya suaminya memiliki karakter berbeda dengan wanita itu. Dengan suara lantang dan kasar menjawab, "Tidak usah! usir saja dia, dan tutup kembali pintunya!" Si isteri terpaksa tidak memberikan apa-apa kepada pengemis tadi sehingga dia berlalu dengan kecewa.

Pada suatu hari yang naas, perdagangan lelaki itu jatuh bangkrut. Kekayaannya habis dan ia menderita banyak hutang. Selain itu, karena ketidakcocokan sifat dengan isterinya, rumah tangganya menjadi berantakan sehingga terjadilah perceraian.

Tidak lama sesudahnya bekas isteri yang pailit itu menikah lagi dengan seorang pedagang dikota dan hidup berbahagia. Pada suatu ketika wanita itu sedang makan dengan suaminya (yang baru), tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk orang. Setelah pintunya dibuka ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hati wanita itu. Maka wanita itu berkata kepada suaminya, "Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini?". Suaminya menjawab, "Berikan makan pengemis itu!".

Setelah memberi makanan kepada pengemis itu isterinya masuk kedalam rumah sambil menangis. Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepadanya, "Mengapa engkau menangis? apakah engkau menangis karena aku menyuruhmu memberikan daging ayam kepada pengemis itu?".

Wanita itu menggeleng halus, lalu berkata dengan nada sedih, "Wahai suamiku, aku sedih dengan perjalanan takdir yang sungguh menakjubkan hatiku. Tahukah engkau siapa pengemis yang ada diluar itu ?............ Dia adalah suamiku yang pertama dulu."

Mendengar keterangan isterinya demikian, sang suami sedikit terkejut, tapi segera ia balik bertanya, "Dan, tahukah engkau siapa aku yang kini menjadi suamimu ini?.................. Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!".

Roda hidup selalu berputar. Anda tidak akan pernah tahu posisi Anda akan diatas atau di bawah.

Renungan :
"Jangan Bersikap Sombong ketika berada diATAS, tebarkan perbuatan baik dimana - mana maka anda akan menerima balasannya" .

Dikutip dari FB Habib Ahmad bin Abdullah