CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

7 Des 2015

Kisah Daging Halal Bagi Kami, Haram Bagi Tuan



Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi ulama terkenal di makkah yang menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka,
“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya.
“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”

“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”

Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun. Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria.

Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya.
Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namannya Sa’id bin Muhafah.
“Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.

Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, "Bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaannya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya.
“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini"

Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :
Labbaika Allahumma labbaika.
Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka.
laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah
Ya Allah aku rindu melihat kabah
Ijinkan aku datang.
ijinkan aku datang ya Allah.

Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku”

"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh.
Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.
Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan “tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.

Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.

Dalam hati saya : Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?” 
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak. Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati
kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".

Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.
Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.

“Ini masakan untuk mu”
"Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.” 
"Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”

Ya Allah disinilah Hajiku
Ya Allah disinilah Mekahku.

Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak bisa menahan air matanya.



Fi kitab irsyadul ibad ila sabiila rosyad.

23 Nov 2015

Membenci Demi Allah



Aku memiliki rasa cinta untuk para orang Salafi, Syiah, Ikhwanul Muslimin, bahkan yang Kristen dan lain-lain.

Tapi aku menolak dan berlepas diri dari penyimpangan dan pemahaman sesat mereka semua, karena yang kita benci adalah perbuatan dosa tapi bukan orang yang melakukan hal itu. Ini adalah makna hakiki dari ayat, "membenci demi Allah".


Sumber

Untaian Puisi Cinta Rabiah



# 1
Tuhanku
Tenggelamkan aku dalam cinta-Mu
Hingga tak ada sesuatu pun mengangguku dalam jumpa Mu
Tuhanku
Bintang-gemintang berkelap kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup
Tuhanku
Demikian malam pun berlalu dan siang pun datang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau terima hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah Kau tolak, hingga aku dihimpit duka
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalu kulakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Andai Kau usir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu

# 2

Aku mengabdi kepada Tuhan
bukan karena takut neraka..
bukan pula karena mengharap masuk surga..
Tetapi aku mengabdi, karena cintaku pada-Nya
Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku didalamnya
Dan jika aku menyembah-Mu,
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu
demi Engkau semata, janganlah engkau enggan
memperlihatkan keindahan wajah-Mu
yang abadi padaku

# 3

Ya Allah semua jerih payahku,
dan semua hasratku di antara segala
kesenangan-kesenangan
di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau,
Dan di akhirat nanti,
di antara segala kesenangan
adalah untuk berjumpa dengan Mu
begitulah hal nya dengan diriku
seperti yang telah Kau katakan
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki

# 4

Wahai Allah
Apa saja yang akan Kau karuniakan kepadaku
berkenaann dengan dunia
berikanlah kepada mereka yang memburunya
Dan apa saja kebaikan yang akan Kau karuniakan kepadaku
berkenaan dengan akhirat
berikanlah kepada hamba-Mu yang beriman
karena aku hanya mengharapkan kasih-Mu Tuhan

# 5

Pernikahan itu memang penting bagi siapapun yang mempunyai pilihan
adapun aku tidak mempunyai pilihan untuk diriku
aku adalah milik Tuhan ku dan dibawah perintah Nya
aku tidak mempunyai apa-apa pun

# 6

Kekasihku tidak menyamai kekasih yang lain bagaimanapun juga
Tidak selain Dia didalam hatiku
kekasihku gaib dalam penglihatanku dan pribadi ku sekalipun
Akan tetapi
Ia tidak pernah gaib dalam hatiku
walau sedetik pun


# 7

Wahai Tuhan ku
Apakah engkau akan membakar
hati yang mencintai-Mu
lisan yang menyebut-Mu
dan
hamba yang takut kepada-Mu?

# 8

Bila waktu ini berakhir
bila esok mata terpejam
dan bila Allah memanggil untuk kembali.
Lekaslah.
Lekaslah kau hampiri cintamu itu,
Dia menunggumu dalam keridhoan

# 9

Jika dihadapan-mu itu adalah kabah
engkau pasti lupa akan dunia....
Dan jika dihadapan-mu itu adalah Allah
maka engkau akan lupa segala-galanya.
Kecuali hanya Dia...
Itulah cinta hakiki..

# 10

Saat hidup dalam kebimbangan,
gelisah tak bertepi,
kemana langkahmu akan pergi?
Wahai Dzat Maha Tinggi,
sesalku tiada ku hampiri Engkau dalam setiap langkahku,
Ampunilah aku dan rengkuhlah aku dalam buaian kesucian-Mu..

# 11

Alangkah buruknya,
Orang yang menyembah Allah
Lantaran mengharap surga
Dan ingin diselamatkan dari api neraka
Seandainya surga dan neraka tak ada
Apakah engkau tidak akan menyembah-Nya?
Aku menyembah Allah
Lantaran mengharap ridha-Nya
Nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya
Sudah cukup menggerakkan hatiku
Untuk menyembah-Mu

# 12

Ya Allah
Aku berlindung pada Engkau
Dari hal-hal yang memalingkan aku dari Engkau
Dan dari setiap hambatan
Yang akan menghalangi ku
mengabdi kepada Mu

# 13

Ya Tuhan
Tenggelamkan diriku ke dalam lautan
Keikhlasan mencintai-Mu
Hingga tak ada sesuatu yang menyibukkanku
Selain berdzikir kepada-Mu

27 Okt 2015

Perbedaan Mencintai Rasulullah SAW dan Mengikuti Sunnah Beliau



Apa perbedaannya 'mencintai Rasulullah ﷺ dan mengikuti sunnahnya?

Cinta adalah urusan sanubari / bathin, sedangkan mengikuti sunnah adalah hampir keseluruhan berhubungan dengan bahasa tubuh atau lahiriah.

Dari rasa 'cinta' kepada nabi (yang bisa tumbuh dihati kita dgn banyak bersholawat, mendengar riwayat hidup beliau pada acara maulidnya, dll), Maka kita Bisa Mengikuti sunnah Nabi dan dari situlah kita bisa mencintai Allah dengan sungguh sungguh:

قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم ۗ والله غفور رحيم

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Namun, jika seseorang berusaha mengikuti sunnah Nabi 'tanpa' pertamanya punya rasa benar-benar mencintai Nabi, orang itu akan tersesat dan menjadi sombong dan keras hati. Mereka akan menghancurkan / merusak dirinya sendiri dan menghancurkan juga orang lain disekitarnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam pun bersabda: Dari kelompok orang ini (Dzul Khuwaishirah at Tamimi al Najdi), akan muncul nanti orang-orang yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka, bahkan mereka membunuh orang-orang Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahkan mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim 1762)

"Mereka membaca Alquran seperti apa yang tertulis, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. kalian akan menganggap bahwa sholat atau puasanya sangat tak berarti jika kalian membandingkannya dengan mereka. Tetapi Mereka akan memasuki agama dan meninggalkannya seperti panah melewati tubuh binatang yang sedang diburu".

Semoga Allah memberikan kita cinta kasih yang sempurna kepada Nabi ﷺ dan semoga kita diizinkan untuk menyempurnakan semua amalan kita sesuai sunnah Rasulullah ﷺ.
Aamiin..


Syair untukmu Wahai Para Muhibbien Kanjeng Nabi



Hormati Nabi ﷺ selagi kamu masih berkeliaran di atas tanah
Dan berharap bahwa Nabi ﷺ akan menghormati mu
Setelah kamu berbaring di bawah tanah
Angkat Panji yang diberkati dari Nabi ﷺ pada hari ini
Dan berharap bahwa Nabi ﷺ akan memanggilmu
Untuk berdiri di bawah benderanya pada hari itu (yaumil akhir)
Muliakan Keluarga Nabi ﷺ
Dan berharap bahwa Nabi ﷺ akan membawa keluarga mu dalam golongan yang aman bersama nya ﷺ
Berdoalah untuk kebahagiaan umatnya ﷺ
Dan berharap bahwa Nabi ﷺ akan berdoa untuk mu
Pada hari itu di mana ia akan menjadi yang pertama pemberi syafaat ﷺ
Hormati tamu yang datang dan masuk ke dalam hidup mu
Dan berharap bahwa Nabi ﷺ, Kekasih Allāh ﷺ
Akan menerima Anda sebagai tamunya ﷺ
Junjung tinggi Sunnah Nabi yang diberkati ini ﷺ
Dan berharap bahwa ia ﷺ akan membawa kamu ke dalam lingkaran
Dari mereka yang ditulis sebagai Keluarga Spiritual nya ﷺ
Buang pandangan mu jauh dari dunia ini
Dan berharap bahwa Nabi yang murah hati ini ﷺ
Akan menoleh pandangannya pada jantung hati mu ﷺ
Biarkan aroma mengingat nya ﷺ membasahi rumah mu
Dan berharap bahwa kamu akan diberikan rumah
Tepat di sebelah rumahnya ﷺ nan abadi di tempat terbaik
Isi sampai penuh hati mu dengan Firman mulia yang datang bersamanya ﷺ
Dan berharap bahwa telinga dan hati mu
Akan menerima atau mendengar bisikan suara nya nan merdu dan indah ﷺ
Tahan tangan dan badan mu dari makanan atau minuman yang tak diizinkan
Dan berharap bahwa jasad mu akan diberikan hadiah
Menerima sentuhan nafas nya ﷺ yang beraroma semerbak
Buka dada dan hati mu untuk meresapi semua cinta ﷺ
Dan berharap bahwa ia akan menempatkan tangan nya ﷺ yang diberkati itu
Di dada mu dan menuangkan semua rahasia ﷺ ke dalam hati mu
Ya Allāh - limpahkan sholawat dan salam atas Nabi ini ﷺ
Harapan kami ﷺ,
Kebanggaan kami ﷺ,
Guru kami ﷺ
Sayyidina Muhammad ﷺ, dan atas keluarganya yang diberkati dan sahabat sahabat mulianya ﷺ
Aamiin

Bahaya Bangga Karena Amalan



Sayyidi Habib Ali Al-Jufri mengatakan: "Aku bertanya kepada guru ku, Habib Umar bin Hafidz:" Mana Yang lebih berbahaya - menjadi bangga karena amalan / tindakan seseorang atau menjadi bangga dengan pemahaman seseorang"

Habib Umar menjawab (semoga Allah merahmatinya): "Menjadi bangga dengan pemahaman yang kita miliki lebih berbahaya daripada menjadi bangga dengan amalan / tindakan yang telah kita buat, karena pengaruhnya lebih serius. Lihatlah bagaimana jawaban dari Iblis (semoga Allah melindungi kita darinya): 'Aku lebih baik dari dia (Adam) - Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah".

Iblis lebih mengandalkan pemahamannya dan tidak menyebutkan amalan / perbuatannya ".
Kebanggaan (`UJUB) berasal dari perasaan yang mengagungkan diri sendiri dan menjadi lalai dan lupa atas anugerah Allah (Tawfiq). Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa hal itu adalah lebih halus tapi pengaruh penghancurannya lebih cepat dan besar dari pada kesombongan (riya ').
Semoga Allah menyelamatkan kita dari semua jenis kebanggaan dan kesombongan..

Peristiwa Karbala Menurut Ahlul Sunnah



Sayyidi Habib Ali Al-Jufri (semoga Allah merahmati dan meridhoinya).
Menurut Ahl al-Sunnah, Hari Asyura adalah hari sukacita karena itu adalah hari keselamatan bagi Sayyidina Musa Alaihissalaam, tetapi selain itu juga Tidak ada keraguan bahwa hari itu juga merupakan hari kesedihan karena hari itu adalah hari di mana Sayyidina Al Husain RA menjadi syahid bersama dengan keluarga nya dan beberapa sahabat dari kaum Ansar. Pada saat yang sama, asyura adalah hari perayaan karena itu adalah hari kemenangan bagi Sayyidina Al Husain, Bagaimana bisa dibilang kemenangan sedangkan beliau terbunuh? Dikatakan kemenangan karena beliau tetap setia pada prinsip-prinsipnya. Itu adalah kemenangan bagi kebenaran atas musuh yang bersenjata dan kekuatan besar. Ketika kita berpikir tentang para pembunuhnya, kita akan berpikir tentang nasib malang yang menunggu mereka. Tetapi Ketika kita mengingat Sayyidina Al Husain, hati kita dipenuhi dengan sukacita, cinta dan penghormatan bagi dirinya dan ketabahan nya. Dengan demikian hari kemenangan bagi Sayyidina Al Husain.. 
Jadi jika kita pada hari asyura bergembira untuk kemenangan Sayyidina Al Husain dan keselamatan Sayyidina Musa maka kita berada di jalan yang benar (tidak keliru).

Namun, adalah wajar juga untuk merasa sedih ketika kita mengingat ketidakadilan besar yang terjadi pada waktu itu. Sebelum meninggal, Sayyidina Husain melihat semua anak-anaknya meninggal terbunuh di depannya, dengan pengecualian Sayyidina Ali Zainal Abidin. Ia juga melihat anak-anak dari Sayyidina al-Hasan, anak-anak dari adiknya Sayyidah Zaynab, dan anak-anak dari sepupunya, Muslim bin Aqil bin Abi Thalib, gugur sebagsi syuhada di depannya.
Ada dua jenis ekstremis, yang keduanya harus ditolak.

Ekstremis yang pertama, kita memiliki orang-orang yang mengatakan bahwa itu adalah hari yang mengerikan di mana tidak ada yang diperbolehkan untuk menunjukkan sukacita dalam bentuk apapun, dan jika ada yang melakukannya berarti mereka adalah pembenci Ahlul Bait. hingga ada golongan orang yang menyerang dan menyiksa diri mereka sendiri dan melakukan tindakan-tindakan lain yang dilarang dalam hukum syariat.

Selain itu, ada juga orang orang yang berpikir bahwa cinta pada Ahlul Bait berarti harus menunjukkan etiket buruk (melaknat) pada Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar RadhiAllahu anhuma. Ini bukan jalan dan cara Ahlul Bait. Sayyidina Ali memiliki anak anak bernama Abu Bakar, Umar dan Utsman. Sayyidina al-Hasan memiliki putra bernama Abu Bakar dan Umar. Sayyidina Al Husain memiliki seorang putra bernama Abu Bakar dan dua orang putra bernama Umar. (Apakah mungkin jika ahlul bait memusuhi mereka, lalu mereka menamakan anak anak mereka > buah hati mereka, dengan nama para musuh?)

Ekstrimis yang kedua: adalah golongan yang mengaku Ahl al-Sunnah, tetapi berani mengklaim bahwa Sayyidina Husain berada di pihak yang salah. Bahkan Mereka memuji Yazid, yang mayoritas ulama Ahl al-Sunnah telah memvonisnya sebagai orang yang korup (fasiq).
Kami percaya bahwa orang-orang yang mengambil bagian dari kedua jalan ekstrem ini telah menyimpang dan sesat, tetapi pada saat yang sama kita tidak boleh dan pernah menganggap atau menuduh mereka sebagai orang kafir.

Jadi apapun pilihan anda, mau bersedih pada hari itu tak mengapa, mau bersuka cita juga baik baik saja.:
Kita tidak harus membiarkan hati kita dipenuhi dengan kebencian terhadap para pelaku kejahatan ini, karena Allah akan membawa mereka ke pengadilan Nya yang Maha Adil. 
Yang wajib kita lakukan adalah, hati kita harus diisi dengan penghormatan bagi mereka yang mati syahid pada peristiwa karbala.
Allahu a'lam

Pelajari Adab, Sebelum Pelajari Ilmu

Kenapa ulama sekarang ada sebagian yang lebih suka membesar-besarkan perbedaan dibandingkan persatuan dan ukhuwah ummat?
Jawabannya adalah karena Ilmu lebih dikedepankan daripada adab. Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,
بالأدب تفهم العلم
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”
Terlalu banyak menggeluti ilmu diin sampai lupa mempelajari adab. Lihat saja sebagian kita, sudah mapan ilmunya, banyak mempelajari tauhid, fikih dan hadits, namun tingkah laku kita terhadap orang tua, kerabat, tetangga dan saudara muslim lainnya bahkan terhadap guru sendiri jauh dari yang dituntunkan oleh para salaf.

Coba lihat saja kelakuan sebagian kita terhadap orang yang beda pemahaman, padahal masih dalam tataran ijtihadiyah. Yang terlihat adalah watak keras, tak mau mengalah, sampai menganggap pendapat hanya boleh satu saja tidak boleh berbilang. Ujung-ujungnya punya menyesatkan, menghizbikan dan mengatakan sesat seseorang.

Padahal para ulama sudah mengingatkan untuk tidak meninggalkan mempelajari masalah adab dan akhlak.
Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”.

Foto-foto ulama dibawah ini bisa kita menilai sendiri.






Kisah Nyata Persahabatan Beda Agama



Yang pendek lumpuh bernama Samir seorang nasrani, yang tinggi jangkung buta bernama Muhammad seorang muslim. Foto ini diambil di Damaskus tahun 1889. 
Keduanya yatim piatu dan tinggal bersama dalam satu rumah. Samir bergantung pada kaki Muhammad untuk berjalan dan Muhammad bergantung pada mata Samir untuk melihat. Keduanya berkerja di sebuah warung kopi, mereka hidup dikarunia umur yang panjang. 
Samir meninggal lebih dahulu kemudian dalam tempo seminggu Muhammad juga meninggal karena kesedihan yang mendalam. Kisah pendek ini tidakkah bermakna banyak bagi kita semua ??? Semoga kita pandai mengambil hikmahnya..

8 Sep 2015

Dialog Sufi dan Sang Presiden




Mungkin ini adalah pertemuan sakral yang: dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, ahli sufi, ahli fisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan - dengan Presiden RI pertama Ir. Soekarno.

Ia bersama rombongan saat itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.

“Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor-Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka dialog ketika menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.

“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.
“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau, sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa Belanda. 
“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden…?”

“Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya.” 
“Lantas soalnya apa bapak Presiden?”
"Saya bertanya terlebih dahulu tentang yang lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno. 
“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya
“Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan sorga?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya. 
“Accoord (setuju)”, balas Presiden terlihat lega.
Menyusul Presiden bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat sorga?” tanyanya.

“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan ber-abdi pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan sorga harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana," jawab Prof. Kadirun.

“Accoord”, kata Bung Karno (panggilan akrab Presiden).
“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno.

“Silakan Bapak Presiden”.
“Saya telah banyak melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum."

"Lantas saya ketemu dengan satu Hadits yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai berikut : Rasulullah berkata; Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli sorga”.

“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan sorga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk sorga. Itupun barangkali. Sementara sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri dan meminta kertas.

"Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan”, katanya.
Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika.

Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya. 
10/10 = 1 ; 
“Ya” kata Presiden. 
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden. 
10/1000` = 1/100 ; 
“Ya” kata Presiden. 
10/10.000 = 1/1000 ; 
“Ya” kata Presiden.
10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ; 
“Ya” kata Presiden. 
1000.000 … / ∞ = 0 ; 
“Ya” kata Presiden. 
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0; 
“Ya” kata Presiden. 
Dosa / ∞ = 0 ; 
“Ya” kata Presiden. ———————————————–“
Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ; 
“Ya” kata Presiden 
½ x ∞ = ∞ ; 
“Ya” kata Presiden. 
1 zarah x ∞ = ∞ ; 
“Ya” kata Presiden. 

“… ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar."
"Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden)” jawab Profesor.
Bung Karno diam sejenak . “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran.
Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan."
"Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati”, jelasnya.
“Bagaimana agar dapat frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.
“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.
“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.

Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr :29 – Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”.
"Nur Illahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah SWT", kata Prof.

Prof melanjutkan, "Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum! 

Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.
"Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huygens)", jelas Prof.

Prof menyimpulkan, "Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang mendapat Nur Illahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi."
“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden. “

Prof menjawab, "Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT. 
–Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang – (HR. Abu Daud dan An-Nasay).

Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.
Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum....dst"

3 Sep 2015

Kisah yang sangat menyentuh hati..



Tetap dalam Kesabaran dan keteguhan iman selama menghadapi masa sulit dan cobaan berat adalah ciri-ciri dari para Saaliheen. Dan sangat jelas, Allah memberi ganjaran berlimpah kepada orang yang takut dan taat kepada-Nya, tetap berTaqwa meski dalam keadaan yang paling sulit sekalipun.

Allah berfirman,

ومن يتق الله يجعل له مخرجا (٢)

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

ويرزقه من حيث لا يحتسب ۚ ومن يتوكل على الله فهو حسبه ۚ إن الله بالغ أمره ۚ قد جعل الله لكل شيء قدرا (٣)

3. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. [Qur’an 65:2-3]

Sebuah Contoh ketabahan dan Taqwa tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabari, ditulis dalam Sifatus Safwah. Al Imam menceritakan:

Pada tahun 240 Hijriah aku berada di Makkah, di mana aku mendengar seseorang dari Khurasan mengumumkan, "Duhai para peziarah, siapa pun yang menemukan kantong berisi seribu dinar milikku yang hilang, sangat diharapkan untuk mengembalikan kepadaku, Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan pula!".

Seorang pria tua penduduk Makkah mendekatinya dan berkata, "Wahai Khurasani, penduduk kota ini mengalami masa-masa sulit dan waktu untuk haji sudah dekat. Mungkin kantong uangmu ada di tangan seorang pria beriman yang akan sudi mengembalikan kepada mu jika Anda memberinya hadiah sebagian dari itu, yang kemudian akan Halal (diijinkan) untuk dia.

Orang Khurasani itu bertanya, "Berapa banyak yang dia inginkan?"

Orang tua itu menjawab, "satu sepersepuluh dari isi kantong itu - (seratus dinar)".

Dan orang Khurasani berkata, "Ini aku tidak bisa lakukan (tidak setuju). Tapi, aku akan menyerahkan urusan ini kepada Allah SWT".

Mereka kemudian berpisah.

Imam al-Tabari mengatakan, "Aku berpikir bahwa orang tua itu sendiri yang telah menemukan kantong uang itu, karena ia tampak sangat miskin. Aku mengikutinya hingga ia memasuki rumah reyot yang sangat tua dan berseru, "Ya Lubabah!"

Dari dalam, seorang wanita menjawab, "Aku di sini, Abu Ghiyaath."

Ia berkata kepada wanita itu, "aku menemukan pemilik kantong dinar yang membuat pengumuman tadi, tetapi ia tidak bermaksud untuk menghargai orang yang telah menemukannya (tidak memberi persen). Aku menyarankan kepadanya bahwa ia harus memberikan sepersepuluh dari isi kantong bagi yang telah menemukannya, tapi ia menolak. Apa yang harus kita lakukan karena kantong itu harus segera kita kembalikan?".

Istrinya menjawab, "Kami telah hidup dalam kemiskinan bersamamu selama lima puluh tahun terakhir. engkau memiliki tanggungan empat anak perempuan, dua saudara perempuan, ibu ku dan aku. belikan kami makanan dan pakaian dengan uang itu!!! Mungkin pada suatu hari kelak Allah akan membuat Anda kaya dan Anda kemudian dapat mengembalikan uang itu, atau Allah akan melunasi utang tersebut atas nama Anda".

Tetapi orang tua itu menolak, dan mengatakan, "Aku tidak akan menghancurkan napas terakhir ku setelah bersabar selama delapan puluh enam tahun!"..

Imam al-Tabari terus bercerita, "Percakapan itu berakhir dan aku menyelinap pergi. Keesokan harinya aku kembali mendengar orang Khurasani itu berteriak memanggil dalam kerumunan orang, "Wahai peziarah yang datang dari jauh dan dekat! Siapa pun yang menemukan sebuah tas yang berisi seribu dinar milikku harus berbaik hati mengembalikan kepadaku. Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan!".

Sekali lagi, orang tua itu mendekatinya dan berkata, "Aku sudah menyarankan Anda kemarin. Kota kami dalam masa paceklik (kekeringan) dan penduduknya banyak yang miskin. aku mengatakan kepada Anda untuk membagi hadiah seratus dinar bagi orang jujur yang bersedia mengembalikan kantongmu, tetapi Anda menolak. Putuskan hadiah sepuluh dinar. Mungkin uang itu akan dikembalikan kepada Anda dan pahala sepuluh dinar akan menjaga kehormatan penemunya juga".

Orang Khurasani itu kembali berkata, "Ini aku tidak bisa lakukan. Tapi, aku akan menyerahkan urusan itu kepada Allah SWT".

Lalu mereka berpisah lagi.

Imam al-Tabari mengatakan, "Kali ini aku tidak mengikuti orang tua itu ataupun orang Khurasani, tapi aku melanjutkan menulis..

Hari berikutnya orang Khurasani itu lagi lagi membuat pengumuman. Dan sekali lagi Orang tua itu datang kepadanya dan berkata, "pertama kali aku menyarankan Anda untuk memberikan seratus dinar sebagai hadiah dan kemudian sepuluh dinar. Sekarang, aku menghimbau Anda untuk memberikan satu dinar sebagai hadiah. Dengan setengah dinar, penemunya dapat membeli kantong air yang ia dapat digunakan untuk memberikan air kepada orang-orang Makkah dan dengan demikian membantu ia mencari nafkah dan dengan setengah dinar tersisa, ia dapat membeli seekor domba yang akan memberikan susu untuk keluarganya".

Sekali lagi orang Khurasani itu menolak, "Ini aku tidak bisa lakukan. Tapi, aku akan menyerahkan urusan itu kepada Allah SWT".

Orang tua itu kemudian menarik tangan orang Khurasani, dan mengatakan, "Ikuti aku dan ambil kembali kantong uang anda sehingga aku bisa tidur nyenyak di malam hari dan aku bisa terbebas dari beban ini."

Orang tua membawa pergi orang Khurasani itu, dan aku mengikuti mereka ke rumah orang tua itu. Ia masuk dan setelah beberapa saat, meminta Khurasani untuk masuk juga.

Ia menggali lubang kecil di tanah dan mengeluarkan kantong berwarna hitam yang diikat kuat dengan tali.

Ia bertanya pada orang Khurasani, "Apakah ini milik Anda? '

Orang Khurasan melihatnya dan berkata, "Ya. Ini kantongku", lalu ia membuka ikatan tali dan menuangkan dinar ke pangkuannya. Dia kemudian menyentuhkan jari-jarinya diatas uang itu beberapa kali dan mengatakan, "Ini adalah dinar kami".

Ia menempatkan kembali semua dinar kedalam kantong, mengikatnya dan bangkit untuk pergi. Saat ia sampai di pintu, dia berbalik dan berkata kepada orang tua itu, "Ayah ku telah meninggal - semoga Allah menyayanginya - dan meninggalkan tiga ribu dinar. Beliau memerintahkan aku untuk memberikan sepertiga dari harta itu untuk orang yang paling layak yang bisa aku temukan. Ia juga menyarankan aku untuk menjual kendaraannya dan menggunakan dananya untuk biaya haji ku. Aku melakukan apa yang ayah ku telah katakan. Aku menempatkan sepertiga kekayaannya, yang seribu dinar, di tas ini. Sejak aku meninggalkan Khurasan, aku belum bertemu siapa pun yang lebih layak daripada Anda. Ambillah semua dinar ini dan semoga Allah memberikan Anda Barakah (berkat) di dalamnya". dan secepatnya Dia kemudian pergi, meninggalkan kantong dinar itu kepada si orang tua.

Imam al-Tabari mengatakan, "Aku berbalik untuk pergi tapi orang tua itu memanggil dan membawaku kembali. Ia menyuruh aku duduk dan berkata, "Aku melihat Anda mengikuti ku dari hari pertama, dan Anda sangat memahami apa yang telah terjadi di antara kami sampai sekarang. Aku telah mendengar hadits di mana Sayyidina Abdullah bin Umar mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ mengatakan kepada Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali, "Jika Allah memberi Anda hadiah tanpa Anda meminta ataupun meminta untuk itu maka kemudian terimalah dan jangan menolaknya, karena kalau menolak, seolah-olah Anda melemparkan kembali pemberian itu kepada Allah".(Mujamul Awsat, Tabarani) Ini adalah hadiah dari Allah untuk semua orang yang hadir di sini".

Orang tua itu kemudian memanggil istrinya Lubabah, 4 putrinya, 2 saudarinya, istri dan ibunya. kami semua sepuluh orang duduk, ia membuka kantong itu dan mengatakan, "Hamparkan kain lap di atas Anda". Aku melakukannya. Para wanita tidak memiliki pakaian berlebihan melakukan hal yang sama dan mereka membuka tangan mereka keluar sebagai gantinya. Dia kemudian mulai membagi-bagikan satu dinar untuk setiap orang. Ini berlanjut sampai tas itu kosong.

Imam al-Tabari mengatakan, "Hatiku lebih dipenuhi dengan rasa sukacita bagi mereka setelah menerima seratus dinar daripada diriku sendiri".

Ketika aku akan pergi orang tua itu berkata kepada ku, "Anak muda, kamu akan berbahagia. Aku tidak pernah melihat uang tersebut dalam hidup ku, juga tidak pernah bermimpi atau berharap untuk melihat itu. KeTahuilah bahwa itu adalah Halal dan menjaganya. Aku selalu melakukan shalatul Fajr dengan baju yang tua ini dan kemudian pulang dan membukanya, sehingga kaum perempuan bisa memakainya, satu per satu dan melakukan shalat Fajr mereka. Aku kemudian akan pergi untuk mendapatkan sesuatu (mencari nafkah) antara Zuhr dan Ashar. Saat malam, aku akan kembali dengan apa yang Allah berikan. terkadang Ini akan mencakup beberapa butir kurma, keju, potongan roti dan beberapa sayuran yang dibuang orang. Aku kemudian akan membuka lagi baju ini dan kami akan bergiliran untuk melakukan sholat Maghrib dan Isya dgn baju yang sama. Semoga Allah memberkati para wanita itu, aku dan Anda dengan apa yang telah kita terima. Semoga Allah merahmati orang yang telah meninggal itu, yang memiliki kekayaan ini. Semoga Allah juga memberikan penghargaan kepada orang yang membawa ini kepada kami (khurasani)".

Imam al-Tabari rahimahullah menutup ceritanya, "aku pamitan kepada orang tua dan pergi, Selama ber tahun tahun, aku menggunakan dinar bagianku untuk membeli kertas, bepergian dan membayar sewa selama aku belajar. Dan Setelah enam belas tahun, aku kembali ke Makkah dan bertanya tentang orang tua itu. Aku diberitahu bahwa ia telah meninggal. Putrinya menikah dengan bangsawan dan pangeran. Saudara-saudara perempuannya, istri dan ibunya juga telah meninggal. Aku mengunjungi para suami dan anak-anak perempuannya, Mereka menghormatiku dan memperlakukan aku dengan baik".

اللّهمّ صلِّ على سيّدنا محمّدٍ وآله
 وصحْبه وسلِّم


26 Agu 2015

Nabi Muhammad dan NU: Nabi pun Sangat Memperhatikan NU



Saat memberikan taushiah pada Harlah NU Cabang Pekalongan, Syaikhina wa Maulana Al-Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya mengingatkan pentingnya warga Indonesia berpegang pada ( aaran) Ahlussunnah wal jamaa al-Nahdliyyah. 

Berikut kutipannya :

"Menjelang berdirinya NU beberapa ulama' besar berkumpul di masjidil haram,ini sudah tidak tertulis dan harus dicari lagi narasumber2nya,bliau2 menyimpulkan sdh sangat mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya thoriqoh ahlussunnah waljamaah. Akhirnya di istikhorohilah oleh para ulama' haramain.

Hasilnya para ulama' haramain mengutus Kyai Hasyim Asy'ari untuk pulang ke Indonesia dan menemui dua tokoh ulama' di negeri itu.

Kalau dua orang ini meng-iyakan maka jalan terus,kalau tidak maka ya jangan diteruskan.

Dua tokoh tsb adalah Al-Habib Hasyim bin Umar bin Thoha bin Yahya Pekalongan dan Syaikhina Mbah Yai Ahmad Kholil bin Abdullatief Bangkalan.

Oleh sebab itu tidak heran jika muktamar NU ke-5 dilaksanakan di Pekalongan pada tahun 1930 M, untuk menghormati Habib Hasyim yg wafat pada waktu itu,itu suatu penghormatan yg luar biasa.

Tidak heran jika di Pekalongan dua kali menjadi tuan rumah muktamar thoriqoh. Tidak heran krn dari sananya,kok tau ini semua dari mana sumbernya?

Dari seorang yg sholeh yaitu Kyai Irfan.

Suatu ketika saya duduk2 sama Kyai Irfan,Kyai Abdul Fatah dan Kyai Abdul Hadi.

Kyai Irfan bertanya kepada saya "Kamu ini siapanya Habib Hasyim?"
Yang menjawan adalah Kyai Abdul Hadi dan Kyai Abdul Fatah "ini cucunya Habib Hasyim Yai"

Akhirnya saya diberi wasiat olehnya :

"mumpung saya masih hidup tolong dicatat sejarah ini ya,Mbah Yai Hasyim datang ketempat Yai Yasin,Yai Sanusi ikut serta saat itu,disitu diiringi Yai Asnawi Kudus,trus diantar kepekalongan. Lalu bersama Yai Irfan datang ke kediaman Habib Hasyim,begitu Kyai Hasyim Asy'ari duduk, Habib Hasyim berkata

"Kyai Hasyim laksanakan niatmu membentuk wadah ahlussunnah waljamaah, saya rela tapi tolong saya jangan ditulis" begitu wasiat Habib Hasyim.

Kyai Hasyim Asy'ari pun merasa lega dan puas,kemudian bliau menuju tempat Mbah Kyai Kholil Bangkalan,Mbah Kyai Kholil bilang kpd bliau "teruskan niatmu santriku,saya rela seperti halnya Habib Hasyim meridloimu,tapi saya minta tolong nama saya juga jangan ditulis" lantas Kyai Hasyim bertanya lagi kpd Mbah Kyai Kholil "bagaimana ini Kyai kok semua tidak mau ditulis?

" Mbah Yai Kholil pun menjawab "kalau mau ditulis ya silahkan tapi sedikit saja"

Itulah tawaddhu'nya Mbah Yai Kholil kepada Al-Habib Hasyim,dan ternyata sejarah itu juga dicatat oleh Gus Dur" pungkas Kyai Irfan

Demikian seklumit perjalanan tentang Nahdlatul Ulama',inilah para pendirinya merupakan tokoh2 ulama' yg luar biasa,makanya hal2 seperti itu patut ditulis,biar anak2 kita tidak terpengaruh oleh yg tidak2,sebab mereka tidak mengetahui sejarah,anak2 kita banyak yg buta apa sih NU itu? apa sih Ahlussunnah Waljamaah itu? Lah ini permasalahan kita,upaya pengenalan itu yg paling mudah dengan memasang foto2 para pendiri NU,khususnya Hadrotus Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari

Ust Hijrah Yanuar Ishaq (santri Habib Lutfi bin Yahya) bercerita "Kyai Syafiq Pekalongan,seminggu sebelum maulid akbar berlangsung,sekitar jam 1 dini hari pernah di dawuhi Abah Habib Lutfi bin Yahya "Gus aku iki wes umur hampir 70,wes pingin leren,pingin mulang neng pondok,ndandani sholat seng iseh okeh salahe neng masyarakat,tetapi kok ben wengi Kanjeng Nabi Muhammad SAW rawuh nepuk-nepuk pundakku seroyo dawuh "Bib,tolong urusi NU,urusi NU"

(Gus saya ini sudah umur hampir 70,sudah ingin istirahat, sudah ingin mengajar di pesantren,
memperbaiki sholat yg masih banyak salahnya di masyarakat, tetapi setiap malam kok Kanjeng Nabi Muhammad selalu hadir seraya menepuk-nepuk pundakku dan berkata "Bib,tolong urusi NU,urusi NU".......

Habib Lutfie Bin Yahya....

Semoga Thowil Umur. Sehat .

Semoga membawa manfaat

Habib Abdurrahman: Seluruh Wali Kenal Gus Dur



Pada suatu ketika, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri Tebet menegur dua orang muridnya, KH. Fakhrurrozi Ishaq dan Habib Idrus Jamalullail, yang pernah melakukan penghinaan pada Gus Dur 

Saat itu cucu pendiri hadratusyaikh K.H. Hasyim Asy'ari telah menjadi Presiden RI ke-4.

Menurut penuturan Ustadz Anto Djibril yang ketika itu hadir di pengajian hari Senin pagi itu Al-Walid bertanya kepada jama'ah yang hadir, "Aina Rozi wa Idrus bin Alwi...? (Mana Rozi dan Idrus bin Alwi?)"

Dan keduanya yang hadir mengaji sama menyahut, "Maujud ya habib (Ada, wahai Habib)."

Lalu Habibana berkata, "Ente berdua jangan pulang ya, ana ada perlu."

"Ya Rozi ya Ye' Idrus, ente berdua kalau jadi muballigh gak usah kata-kata kotor sama orang, apalagi sama cucunya KH. Hasyim Asy'ari itu. Ente tahu yang namanya Gus Dur itu siapa? Biar ente faham ya... seluruh Auliya'illah min Masyariqil Ardhi ilaa Maghoribiha, kenal dengan Gus Dur dan ente ini siapa berani mencela - mencela dia," kata al-habib. 

Habib Abdurrahman melanjutkan nasihatnya, "Dan ana sangat malu kalau ada murid atau orang yg pernah belajar sama ana menghina Gus Dur dan juga menghina lainnya. Kalau ente belum bisa jadi seperti Gus Dur, diam lebih baik. Kalau sudah bisa jadi seperti Gus Dur, ngomong dah sana sampe berbusa-berbusa."

Maka sejak mendapat teguran dari Al Walid itulah, KH. Fakhrurrozi Ishaq dan Habib Idrus bin Alwi Jamalullail bungkam kalau pas bicara masalah Gus Dur.

Sumber: cerita diatas diceritakan oleh Hamim Mustofa dalam akun facebooknya, dengan sedikit pengubahan gaya penulisan.

25 Agu 2015

Kyai NU Yang Jadi Pimpinannya Para Wali (Wali Quthub)



Tidak ada yang menyangka, ternyata Mursyid 13 thariqah dan ulama besar NU ini adalah seorang Wali Quthub (pimpinannya para wali). Berikut adalah kesaksian dari Kyai Mujib, putera KH. Ridwan Abdullah pencipta lambang NU.

Kyai As'ad laksana samudera tak bertepi. Beliau semakin didekati kian bertambah tidak kelihatan. Saya sangat berpengalaman. Bahkan saya pernah mencium seluruh tubuhnya, kecuali yang memang tidak boleh.

Setelah saya pijat selama hampir 3 jam, beliau tertidur sangat pulas. Saya ciumi sekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai telapak kaki. Saya tidak mendapatkan bau apa-apa. Sampai hati saya berkata, "beliau ini ada atau tidak ada? Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada di maqam fana?"

Hampir 20 tahun saya hidup bersama beliau. Tambah dekat dan tambah lama, semakin tidak kelihatan, sulit ditebak. Saya baru diberi tahu dan mengerti, baru yakin siapa beliau ini, setelah saya sampai di Madinah tahun 1987 saat ditunjuk sebagai petugas haji oleh pemerintah. Sebelum berangkat haji, saya pun minta izin ke beliau.
"Pak Mujib, pergi haji Sampean ini sunnah tapi sampai (datang) ke Haramain tahun ini wajib (fardhu kifayah). Kalau Sampean tahun ini tidak datang ke tanah Haram, dosa Sampean besar," kata Kyai As'ad.

"Kenapa?" tanyaku.
"Jawabnya nanti di sana, bukan di sini," kata Kyai As'ad. "Namun Sampean jangan berkecil hati. Sampean saya pinjami ijazah. Setelah pulang, ijazah tersebut harus dikembalikan. Tidak boleh dipakai terus."
"Kalau saya sudah hafal bagaimana, Kyai?" tanyaku.
"Ya terserah, kalau Sampean jadi bajingan."

Sampai larut malam, saya tidak diperbolehkan pulang. Saya disuruh pulang besok pagi. Tapi ijazah itu, tidak 'dipinjamkan' sampai saya tertidur. Ternyata, dalam tidurku itu saya ditalqin ijazah. Lalu saya ditanya apakah masih punya wudhu. Saya jawab, masih punya. Baru kemudian saya ditalqin.
Menjelang Shubuh saya pun terbangun. Ternyata di bawah bantal ada secarik kertas yang ditulis oleh Kyai As'ad. Bunyinya persis seperti ijazah dalam tidur tadi. Mungkin beliau takut saya lupa.
Setelah saya pulang dari haji, beliau sudah ada di rumah saya ingin mengambil ijazah itu. "Saya tidak minta oleh-olehnya, Pak Mujib. Hanya saja ijazah itu harus dilembalikan," kata Kyai As'ad. Mungkin, ijazah itu takut disalahgunakan.

Alhamdulillah saya berhasil menunaikan ibadah haji. Ada beberapa peristiwa yang saya alami, yang hanya bisa saya ceritakan kepada Kyai As'ad. Semuanya saya ceritakan. Lalu saya bertanya: "Ada satu Kyai, yang menyangkut Panjenengan."
"Lho, sampean ke sana mau ngurus saya juga ya?" Tanya Kyai As'ad dengan nada marah.
Saya pun dimarahi oleh beliau. "Sampean ke sana dengan saya pinjami ijazah segala, jadi ngobyek saya juga ya? Kurang ajar Sampean ini!" katanya agak marah.
"Ya tidak begitu, Kyai. Masa saya sudah ikut Panjenengan hampir 20 tahun, kok tidak tahu siapa sebenarnya Panjenengan?" jawabku.

"Lha iya, Sampean ngobyek, ingin tahu saya. Apa hasilnya?"
"Saya disuruh membacakan ayat di hadapan Panjenengan!"
"Ayat apa?" Tanya Kyai As'ad.
"Ayat al-Quran. Dengan syarat, kalau Panjenengan mau. Kalau tidak mau ya tidak usah!" jawabku.
"Mana ada kyai yang tidak mau dibacakan al-Quran? Gila Sampean ini!" kata Kyai As'ad.
"Lha wong 'Bos' di sana bilang begitu, Kyai," kata saya melucu.
Ceritanya, sewaktu di tanah Haramain saya bertemu 'Bos'. Kata Bos: "Kalau Kyai As'ad tidak mengaku siapa sebenarnya beliau, bacakan ayat ini. Dengan catatan beliau harus mau."
"Kalau tidak mau, ya saya tidak akan pernah tahu siapa Kyai As'ad," jawabku. Karena itu saya pun mendesak 'Bos' itu.

Lalu 'Bos' berkata: "Ya... tidak maunya itu ngakunya!"
Saya lalu membacakan ayat yang dimaksud di hadapan Kyai As'ad:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
"Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka?" (QS. an-Nisa ayat 41).
Belum selesai saya membaca ayat tersebut, beliau menangis sejadi-jadinya, menjerit sampai bercucuran air mata. Inilah pengakuan yang tidak bisa dihindari. Saya tembak di tempat dengan resep 'Bos' tadi. Ya, jangan tanya siapa 'Bos' tersebut.

Saya tunggu. Beliau nangis hampir satu jam, itu pun masih terisak-isak seperti anak kecil. Lalu saya diajak salaman. Ketika saya mau mencium tangan beliau, tidak diperbolehkan. "Kali ini Sampean tidak saya izinkan mencium tangan saya," kata Kyai As'ad masih dalam keadaan terisak.
Saya pucat. "Wah, haji saya kali ini mardud (tertolak)," begitu dalam benak saya. Mengapa? Sebab saya telah membuka rahasia besar, yang di dunia ini orangnya hanya satu. Wali Quthub ini, di dunia hanya satu. Itu rahasianya saya buka, walaupun saya disuruh 'Bos'.
"Pak Mujib, apa Sampean tidak keberatan belas kasihan sama saya. Saya minta belas kasihan Sampean. Saya minta belas kasihan Sampean agar jangan sampai ngomong kepada orang lain selama saya masih hidup, siapa diri saya ini!" Pinta Kyai As'ad kepadaku. 

(Disadur dari buku berjudul "Kharisma Kyai As'ad di Mata Umat").

14 Agu 2015

Belajar Dari Sebuah Nasi



Dandanannya bergegas dibuat semenarik mungkin. Laiknya akan menghadapi seorang tamu dalam sebuah jamuan. Begitu makanan dihidangkan, tangannya siap menyuap dengan perlahan. Butir demi butir nasi dimasukkan ke dalam mulutnya penuh dengan perasaan.

Tatkala ada sebutir saja nasi yang jatuh, langsung diambilnya lalu dimakan tanpa sungkan. Jika tak memungkinkan, karena terlalu kotor, mungkin itu menjadi rizki bagi ayam yang harus ia beri makan. Sang murid kesayangan pun menjadi terheran-heran. Dengan sungkan, terpaksa murid itu (Habib Luthfi bin Yahya) mengutarakan: "Maaf Bah, kenapa setiap kali mau makan Abah selalu demikian?"

Sang guru diam sejenak, sembari tersenyum dijawab: "Kamu lihat di sebutir nasi ini? Ternyata untuk menjadi nasi tidak sesederhana ketika kita memakannya. Di dalamnya ada peluh keringat kerja keras para buruh tani, mulai dari yang membuat bibitnya, mencangkul tanahnya, membajak sawahnya, menanam benihnya, menyiraminya, merabuknya, merawatnya, memanennya, menjemurnya, menumbuknya, memasaknya, barulah menjadi sebutir nasi ini. Aku melakukan ini demi untuk menghormati mereka," pungkas Mbah Malik dengan air mata berlinangan.

Kita jadi mafhum, bagaimana Nabi Saw. dalam sabdanya dengan tegas berpesan: "Innama tunsharuna waturzaquna illa bidhu'afaikum", sungguh tidaklah kalian meraih pertolongan dan rizki terkecuali hanya karena para dhuafa (kaum lemah) diantara kalian. 


Jika Kafir Dihabisi Yang Tersisa Hanya Nabi




Pria berpakaian gamis dan bersorban itu maju ke depan mewakili rombongan. "Meski di luar topik pembahasan, mumpung di sini ada Gus Mus, saya mau tanya apa betul Gus Mus dekat dengan Gus Dur?" ucapnya mengawali pertanyaan.

"Ya kata orang-orang sih begitu," jawab Gus Mus ringan.

"Kebetulan nih, tolong sampaikan kepada Gus Dur, kita ini yang di bawah capek-capek mau menghabisi orang-orang Nasrani, eeh dia malah datang ke Natalan."

"Nanti dulu, nanti dulu, kenapa kalian mau menghabisi orang-orang Nasrani itu?" ucap Gus Mus memberi tanggapan.

"Lho, Anda itu bagaimana? Mereka itu kan kafir!" ucap tegas pria bersorban.

"Jadi kalau kafir harus dihabisi?" jawab Gus Mus dengan pertanyaan.

"Iya dong! Yang kafir harus dihabisi!" tegasnya semakin meyakinkan.

"Wah, untung Kanjeng Nabi-nya bukan Anda. Kalau saja yang jadi Nabi Muhammad itu Anda, kita ini masih kafir semua. Dulu, yang Islam cuma Kanjeng Nabi saja. Kalau ada kafir, habisi! Ada kafir, habisi! Ya tinggal Nabi saja. Dan untung Wali Songo-nya tidak seperti Anda. Kalau seperti Anda, kita ini masih Hindu-Budha semua," pungkas Gus Mus memberi jawaban dalam salah satu forum kyai di Kebumen.

Dakwah Ramah, Kyai As'ad Kepada "Bajingan"



Pada masa itu, di daerah Besuki, jamaah shalat Jum'at sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Setelah diteliti oleh Kyai As’ad, ternyata di sana ada seorang tokoh yang amat disegani masyarakat, seorang bromocorah atau bajingan. Tanpa ragu-ragu, kyai mendatangi rumah tokoh tersebut.

Mengetahui bahwa tamunya seorang kyai besar, tuan rumah jadi kikuk dan kelabakan. Mereka menjadi sangat terharu dan hormat, karena sang kyai tidak mempermasalahkan dan melecehkan “profesi”-nya. Hebatnya lagi, kyai yang alim dan memiliki banyak ilmu itu mengaku sanggup tinggal bersamanya di dunia dan akhirat. Kalau dia nyasar ke neraka, kyai akan berusaha menariknya ke surga. Syaratnya, dia harus mampu memenuhi masjid dengan warga sekitar dalam setiap shalat Jum'at.

Diplomasi Kyai As’ad membuahkan hasil. Selain akhirnya orang-orang berbondong-bondong memenuhi masjid, sang bajingan itu akhirnya insyaf dan rajin ke masjid.