CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

29 Jun 2015

Ketika Hasan-Husain Menaiki Punggung Nabi SAW



Menyayangi anak adalah sifat dan naluri yang dimiliki setiap orang tua. Tetapi, kasih sayang semacam apakah yang paling hakiki? Apakah dengan memanjakannya orang tua telah memenuhi tanggung jawabnya? Cerita dalam kitab Tanqih al-Qaul karya Syekh Nawawi al-Bantani berikut ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Suatu hari Abu Dzar dan sahabat-sahabat lainnya duduk berbicang dengan Rasulullah. Di tengah-tengah perbincangan, tiba-tiba kedua cucu beliau, Sayidina Hasan dan Husain, datang dan menaiki punggung kakeknya.

Setelah selesai bincang-bincang, Rasulullah pun meminta kepada kedua cucu kesayangannya untuk turun. “Wahai cucuku sayang, turunlah,” pinta Rasulullah.

Sayyinda Ali sebagai ayah menatap tajam kepada putra-putranya. Hasan dan Husain semakin takut dengan tatapan ayahnya tersebut, dan akhirnya keduanya turun dari punggung Rasulullah.

Rasulullah pun bertanya kepada kedua cucunya, “Kenapa kalian gemetar wahai cucuku?”

“Kami takut kepada ayah,” jawab polos Hasan dan Husain.

Sayidina Ali pun memberi pelajaran dengan memukul pelan paha kedua anaknya dan menasihati dengan nada sedikit tinggi, “Bersopan santunlah kalian ketika ada tamu, wahai putraku.”

Rasulullah pun berkata, “Wahai menantuku, Ali, janganlah kamu bentak Hasan dan Husain, karena mereka adalah buah hatiku.”

Ali pun langsung menundukan kepala dan berkata dengan penuh penghormatan, “Ya”. 

Jibril datang dan menegur Nabi Muhammad. “Wahai Muhammad, tindakan Ali adalah benar.”

“Rawatlah, kasihlah nama yang bagus, dan perbaikilah gizi anak-anakmu, karena di akhirat nanti anak-anakmu akan memberi pertolongan,” pesan Malaikat Jibril.

Ketika mendengar teguran dan pesan tesebut, Rasulullah bersabda, “Wahai kaum muslimin, barang siapa yang diberi anak oleh Allah, maka wajib baginya mengajarkan sopan santun dan mendidiknya dengan baik. Bilamana hal itu dilakukannya, maka Allah akan menerima permohonan syafa’at anaknya. Tapi barang siapa yang membiarkan anaknya bodoh, tidak mengenal agama, suka melakukan pelanggaran serta tidak berakhlak, maka setiap pelanggaran dan dosa yang dilakukan anak-anaknya, orang tua ikut menanggungnya”. 



22 Jun 2015

Filosofi Tembang Jawa "SLUKU-SLUKU BATHOK"



Inilah salah satu lagu atau tembang dolanan gubahan para wali, yang konon tembang ini adalah gubahan dari Kanjeng Sunan Kalijogo. Tembang ini memiliki beberapa penafsiran, dan ini beberapa tafsirnya

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
.
☞ SLUKU-SLUKU BATHOK, BATHOKE ELA-ELO
"Usluk fa usluka bathnaka, bathnaka ila Allah" atau
"Usluku suluka bathnaka, Bathnaka La ilaha illallah"
Jalankanlah batinmu bathinmu, bathinmu kepada Allah, atau bathinmu harus (menyebut) Lailaha llallah.
kita harus menjalankan batin kita untuk mendekat kepada Allah, tidak hanya raga kita saja yang melakukan sholat atau ibadah lainnya, melainkan batin kita juga, bahkan ke-khyusu'an batin kita inilah yang mengantarkan kita untuk lebih dekat dengan Allah.

Tafsir lain "Ghuslu-ghuslu bathnaka, bathnaka ila Allah"
yang artinya mandikanlah batinmu, sucikan jiwamu menuju kepada Allah dari segala kesibukan hati selain mengingat-Nya.

"Bathoke ela-elo (geleng-geleng)"
ada yang menyebutkan ini juga menggambarkan para sufi ahli tasawuf yang biasa dalam berdzikir disertai gerakan menggelenggkan kepala. ini salah satu bentuk meresapnya makna dzikir tersebut sampai ke dalam hati, atau disebut "dzikr bil-qalb"
.
☞ SI ROMO MENYANG SOLO
"Siiruu ma’aa man sholla"
Berjalan bersama orang-orang yang menegakkan sholat yaitu orang yang tidak bosan-bosannya berjuang di jalan Allah.

Tafsir lain "Sharimi Yasluka"
artinya Petik dan ambillah satu jalan,
Tentunya yang dimaksud adalah jalan kebahagiaan dan keselamatan, melalui beragama secara benar, berislam secara benar

Tafsir lainnya "sirru maa yashilu"
Rahasia yang akan bertemu.
yaitu rahasia kenapa kita hidup di dunia ini, rahasia ibadah, rahasia segala ciptaan Allah, dan rahasia kalimat Laa ilaaha illallah

Tafsir yang lain:
Siram (mandilah, bersucilah) menyang (menuju) Solo (Sholat). Mandilah, bersucilah, kemudian kerjakanlah shalat.
Maksudnya, sebelum kita mengerjakan sholat ataupun ibadah yang lainnya, kita harus mensucikan diri dari hadas ataupun kotoran lahir-batin, karena Allah itu Maha Suci, dan sangatlah tidak sopan kalau kita menemuiNya dalam kedaan tidak bersih dan tidak suci.
.
☞ OLEH-OLEH E PAYUNG MOTHO
"Laailaha illaallah hayun wal mauta"
maknanya kurang lebih : Esakan Allah dari hidup sampai mati. Ajakan untuk bertauhid dan berpegang teguh kepada agama Allah sampai akhir hayat. Istiqomah dengan kalimat Lailaha illaAllah"

Tafsir lain "laa ilaaha illallaah fayamuutu"
(Mengucap) Laa ilaaha illallah kemudian (langsung) mati.
maksudnya mati dalam keadaan syahid, mengucap Laa ilaaha illallah

Tafsir lain : "Allahu faizun ‘ala man taaba"
Allah cinta pada hamba yang bertobat
.
☞ TAK JENTHIT LO LO LOBAH
"Mandzalik muqarabah" Tafsir lain "Ittakhidzillaha Robba"
maknanya kurang lebih jadikanlah Allah itu Tuhanmu. Siapa yang mendekat bertaqarrublah tanpa henti. Selalu mendekat kepada Allah dalam segala keadaan. Sabar saat diuji, syukur saat diberi nikmat.

Tafsir lainnya "fajaddid allaila lubbah"
Maka perbaruilah (imanmu dengan ucapan laa ilaaha illallaah) pada malam ini, yaitu pada tengah (malam)-nya. Perbanyak dzikir, sujud, wirid kepadaNya, terutama dalam waktu-waktu sepertiga malam. Karena harus kita ingat

"Pak jenthit lolo lobah" (kematian itu datangnya tiba-tiba)
tak ada yang tahu, tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. (baca QS Qaaf: 19). Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.
.
☞ WONG MATI ORA OBAH
"Hayun wal mauta innalillah"
Sungguh hidup dan mati hanyalah milik Allah.

tafsir lain "Man maata roaa dzunuubah"
orang yang mati akan melihat dosa-dosanya. Oleh karena itu siapkanlah kematianmu dengan terus berbuat baik kepada sesama dengan penuh cinta dan Taqwa kepada Allah SWT.
.
☞ YEN OBAH MEDENI BOCAH
"Dzunuuba dainin yaghillu yadah"
yang membelenggu dua tangan adalah hutang, baik hutang kepada Allah yaitu berupa ibadah mahdloh dan hutang kepada sesama manusia.

"Mahabbatan mahrajuhu taubah"
Kecintaan menuju taubat. Selagi masih diberi kesempatan oleh Allah untuk hidup di dunia ini. Jangan pernah putus asa dalam menggapai rahmat dan maghfirah-Nya.
.
☞ YEN URIP GOLEK O DHUWIT
"Rottibil kolbi bil qouluts tsabit"
hati kita harus menurut dengan qoul yang tsabit (tetap) yaitu Laa ilaaha illallah.

"Yasrifu innal khalaqna insana min dhafiq"
Ingatlah sungguh manusia diciptakan dari air yang memancar. Maksudnya, manusia diciptakan dari ketiadaan dan kehinaan. Oleh karena itu untuk memperoleh kemulyaan harus dengan berjalan di jalan Allah. (Baca QS At Tariq ayat 6-7)
.
☞ SIR SIR PONG UDELE BODONG
"Sir sairon dalla showabaan"
maksudnya adalah agar kita hidup menempuh jalan yang benar.
.
Kurang lebih demikian, diambil dari beberapa sumber.
Semoga bermanfaat.

18 Jun 2015

Segala Puji Bagi Allah SWT



Alhamdulillahirabil’alamin hamdan tsanaan ilaih jala wa’ala, segala puji adalah milik Allah.  Puji bagi Allah ini dibagi menjadi 4 bagian secara perinci, yang pertama yang sudah jelas diketahui, pertama al Qadim alal Qadim (Allah memuji dzat-Nya sendiri), qadim alal hadits (Allah memuji makhluk-Nya), hadits alal qadim (makhluk memuji Allah), hadits alal hadits (makhluk memuji sesamA makhluk).

Alhamdulillahirabil’alamin hamdan tsanaan ilaih jala wa’ala, segala puji adalah milik Allah.  Puji bagi Allah ini dibagi menjadi 4 bagian secara perinci, yang pertama yang sudah jelas diketahui, pertama al Qadim alal Qadim (Allah memuji dzat-Nya sendiri), qadim alal hadits (Allah memuji makhluk-Nya), hadits alal qadim (makhluk memuji Allah), hadits alal hadits (makhluk memuji sesamA makhluk).Qadim alal Qadim Allah Ta’ala memuji dzatNya sendiri, seperti ayat-Nya lailaha illa ana fa’buduuni , tiada Tuhan selain-KU maka beribdahlah pada-Ku, dan lain sebagainya.

Kaitannya itu banyak, diantaranya lafad Alhamdulillah ada kaitanya dengan lafad iyya kana’budu wa iyya kanasta’in, ‘hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu-lah kami memohon.

Lafad Alhamdulillah juga terkait dengan maliki yaumiddin, Allah yang merajai hari akhir. Sebelum iyya kana’budu wa iyya kanasta’in, ketika Allah Swt berfirman dalam surat fatihah maliki yaumiddin, lafad maliki yaumiddin kalau kita tanyakan, mengapa disebut maliki yaumiddin kok tidak malikil awwalina wal akhirin, yang merajai orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian?  Ada rahasia apa? Karena maliki yaumiddin untuk menunjukan sifat wahdaniahnya, Esa-Nya Allah SWT.

Dengan kemaha sempurnaan sifat-Nya Allah Swt dalam wahdaniah-Nya, wahdaniah fi dzatihi wa wahidun fi sifati wa wahidun fi afalihi (Esa pada dzat-Nya, Esa pada Sifatnya, Esa pada pekerjaanNya). Disini kalimah wahidun fi dzatihi itu jelas.

Nah, yang dimaksukud wahidun fi sifatihi bukan merubah sifat yang 99 atau merubah asma’ yang 99 yang tertera dalam all Qur’an atau asmaul husna atau yang lain.

Allah Ta’ala memberikan pelajaran kepada nabiyullah Adam beberapa asmanya Allah Swt. Akan tetapi tidak semua asma atau nama-nama Allah diberikan pada hamba-Nya. Allah Ta’ala mempunyai 3000 yang ditunjukan kepada khowas, kelompok teristimewa. Yang 1000 hanya diketahui Allah SWT.

Yang 1000 diberikan kepada baginda nabi SAW. Dan yang 1000 dibagikan kepada para malaikat dan para nabi dan para rasul yang lain. Allah memberikan 1000 nama kepada Nabi Saw secara khusus, tidak diberikanpada nabi yang lain. Itu diberikan ketika Allah Swt menjadikan hambaNya dan lain sebagainya.

Ketika yaumil qiyamah, tiba semua dalam keadaan tidak bernyawa, kullu sai’in khaliun illa wajhah, Semua mati kecuali Allah Swt. Nah disinilah rahasianya Allah Swt. Ketika malaikat, dan makhluk Allah yang lain sudah mati,

Allah Ta’ala bertanya “siapakah diantara kalian yang telah mengaku Tuhan selain Aku, tunjukan! Tunjukan Tuhan selain Aku!”, disini sirrnya, sir daripada makna  maliki yaumiddin. Jadi ketika yaumil qiyamah Allah Ta’la langsung bertanya “tunjukan Tuhan selain Aku?!, Wahai hamba-hambaKu, mana yang telah kau pertuhan?, batu, kayu, selain Aku”. Disinilah ketegaan Allah SWT.

Jadi untuk menjawab tantangan hamba-hamba Allah Ta’ala yang tidak beriman terutama, yang sirik, yang mempertuhankan selain Allah, yang mereka puja, ditantang Allah Ta’ala “adakah Tuhan selain Aku? Mana buktinya? Tunjukan!”. Jadi untuk menunjukan puji Qadim alal Qadim, itu diantaranya.

Yang kedua puji qadim alal hadits, bagaimana Allah Ta’ala memuji hamba-hambaNya yang telah diangkat oleh Allah Swt menjadi kekasih-Nya, seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam Hakim. Dalam hadits itu disebutkan habata jibril ila nabiyyu Saw.

Qaal kana rabbuka yakulu  laka, in akhodtu ibrohima khalilan faqad akhodtuka habiiban wama  kholaqtul khalkan akrom ‘alayya minka waqad kholaqtul dunnya wa ahalaha li uarrifahum karamataka wa manzilataka indi laulaka ma kholaqtul dunya wala adam, Turun Malaikat Jibril menemui Nabi Saw, kemudian Jibril berkata.

“Tuhanmu menyampaikan pesan padamu, “jika Aku menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Ku (khalil), maka Aku menjadikanmu orang terkasih-Ku (Habib). Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih utama disisiku. Dan Aku menciptakan dunia seisinya untuk mengenalkan keutamaanmu disisi-Ku.

Ini adalah suatu perintah yang turun kepada Sayyidi Rasulullah  Saw, diperintahken untuk menyampaikan pesannya Allah Ta’ala kepada Rasullah diantaranya , “idz akhodtu ibrohima khalilan faqad akhodtuka habiba”, makna habiba dengan ma’na kholil sama, tapi berbeda jauh, tempat yang berbeda, tingkatan yang berbeda.

“Aku tidak akan menciptakan seorang hamba-Ku yang melebihi atas kemuliaanmu, terusnya hadits ini “wama  kholaqtul khalkon akrom alayya minka waqad kholqtul dunnya wa ahalaha li uarrifahum karamataka wamanzilataka indi”, dan aku menciptakan alam semesta seisinya, untuk memberitahu kepada mereka atas kedudukanmu dan kemulyaanmu disisi-Ku.  Ini kaitannya puji Qadim alal Hadits

Tausyiah Humor tapi Bijak, silahkan dibaca



Insyaallah dalam beberapa jam ke depan kita akan memasuki hari pertama bulan ramadhan, yg jauh-jauh hari sebelumnya sudah disambut dengan iklan sekuel sirup marjan. Ya namanya juga MARJAN, Marak Jelang Ramadhan.
Setelah dibombardir broadcast nafas menjadi tasbih apalah-apalah, kini beranda mulai didominasi dedek2 gemes selfie2 pake pashmina temporary. Sorry, ini satir bukan nyinyir, tolong dibedakan. Xixixi..

Puncak dari penutupan bulan Sya'ban, siang tadi orang2 pada rame ziarah, dari ziarah kubur hingga ziarah ke pantai dan waterboom. Entah di mana korelasinya dengan ramadhan.

Alhamdulillah hasil sidang isbat sudah diputuskan, hilal sudah kelihatan, dan rendang pun mulai dipanaskan. Kronologis terlihatnya hilal disampaikan MUI dan kementrian agama semalam dalam langgam yg biasa2 saja. Jadi hormatilah yg melihat maupun yg tidak melihat.

Dalam sebuah hadits, lebih ditekanan kata "melihat", bukan " menghitung", makanya diutamakan rukyat, bukan hisab. Wallahu'alam. Karena andai penentuan ramadhan pake sistem hitung, dikuatirkan ke depannya akan ada poling SMS.

Suatu kesyukuran, tahun ini baik NU, muhammadiyah, ataupun naqsabandiyah, sepertinya sepakat satu suara. Wallahualam. CMIIW. Maka dari itu kepada para jamaah arhamiyah, gw fatwakan silakan mengikut juga. Xixixi..

Oh iya, beberapa waktu lalu rame polemik warung makan harus tutup dan gak boleh ada yg buka. Dari segi kaidah literasi, ungkapan ini sebenarnya mengandung premis yg keliru. Logikanya, mana bisa warungnya ditutup kalo gak dibuka dulu?

Ada juga polemik penggunaan kaset di mesjid. Gw pribadi sebenarnya setuju saja kalo ini dibatasi. Menurut gw kaset ini memang rada mengganggu pada jam2 tertentu, dan ini manusiawi. Tapi rasanya berlebihan juga sih kalo dibilang polusi. Toh kasetnya hanya wasilah, isi kasetnya ya tetap kalam2 Allah. Kalo musik Beethoven dari kaset saja menurut penelitian bisa ngaruh pada perkembangan otak jabang bayi, mestinya suara ngaji di kaset efeknya bisa lebih dahsyat dari itu, kan sama2 kaset.

Persoalannya kemarin mungkin cuma di soal volume, kadar dan waktu, ini yg mestinya dipertegas biar gak dipelintir jadi provokasi. Entahlah, gw gak ngerti juga kenapa harus ada gitu kata polusi. Padahal sebagai orang berbudaya di jaman yg sensi ini, bahasa kita cukup luwes dalam mencari padanan kata yg lebih bijak, meskipun misalnya kita gak taat bayar pajak.

Mesjid di kompleks perumahan gw sendiri sepakat gak pake kaset. Bukan memihak yg mana loh ya, ini semata-mata karena memang gak ada tape recorder atau playernya. Hiks.. Tapi lebih dari itu, yg terpenting bukan sebaiknya masjid pake kaset atau nggak. Yg paling penting sholatnya di masjid apa nggak? Itu poinnya. Secara tipikal org2 kita, kadang lebih doyan mempermasalahkan hal2 yg gak substansial, yg dia sendiri justru gak terlibat di dalamnya. Sebelas dua belas dengan yg meributkan mana lebih diutamakan antara membantu Rohingya ataukah Sinabung, sementara ujung-ujungnya dia malah gak berbuat apa2 untuk keduanya. Ada kayak gitu? ada! Haha... Ini bukan nyinyir, suer.

Okeh lanjut..
Puasa adalah bulan defensif. Kalo biasanya orang ditahan KPK, kali ini orang yg kudu menahan KPK, Kepala Perut dan Kemaluan.
Perkara mana yg perlu ditahan dan nggak, rasanya gak perlu gw jelaskan lebih detail, semua pasti sudah sering dengar.
Yg pasti, buat suami istri sekadar mencium jidat istri itu gak apa2, yg gak boleh adalah mencium jidat istri tetangga. Sekadar kumur2 boleh, yg gak boleh adalah kumur2 pake mijon. Simpel aja sih.
Ada juga yg beranggapan tidurnya org puasa adalah ibadah. Padahal ini tergolong hadits dhoif jiddan. Wallahu'alam. Silakan tabayyun wal googleyun.
Yg gw pribadi kuatirkan, ketika tidur dianggap ibadah dan kerja juga dianggap ibadah, boleh jadi bakal banyak orang yg tidur di tempat kerja karena ibadahnya dianggap dobel dua kali lipat.

Okeh, demikian kultum dari gw. Ya, ini namanya kultum, kuliah terserah antum.
Maaf kalo udah nyinyir, eeh satir. Jangan diambil hati yak.
Mulai besok mari sama2 kita bersihkan diri, timeline, dan pertemanan.
Fokus ke ibadah, perbanyak amalan sunnah.
Buat yg istri, sering-seringlah pegang Al-qur'an, kurangi megang remot tivi dan smartphone. Yg suami juga gitu, banyakin tadabbur Alqur'an, jangan malah tafakkur di gemstone ngasah bacan.

Yg masih mau gontok-gontokkan tolong dikurangi. Kalo gak mau dikurangi, ya mohon maaf terpaksa friendlist yg gw kurangi. Wkwk...
Besok niscaya udah puasa, setan masuk tahanan, iblis diteralis, panasbung dipentung, dan panastak dijitak. Hindari status-status yang menyulut dan rentan adu mulut.
Kalo tetap mau mengedepankan aura persaingan, maka mari kita bersaing dalam postingan menu pebukaan.
Wassalam...

Dikutip dari FB Arham Rasyid --> Link

Kesaksian Allah Swt. atas Keutamaan Para Sahabat Nabi Ra



Sahabat di ciptakan Allah Taala, dan Allah menjadikan para sahabat sebagai manusia pilihan (Mukhtar kuluhum). Walaupun adakalanya diantara sahabat terjadi perselisihan, setelah Rasulullah Saw. tidak ada. Untuk menunjukan para sahabat itu pilihan Allah Taala, dan mereka mempunyai kedudukan yang istimewa disisi Allah; orang-orang yang pernah bermuwajahah, bertatap muka dengan Rasulullah Saw., diberi keistimewaan. Apa diantaranya? Untuk menjawabnya saya akan mengambil analogi dari peristiwa Isra mi’raj. Keterangan ini mungkin agak musykil, sukar, mungkin karena anda jarang mendengar.

Analogi keistimewaan sahabat dalam peristiwa Mi’raj
Nabiyullah Musa as., diantara Nabi-nabi yang mendapatkan nurnya Rasulullah Saw. Kemungkinan, sedikit banyak, Nabi Musa As. mendapat ‘Nur 'min amalil ubudiah', pancaran cahaya karena kesalehan, bukan 'nur' pertama kali nabi di ciptakan oleh Allah Swt. Dasarnya apa? Ketika Rasulullah menghadap Allah Swt., pada waktu Mi’raj.

Pada waktu Mi’raj, Rasulullah  Saw bertemu kepada Allah, dan langsung diberi tugas sholat lima puluh waktu. Yang minta, mengusulkan dikurangi, karena alasan  umatmu tidak kuat, lima kali-lima kali, siapa? Nabiyullah Musa. Permasalahannya disini, ketika Nabiyullah Musa bertemu dengan Rasulullah Saw., setelah menerima tugas lima puluh waktu, Rasulullah Saw. baru kembali dari bertemu dengan Allah.

Pada kesempatan itu Rasulullah Saw. membawa Nur atsar nadzor ila wajhil karim, cahaya bekas melihat Allah secara langsung. Begitu ketemu dengan Nabiyullah Musa As., yang terpantul dari cahaya, barokah nadzor ila wajhil karim yang pertama kali mendapat siapa? Nabiyullah Musa.  Begitu Nabiyullah Musa As mengusulkan lagi; umatmu tidak kuat, balik lagi, menghadap kepada Allah Taala. Begitu ketemu, Rasulullah Saw. membawa tambah nurnya. Yang pertama mendapat berkah lagi dari pertemuan  Rasulullah Saw. dengan Allah Taala siapa? Nabi Musa As. Itu hebatnya.


Walaupun Nabiyullah Musa As. di gunung Turisina ingin melihat Allah tidak bisa, karena ketika munajat saja melihat wibawanya Allah ‘kâna shaiqan’, pingsan. Tapi mendapat ganti karena melihat Rasulullah Saw. pada waktu Mi’raj. Mendapat nur min Rasulullah, atsaran kamilah, mendapat cahaya Rasulullah Saw. secara sempurna, itu hebatnya.

Setelah Nabi Saw. turun dari langit bertemu dengan para Sahabat, setelah Nabiyullah Musa, yang kedua yang mendapat barakah 'nur nadzor ila wajhil karim' siapa? Sahabat. Ini hebatnya. Keterangan ini mungkin baru anda dengar.

Dengan dasar ini, para sahabat mendapat dua nur, nur atsar minadzor ila wajhil karim,  yang kedua mendapatkan cahaya Rasulullah Saw. Saban hari, mereka duduk, ruku, sujud dan sebagainya, bersama-sama dengan Rasulullah. Walaupun antara sahabat ada kontroversi, seperti Muawiyah contohnya.

Secara pandangan Ahlu Sunah wal Jamah, apapun ijtihad Muawiyah adalah salah, tapi Ahlu Sunah tetap dalam pendirian; tidak ada hak untuk mengakfirkan kepada Muawiyah. Atau mengecap sebagai kafir. Tetap memuliakan kedudukan Muawiyah sebagai sahabat.

Wajar, karena sahabat adalah bukan maksum sebagaimana para nabi. Para sahabat hanya mendapatkan mahfudz minallah, penjagaan dari Allah Taala. Dan mahfudz dari Allah Taala itu bertingkat, tidak sekaligus semua mendapatkan mahfudz. Bertingkat, sebagaimana ubudiahnya para sahabat-sahabat itu sendiri.

Walaupun demikian, untuk menutupi kekurangan sahabat yang pada waktu itu terkadang melakukan kekhilapan. Keturunananya itu diangakat menjadi wali Quthbil Gaust, itu banyak. Diantaranya siapa? Umar bin Abdul Aziz masih ada darah dari Muawiyah.

Cucunya sendiri menjabat Quthbil Gaust; Muawiyah bin Yazid bin Muawiyah. Beliau seorang Quthbil Gaust di jamannya. Luar biasa kan! Ini membuktikan  kemuliaan Maqomah (kedudukan) sahabat. Makanya jangan sembarangan, dewe melu-melu nyacat sahabat,  kita jangan sembarangan kita ikut-ikutan mencela sahabat.

Sahabat itu, tadi, disamping Mukhtar minallah, pilihan dan diangkat oleh Allah. Dalam pengangkatan sahabat juga disaksikan baginda Nabi. Yaitu dengan pengikraran keimanan mereka yang disaksikan oleh Nabi Saw.  Kesaksian Rasulullah Saw. ini di kuatkan oleh Allah, dalam surat Fatah ayat 29: “Muhammad Rasulullah walladzina maahu assyida’u ala al Kuffar, ruhama’u bainahum, tarâhum rukkaan, sujjadan, yabtaghuna fadzla minallah waridhwana, simahum fi wujuhihim min atsari sujud”, Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. ‘Yatal’la’ nuruhum min atsari sujud’, mukanya semakin bercahaya karena sujudnya kepada Allah. Bukan karena jidat nempel terus pada tempat sujud. Allah taala memberikan atsar, atsari sujud yatala’la minnuri sujud, dari tawadhu-nya, dari tauhidnya, dari keyakinnanya, dari makrifatnya, dari sujudnya, bukan min atasril karpet, bukan bekas  karpet.

Dari orang-orang yang demikian, sahabat dibagi beberapa macam, ada yang tingkatan aulia, ada yang hanya tingkatan ulama. Jadi setiap sahabat pada jaman sahabat pasti ulama, setiap ulama pasti sahabat. Tapi setelah sahabat, at Tabiin, tidak pasti ulama. Walaupun dalam tingkatnya masing-masing.


Kesaksian Allah Swt. atas Risalah dan Keistimewaan Nabi Muhammad Saw



Allah Swt. memberikan dasar kepada kita; kaum beriman: al Quran dan sunah Nabi.  Yang dibawa oleh Jibril As,  disebut al Quran al Adzim. Kemudian sunah atau hadis nabi dibagi menjadi dua, ada yang disebut hadis ada pula yang disebut hadis qudsi.

Keduanya banyak di pakai untuk menguatkan kedudukan al Quran al Karim.  Sementara hadis qudsi mempunyai keistimewaan lain, yaitu untuk menunjukan bagaimana hubungan Rasulullah Saw. dengan Allah Swt. Jadi Al Quran maupun hadis qudsi sama-sama menunjukan istimewanya kedudukan Nabi Muhammad Saw. disisi Allah Swt.

Al Quran al Adzhim mempunyai dua fungsi. Pertama fungsinya sebagai dasar-dasar ajaran. Fungsi pertama ini mencakup beberapa hal penting: pertama adalah hukum, masalah perintah  dan lain sebagainya, ini terangkum dalam Fiqh; selanjutnya akidah atau tauhid; kemudian tasawuf dan terakhir sejarah (tarikh). Fungsi kedua al Quran adalah sebagai dasar dari keyakinan kebenaran Islam. Atau dapat dikatakan juga sebagai syahadah, kesaksian, bukti dari Allah Swt. atas kebenaran Rasulullah Saw. atas semua yang dibawanya dan disampaikan olehnya. Serta sebagai bukti istimewanya kedudukan Nabi Saw. disisi Allah Swt. Semisal kesaksian Allah Swt. bahwa Nabi Muhammad adalah benar-benar Rasul Allah Swt.

Kesaksian-kesaksian Allah Swt. pada Nabi Muhammad diantaranya kesaksian akan sipat, karakter dan fisiknya; “Laqod jaakum Rasulun min anfusikum 'Azizun alaihi ma anittum harishun alaikum bil mu'minina Ro'ufurrohim” (QS: at Taubat: 128). Allah Taala yang menugaskan Nabi sebagai utusan tidak sekedar memerintah, tetapi juga Allah Swt. menerangkan  kedudukan yang di
perintah. Mulai dari fisiknya, karakternya, pribadinya dan lain sebagainya, sebagaimana tergambar dalam ayat tersebut. Bukan sekedar memerintah, seperti kebiasaan kita memerintah.

Allah Ta'ala menguatkan kedudukan yang di perintah, dari segi fisik anatominya sampai disebutkan semua dalam al Quran al Adzim. Allah Ta'ala yang menciptakan, menyaksikan, membuktikan kebesaran, keutamaan ciptaan-Nya. Untuk siapa kesaksian Allah Swt. tersebut? Untuk umat. Supaya dengan mudah umat dapat menerima ajaran-ajaran yang dibawanya. Kita bisa mengatakan; yang  menciptakan saja menyaksikan, mengakui kebesarannya, kalau kita yang termasuk ciptaanNya tidak mau menyaksikan kebesaran Nabi Muhammad Saw., keterlaluan.

"Laqod jaakum Rasulum min anfusikum", sungguh kami telah mendatangkan kepada kalian  manusia, Rasulun, seorang utusan. Utusan yang bagaimana? Allah Ta'ala disini menekankan dengan mengatakan:"min anfusikum", dari kalian jenis manusia. Bukan manusia biasa, tapi manusia luar biasa. Di buktikan dengan keluarbiasaan Rasulullah apa?  “‘Azizun alaihi ma annitum”, menanggungkan derita umat, yang pertama. kedua “Harisun alaikum ”, rasa cinta pada umat. Yang ketiga “bilmuminina Ro’ufurrohim”, rasa kasih sayang pada kaum beriman.

Tiga sipat itu seharusnya dimiliki seorang mubaligh. Keberhasilan seorang mubaligh bergantung sebarapa besar rasa ‘azizun alaihi ma annitum’ dalam dirinya. Sebab, itulah dasar pertama untuk mengajak kejalan Allah. Mubaligh harus pula membawa misi “Harishun alaikum”, dan tentu saja, “Bil mukminina Roufurrohim”. Bila mubaligh bisa membawa ini, dalam amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukannya, dia tidak akan mendahulukan hawa nafsu.

Perumpamaan 'bilmukminina roufurrohim', seperti kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Kerasnya orang tua terhadap anak bukan berarti kebencian, kerasnya orang tua terhadap anak bukan berarti kekejaman, kerasnya orang tua terhadap anak walaupun lahirnya kelihatan keras tapi penuh arti kasih sayang. Seperti anak kecil yang digandeng orang tuanya ketika menyebrang jalan, kendaraan hilir mudik tak beraturan, apakah ketika anak lari akan dibiarkan begitu saja, karena orang tua kesal,  semisal. Anak kemudian ditarik oleh orang tuanya dengan keras. Karena apa? Kalau kamu lari, pasti tertabrak mobil atau paling tidak tertabrak sepeda. Tarikan keras yang dilakukan orang tua pada anaknya dalam kondisi seperti itu, bukan karena marah bukan pula karena  dendam. Tapi karena sayang. Kalau dendam atau marah sewaktu-waktu kesal, akan dibiarkan. Itu dendam.

Akhirnya masa bodoh; mau hidup atau mati terserah. Bukankah begitu. Orang tua terhadap anak, tidak ada istilah masa bodoh, karena apa? Karena rasa sayang atau dalam al Quran disebut sebagai“Bilmu'minina roufurrohim”. Ini sifat Rasul Saw., ini tidak dimiliki oleh siapapun secara sempurna.

Maka bila kita ‘amar ma'ruf nahi munkar’, prinsip “bilmu'minina roufurrohim”, harus kita pegang betul. Sebab nahi munkar dengan mendahulukan nafsu mana  mungkin akan berhasil. Sesaat mungkin orang takut. Seperti kasus minuman keras. Dalam amar ma’ruf atas kasus ini kita selalu menitik beratkan kemunkaran itu hanya pada apa yang diminum, khomr. Lalu kita hancurkan, pabriknya di robohkan. Apa dengan membrantas minuman keras itu mereka pasti sembuh  atau spontan dengan itu mereka akan  sembuh. Orangnya yang seharusnya anda tuju, bukan justru minuman keras yang anda habisi. Bagaimana kita menyembuhkan si peminum,  si pecandu itu? Itulah tugas kita. Kalau kita tidak penuh kasih sayang pada mereka dalam menanganinya,  tidak mungkin mereka akan sembuh. Dan kalau kita mendahulukan hawa nafsu, mana mungkin mereka akan mengerti kalau di sayangi. Ini pula yang banyak menyebabkan dakwah kita tidak berhasil.

Nah Rasulullah Saw. telah di didik betul sehingga betul-betul memiliki  tiga sifat itu. Hal yang demikian membuahkan “wainaka laala Khuluqin ‘adzim”, sungguh engkau Muhammad memiliki pekerti yang sungguh mulia (QS: al Qalam: 4). Sehingga ayat-ayat:"Azizun alaihii ma annitum”, “harishun alaikum”, “bilmukminina roufurrohim”, hadis "Umirtu liutamimma makairal akhlak", lebih memperkuat 'Wainnaka laala kulukin adzim', sempurnanya pekerti yang dimiliki oleh Rasulullah Saw.

Kesaksian Allah Taala terhadap kerasulan diantarnya adalah “ Yasiin. Wal Quranul hakim. Innaka Laminal mursalin ” (QS: Yasin: 1-3). Kesaksian itu turun pada saat Rasulullah Saw.  merasakan bagaimana beratnya menundukan mereka, supaya mereka beriman.

Bukan beratnya menjadi Rasul. Seperti halnya seseorang yang menjadi polisi, beratnya bukan karena statusnya, tapi bagaimana menyadarkan masyarakat, supaya tidak berbuat kejahatan yang merugikan dirinya, merugikan masyarakat. Tanggung jawab itu, lebih berat dari status yang disandangnya.

Itu baru tingkat bawah. Kalau Rasul sudah tidak bisa di buat bandingan. Kronologi turunnya ayat tersebut (asbab al wurud) bermula pada waktu itu Rasulullah Saw. memikirkan bagaimana caranya supaya orang-orang kufar jahiliah beriman atas risalah yang dibawa oleh Rasulullah  Saw. Mayoritas dari mereka lari dan tidak beriman, apalagi sampai mau mengakui risalah

Rasulullah Saw. Tegas Allah taala menurunkan ayat: ” Yasiin. Wal Quranul hakim. Innaka Laminal mursalin”, wahai Yasin, demi al Quran yang mulia. Sungguh engkau sebenar-benarnya utusan. Seakan-akan Allah Swt berfirman: “Andaikata  mereka tidak mau mengakui wahai Muhammmad engkau utusanKu Aku yang akan mengakuimu; engkau adalah utusanKu. ‘Engkau sebenar-benar utusan’.

Sampai pula turun: "arrahman alamal Quran, kholaqol insana allamahul bayan", siapa yang dimaksud dalam ayat ini? Yaitu Rasulullah Saw. Dalam surat al ‘Alaq Allah Swt berfirman: "Iqro bismirobbikaladzi kholaq, kholaqo al insana min ‘alaq, iqro warobbuka al akrom" (QS: al ‘Alaq: 1-3), kepada siapa pertama kali ayat ini ditujukan? Pada Rasulullah Saw. Dalam surat al Hujurat ayat 13,  Allah Swt. Berfirman:"Inna akromakum indallahi atqoqum", sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling taqwa diantara kalian. Siapa yang dimaksud dengan'al akram wal atqo’ dalam ayat tersebut? Rasulullah Saw. Kalau kita ditanya siapa yang paling mulia? Kita harus menjawab Rasulullah Saw. sebab beliaulah orang yang paling taqwa.

Oleh sebab itu, kalau ingin menjadi orang yang taqwa. Tidak ada cara selain mengikuti (ittiba’) meniru dan mencontoh teladan Sayidina Muhammad Saw., dijamin dia akan termasuk orang yang taqwa.

Dari apa yang telah saya uraikan, kita akan  mengakui, mengetahui dan meyakini bahwa Rasulullah Saw. adalah orang yang istimewa, dan seorang manusia yang berbeda dari manusia pada umumnya. Sebab itu pula  kalau ada orang mengatakan atau minta disamakan dengan Rasulullah Saw., adalah orang yang menghayal. Sama darimana? Dia tidak mendapat penyaksian dari Allah Swt.

Sementara Rasulullah  Saw. disaksikan: akhlak, susunan antominya, susunan fisiknya dan sebagainya.  Yang menciptakannya sendiri yang menyaksikan, Allah Swt. Bukankah lebih akurat! Darimana bisa-bisanya kita berani menafsirkan Rasulullah manusia biasa.

Lalu bagaimana dengan ayat; “Qul inama ana basyarum mislukum” (QS: al Kahfi: 110)? Maksud ayat itu bahwa pesan-pesan kerasulan Nabi Muhammad Saw. dapat diterima dengan mudah olah manusia. Karena Rasulullah Saw. sendiri adalah manusia. Itulah maksud ayat al Quran diatas. Memberi kesadaran pada umat bahwa Allah Swt. telah mempermudah manusia (litashil al umat) untuk menerima ketentuanNya melalui utusan dari golongan manusia pula. Dan itu merupakan salah satu dari sekian rahmatNya. Basyar, manusia dalam ayat itu bukan berarti menyamakan Rasulullah dengan kedudukan manusia biasa. Tidak! “Qul inama ana basyarum mislukum”, kami ini sepertis kalian; berbicara, bermata, bertelinga. Manusia, sama-sama manusia, Mistlukum, seperti kalian.

Akan tetapi kata ‘mistlukum’ tidak bisa dikatakan berarti sama sekali sama atau persis sama.

Rasul dari kalangan manusia yaitu untuk memudahkan umat. Sebab Seandainya Rasul dari kalangan Jin, akan menyulitkan manusia, sebab jin tidak terlihat. Kalaupun terlihat manusia pasti lari. Sementara malaikat tidak terkena kewajiban: “Qu anfusakum wa ahlikum nara”(QS: at Tahrim), menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Sebab malaikat tidak punya anak serta tidak punya istri. Lalu siapa yang berperan menjadi utusan atau rasul? Jawabannya adalah manusia. Dan manusia yang menjadi rasul itu
adalah Nabi Muhammad Saw.

Dalam membahas Ahlu Sunah kita jelaskan terlebih dahulu fungsi al Quran sebagai saksi kerasulan dan keistimewaan Nabi Muhammad Saw. Supaya kita tahu sumber-sumbernya dahulu. Sehingga kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah Saw. Sebagai sumber utama Ahlu Sunah adalah manusia luar biasa yang karakter, fisik dan perjalanan hidupnya di abadikan dalam al Quran.


SIapkan Diri Bertemu Baginda Nabi SAW



Ada seorang tamu yang bertanya kepada Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, “Habib saya minta diceritakan kisah Rasulullah Saw walaupun sedikit saja”. Maulana Habib Luthfi terdiam.

Kemudian tamu bertanya kembali, Apakah perasaan rindu kepada Rasulullah Saw nyata atau halusinasi? Maulana Habib Luthfi menjawab, perasaan itu nyata, itu hubungan antara Rasulullah saw dengan umatnya. Bukan halusinasi.

Kemudian sambil terisak menahan tangis, bertanya kepada Habib Luthfi bin Yahya, Apakah Rasulullah saw tahu dinamika dan detail kehidupan yang dijalani oleh umatnya?

Maulana Habib Luthfi bin Yahya menjawab : “Kalau tidak tahu dunia ini akan hancur. Rasulullah saw dengan ijin Allah menjaga kehidupan umat manusia, menjaga bumi ini. Jangankan Nabi saw, para walipun tahu. Oleh sebab itu para wali senantiasa memohon kepada Allah untuk menghindarkan musibah dari manusia dan memberikan segala kebaikan bagi kehidupan manusia di bumi”.

Maulana Habib Luthfi bin Yahya melanjutkan, “karena kasih sayang Nabi kepada umatnya, umat mudah sekali bertemu dengan Rasulullah saw (melalui mimpi maupun secara langsung). Bahkan, lebih mudah bertemu Nabi saw daripada bertemu para wali, wakil-wakil Nabi di bumi ini”.

Kemudian Maulana Habib Luthfi bin Yahya membaca beberapa bagian dari kitab Sa’adat darain, yang disusun oleh Syeikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani.

“Diantara manfaat terbesar membaca Shalawat kepada Nabi Saw adalah dapat melihat Nabi saw dalam mimpi. Dan akan terus meningkat kualitas mimpinya seiring semakin banyaknya shalawat yang dibaca, sampai bisa melihat Nabi saw dalam keadaan terjaga. Nabi saw bersabda,   “  " من رانى فى المنام فقد رأني حقا

“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata (hak)”. Jika ingin bertemu Nabi Saw maka hidupkanlah waktumu dengan memperbanyak shalawat. Dalam ada beberapa hadis lain tentang mimpi bertemu Nabi, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar:

من رأنى فى المنام فقد رأنى فأن الشيطان لا يتمثل بي

“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata, karena sesungguhnya syaithan tidak dapat menyerupaiku”.

Dalam hadis lain riwayat Abu Hurairah,

من رانى فى المنام فقد رأنى فان الشيطان لايتصور أو قال لا يتشبه بي.

“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata, karena sesungguhnya syaithan tidak dapat menyerupaiku”.

 Hadis ketiga diriwayatkan oleh Thariq bin Asyim RA, Rasulullah saw bersabda,

من رأنى فى المنام فقد رأنى

Dalam hadis lain disebutkan, من رأنى فى المنام فسيرانى فى اليقظة ولا يتمثل بي

“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga, dan Syaithan tidak dapat menyerupaiku.

Menurut ulama, hadis ini berlaku secara umum, baik dahulu ketika Rasulullah saw masih hidup, maupun saat ini, ketika Rasulullah saw sudah wafat. Lalu apakah ini berlaku bagi mukmin ahli maksiat yang bermimpi melihat Nabi Saw? Menurut ulama, berlaku secara umum baik yang bermimpi orang yang taat maupun mukmin yang tidak taat. Mukmin yang tidak taat yang bermimpi bertemu Nabi saw menjadi pertanda ia akan mendapatkan petunjuk untuk melakukan ketaatan. Nabi saw bersabda, “kalian yang akan dimasukan kedalam surga, akan diberi taufiq untuk beramal baik, meskipun hanya tinggal selangkah lagi ke neraka.

Hadis-hadis ini menjadi kabar baik dari Nabi saw untuk umatnya diakhir zaman. Sebagaimana disampaikan Nabi saw, diakhir zaman kelak ada umatnya yang secara suka cita mengeluarkan sedekah, dan beramal kebaikan dengan harapan bisa bertemu Nabi saw. Nah, hadis-hadis tadi menjadi pelipur lara bagi umat yang ingin melihat Nabi. Dan Nabi menyatakan, bahwa mereka yang melihat Nabi dalam mimpi, akan berjumpa dengan Nabi dalam keadaan terjaga.

Dikisahkan suatu ketika, Ibn Abbas bermimpi bertemu Nabi, Ibn Abbas ingat sabda Nabi tentang orang yang melihat Nabi dalam mimpi. Kemudian Ibn Abbas menceritakan mimpinya kepada Shafiyah istri Nabi saw. Shafiyah memberikan jubah dan cermin yang pernah digunakan Nabi saw. Pada saat Ibn Abbas bercermin, yang Nampak dalam cermin adalah wajah  Nabi saw, bukan wajahnya”.

Habib Luthfi menambahkan, melihat Nabi secara langsung bisa dengan dua kondisi, bisa dengan yaqdztan, bisa dengan thariq kasyf. Melihat Nabi dengan thariq kasyf, terjadi seketika, seperti saat berhadapan dengan orang lain, saudara, guru, atau orang lainnya, tiba-tiba yang tampak dari wajah orang lain itu adalah wajah mulia Nabi saw. Seperti kasus, Ibn Abbas bercermin dengan cermin Nabi saw, akan tetapi yang tampak dalam cermin bukan wajah ibn Abbas melainkan wajah mulia Nabi Muhammad saw.

Terakhir Maulana Habib Luthfi mengatakan, untuk menjaga hubungan dengan Nabi saw adalah dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi. Dan shalawat adalah tali silaturahim kita kepada Rasulullah saw.


Yang Disebut Guru



Yang di sebut guru itu, adalah orang yang mampu menjawab sebelum si murid bertanya,

Pernah kami mengundang guru kami Al-Habib Abdul Qadir Bin Ahmad Al Saqqaf untuk makan siang di rumah kami, dan meskipun pada waktu itu usiaku masih belasan tahun dan belum banyak ilmu agama yang ada padaku, Habib Abdulqadir tetap menghormati undanganku dan datang kerumahku, kami makan bersama dalam majlis yang kurang dari selusin tamu..

Sesudah makan, kami melakukan sholat dzuhur berjamaah, dan waktu sedang sholat tiba tiba timbul pertanyaan tentang fiqh tata cara sholat datang mengusik dalam benakku, segera setelah sholat dan dzikir serta berdoa, al Habib memandangiku lalu bertanya, 'kamu punya kitab Imam Al Bukhari?", sungguh beruntung, karena aku punya 4 jilid Matan Al Bukhari.

Beliau Al Habib Abdulqadir, memintaku untuk membuka jilid dua, melihat dan membaca halaman sekian, paragraf ke sekian, baris kesekian.. dan disana... aku menemukan Hadits tentang apa yang jadi pertanyaanku yang datang dalam pikiranku saat sholat berjamaah tadi!!"..

اللّهمّ صلِّ على سيّدنا محمّدٍ وآله
 وصحْبه وسلِّم

8 Jun 2015

Zombie, Pahlawan Islam dari Brazil



Apa yang terlintas dalam pikiran Anda jika disebutkan “Zombie”? Jika yang muncul adalah sosok mayat hidup yang berlumuran darah dan mengejar manusia untuk digigit dan dijadikan mayat hidup berikutnya, berarti ghazwul fikri yang dilancarkan Barat telah berhasil 100%.

Barat melahirkan istilah “zombie” untuk menggambarkan mayat hidup yang tidak memiliki pikiran dan bernafsu memangsa manusia normal. Melalui serangkaian cara mulai dari novel, film hingga game, zombie digambarkan sebagai makhluk jahat yang harus dilawan. Ia mayat hidup yang tidak memiliki kebaikan sama sekali.

Namun, benarkah Zombie dalam dunia nyata seperti itu? Ternyata Zombie adalah nama salah seorang pahlawan Islam di Brazil.

Pada abad ke-XVI, tepatnya sekitar tahun 1550 Masehi, Islam mulai masuk ke Brazil. Saat itu, orang-orang Portugis memasukkan budak-budak Afrika ke Brazil sebagai tenaga pekerja di kebun tebu. Mayoritas budak-budak Afrika ini beragama Islam sehingga sejak saat itu ada banyak muslim di Brazil.

Tahun demi tahun, jumlah muslim di Brazil semakin banyak. Selain para pendatang, penduduk asli juga mulai ada yang masuk Islam, menjadi mualaf. Posisi kaum muslimin pun semakin kuat, bukan hanya para pekerja tebu.

Ketika posisi Islam di Brazil menguat, Pasukan Salibis menghabisi mereka. Pasukan Salibis berusaha menghancurkan Islam hingga ke akar-akarnya. Dan mereka menganggap program mereka berhasil. Islam telah dilumatkan.

Di saat seperti itu, pada tahun 1643, tiba-tiba muncul seorang pahlawan Islam. Dengan gagah berani ia mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Brazil setelah sebelumnya bergerak mendakwahkan Islam ke berbagai penjuru Brazil dan mengajak para tokoh dan pimpinan di wilayah itu untuk masuk Islam. Nama pahlawan itu adalah Zombie.

Salibis yang mengira Islam di Brazil telah mati tersentak. Rupanya Islam belum mati. Zombie telah menghidupkan Islam kembali di bumi Brazil. Dan karenanya, pasukan Salibis pun segera menjadikan Zombie sebagai target. Dan rupanya, Zombie tidak hanya dimusuhi di waktu itu. Namanya pun dihancurkan di abad modern ini.



Keterangan foto:
1. ilustrasi
2. foto buku referensi Zombie
مائة من عظماء أمة اﻹسلام غيروا مجرى التاريخ
difoto oleh Abu Zubair Bamajbur


5 Jun 2015

Lambang RI Mirip Kerajaan Samudera Pasai



Jangan salah duga dua lukisan di atas sekilas mirip. Namun kalau diperhatikan detil sangat berbeda. Keduanya juga merupakan lambang dua negara yang berbeda. Yang pertama Garuda Pancasila lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan yang kedua lambang Kerajaan Samudera Pasai. 

Asal muasal penggunaan lambang Garuda Pancasila sebagai lambang negara adalah bermula saat Sultan Abdurrahman Hamid Alkadrie II (Sultan Hamid II) memenangi sayembara lambang negara. Sayembara ini diadakan oleh Presiden Soekarno. Sebelumnya ada usulan lambang negara yang diajukan oleh M. Yamin namun ditolak oleh panitia karena masih ada pengaruh Jepang melalui penempatan sinar matahari.  

Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, baru pada tahun 1950 kita memiliki lambang negara. Jadi selama lima tahun itu Indonesia nirlambang negara. Garuda Pancasila ditetapkan sebagai lambang Negara RI pada 11 Februari 1950 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 1951. 

Lalu Presiden Soekarno memperkenalkan lambang itu kepada masyarakat pada 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes Jakarta.  Sebelumnya Garuda juga sudah menjadi lambang kerajaan atau stempel kerajaan di Jawa seperti Kerajaan Airlangga.

Sebelum digunakan secara resmi sebagai lambaga negara RI, Garuda juga sudah dipakai sebagai lambang Kerajaan Samudera Pasai yang dulu kala berpusat di Aceh Utara. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malikussaleh (Meurah Silu) pada abad ke 13 atau pada 1267. Seorang petualang Ibnu Batuthah dalam bukunya Tuhfat al-Nazha menuturkan Samudera Pasai sudah menjadi pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara. 

Siapa sebenarnya yang merancang lambang Kerajaan Samudera Pasai? “Lambang Kerajaan Samudera Pasai dirancang oleh Sultan Samudera Pasai Sultan Zainal Abidin. Lambang burung itu bermakna syiar agama yang luas, berani dan bijaksana,” sebut R Indra S Attahashi kepada Beritasatu.com, Sabtu (6/10).

Indra menjelaskan, lambang berisi kalimat Tauhid dan Rukun Islam. Rinciannya, kepala burung itu bermakna Basmallah, sayap dan kakinya merupakan ucapan dua kalimat Syahadat. Terakhir, badan burung itu merupakan Rukun Islam. 

Pria kelahiran 1974 itu menjelaskan lambang itu disalin ulang oleh Teuku Raja Muluk Attahashi bin bin Teuku Cik Ismail Siddik Attahashi yang merupakan Sultan Muda Aceh yang diangkat pasca peristiwa Perang Cumbok pada 1945. Ketika itu di Aceh Tamiang ada kerajaan sendiri bernama Kerajaan Sungai Iyu

“Bisa saja disebut, lambang negara Indonesia ini meniru lambang Kerajaan Samudera Pasai yang duluan eksis sebelum kaum Nasionalis Marhaenisme merancang NKRI,” ungkap Indra yang juga generasi ketujuh dari Kerajaan Sungai Iyu.

Indra menjelaskan, lambang Kerajaan Samudera Pasai itu sudah ada dalam silsilah keluarganya lebih dari 100 tahun lalu. Dari kakek atau nenek, lambang itu diwariskan dari generasi ke generasi yang selalu dikisahkan bahwa itu lambang Kerajaan Samudera Pasai. 

Disebutkan, asal-usul pendiri Kerajaan Samudera Pasai berasal dari keturunan Turki yakni Al Ghazy Syarif Attahashi yang merupakan panglima memimpin utusan Dinasti Usmaniyah (Ottoman) yang membantu Aceh menghadapi serangan Portugis. Kemudian panglima ketujuh itu menikah dengan seorang putri Sultan Iskandar Muda.

Perihal lambang Negara Indonesia yang mirip dengan lambang Kerajaan Samudera Pasai juga dituturkan oleh Ibrahim Qamarius dosen Universitas Malikussaleh Aceh Utara. Setelah digelar seminar  International Conference and Seminar "Malikussaleh; Past, Present and Future di Aceh Utara pada 11-12 Juli 2011, masyarakat mengirim lambang Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan replika. 

Lambang itu dilukis oleh Teuku Raja Muluk Attahashi, keturunan dari panglima Turki Utsmani yang ke Aceh ketika Sultan Iskandar Muda menghadapi Portugis, pimpinan dari Panglima Tujuh Syarif Attahashi. 

Ibrahim menjelaskan, walaupun lambang Indonesia mirip dengan Kerajaan Samudera Pasai belum bisa dipastikan Indonesia meniru dari Samudera Pasai. Menurutnya, perlu pengkajian lebih lanjut

“Panitia melakukan pengkajian konprehensif mengenai lambang atau gambar tersebut dan kemungkinan dibahas pada International Conference and Seminar Malikussaleh kedua pada 2013,”  ungkap Ibrahim yang mantan ketua panitia konferensi itu kepada Beritasatu.com,  Sabtu (6/10).

Terlepas dari klaim inspirasi Garuda dari lambang Kerajaan Samudera Pasai, sejarawan LIPI Aswi Warman Adam menegaskan kalau klaim itu menunjukkan kecintaan bangsa Indonesia. "Ini bukanlah sebuah klaim yang menjurus ke arah negatif. Ini merupakan sebuah bentuk kecintaan bangsa Indonesia, yang dulu saat proses pemilihan lambang negara memang ikut terlibat," kata Asvi