CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

26 Agu 2015

Nabi Muhammad dan NU: Nabi pun Sangat Memperhatikan NU



Saat memberikan taushiah pada Harlah NU Cabang Pekalongan, Syaikhina wa Maulana Al-Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya mengingatkan pentingnya warga Indonesia berpegang pada ( aaran) Ahlussunnah wal jamaa al-Nahdliyyah. 

Berikut kutipannya :

"Menjelang berdirinya NU beberapa ulama' besar berkumpul di masjidil haram,ini sudah tidak tertulis dan harus dicari lagi narasumber2nya,bliau2 menyimpulkan sdh sangat mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya thoriqoh ahlussunnah waljamaah. Akhirnya di istikhorohilah oleh para ulama' haramain.

Hasilnya para ulama' haramain mengutus Kyai Hasyim Asy'ari untuk pulang ke Indonesia dan menemui dua tokoh ulama' di negeri itu.

Kalau dua orang ini meng-iyakan maka jalan terus,kalau tidak maka ya jangan diteruskan.

Dua tokoh tsb adalah Al-Habib Hasyim bin Umar bin Thoha bin Yahya Pekalongan dan Syaikhina Mbah Yai Ahmad Kholil bin Abdullatief Bangkalan.

Oleh sebab itu tidak heran jika muktamar NU ke-5 dilaksanakan di Pekalongan pada tahun 1930 M, untuk menghormati Habib Hasyim yg wafat pada waktu itu,itu suatu penghormatan yg luar biasa.

Tidak heran jika di Pekalongan dua kali menjadi tuan rumah muktamar thoriqoh. Tidak heran krn dari sananya,kok tau ini semua dari mana sumbernya?

Dari seorang yg sholeh yaitu Kyai Irfan.

Suatu ketika saya duduk2 sama Kyai Irfan,Kyai Abdul Fatah dan Kyai Abdul Hadi.

Kyai Irfan bertanya kepada saya "Kamu ini siapanya Habib Hasyim?"
Yang menjawan adalah Kyai Abdul Hadi dan Kyai Abdul Fatah "ini cucunya Habib Hasyim Yai"

Akhirnya saya diberi wasiat olehnya :

"mumpung saya masih hidup tolong dicatat sejarah ini ya,Mbah Yai Hasyim datang ketempat Yai Yasin,Yai Sanusi ikut serta saat itu,disitu diiringi Yai Asnawi Kudus,trus diantar kepekalongan. Lalu bersama Yai Irfan datang ke kediaman Habib Hasyim,begitu Kyai Hasyim Asy'ari duduk, Habib Hasyim berkata

"Kyai Hasyim laksanakan niatmu membentuk wadah ahlussunnah waljamaah, saya rela tapi tolong saya jangan ditulis" begitu wasiat Habib Hasyim.

Kyai Hasyim Asy'ari pun merasa lega dan puas,kemudian bliau menuju tempat Mbah Kyai Kholil Bangkalan,Mbah Kyai Kholil bilang kpd bliau "teruskan niatmu santriku,saya rela seperti halnya Habib Hasyim meridloimu,tapi saya minta tolong nama saya juga jangan ditulis" lantas Kyai Hasyim bertanya lagi kpd Mbah Kyai Kholil "bagaimana ini Kyai kok semua tidak mau ditulis?

" Mbah Yai Kholil pun menjawab "kalau mau ditulis ya silahkan tapi sedikit saja"

Itulah tawaddhu'nya Mbah Yai Kholil kepada Al-Habib Hasyim,dan ternyata sejarah itu juga dicatat oleh Gus Dur" pungkas Kyai Irfan

Demikian seklumit perjalanan tentang Nahdlatul Ulama',inilah para pendirinya merupakan tokoh2 ulama' yg luar biasa,makanya hal2 seperti itu patut ditulis,biar anak2 kita tidak terpengaruh oleh yg tidak2,sebab mereka tidak mengetahui sejarah,anak2 kita banyak yg buta apa sih NU itu? apa sih Ahlussunnah Waljamaah itu? Lah ini permasalahan kita,upaya pengenalan itu yg paling mudah dengan memasang foto2 para pendiri NU,khususnya Hadrotus Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari

Ust Hijrah Yanuar Ishaq (santri Habib Lutfi bin Yahya) bercerita "Kyai Syafiq Pekalongan,seminggu sebelum maulid akbar berlangsung,sekitar jam 1 dini hari pernah di dawuhi Abah Habib Lutfi bin Yahya "Gus aku iki wes umur hampir 70,wes pingin leren,pingin mulang neng pondok,ndandani sholat seng iseh okeh salahe neng masyarakat,tetapi kok ben wengi Kanjeng Nabi Muhammad SAW rawuh nepuk-nepuk pundakku seroyo dawuh "Bib,tolong urusi NU,urusi NU"

(Gus saya ini sudah umur hampir 70,sudah ingin istirahat, sudah ingin mengajar di pesantren,
memperbaiki sholat yg masih banyak salahnya di masyarakat, tetapi setiap malam kok Kanjeng Nabi Muhammad selalu hadir seraya menepuk-nepuk pundakku dan berkata "Bib,tolong urusi NU,urusi NU".......

Habib Lutfie Bin Yahya....

Semoga Thowil Umur. Sehat .

Semoga membawa manfaat

Habib Abdurrahman: Seluruh Wali Kenal Gus Dur



Pada suatu ketika, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf Bukit Duri Tebet menegur dua orang muridnya, KH. Fakhrurrozi Ishaq dan Habib Idrus Jamalullail, yang pernah melakukan penghinaan pada Gus Dur 

Saat itu cucu pendiri hadratusyaikh K.H. Hasyim Asy'ari telah menjadi Presiden RI ke-4.

Menurut penuturan Ustadz Anto Djibril yang ketika itu hadir di pengajian hari Senin pagi itu Al-Walid bertanya kepada jama'ah yang hadir, "Aina Rozi wa Idrus bin Alwi...? (Mana Rozi dan Idrus bin Alwi?)"

Dan keduanya yang hadir mengaji sama menyahut, "Maujud ya habib (Ada, wahai Habib)."

Lalu Habibana berkata, "Ente berdua jangan pulang ya, ana ada perlu."

"Ya Rozi ya Ye' Idrus, ente berdua kalau jadi muballigh gak usah kata-kata kotor sama orang, apalagi sama cucunya KH. Hasyim Asy'ari itu. Ente tahu yang namanya Gus Dur itu siapa? Biar ente faham ya... seluruh Auliya'illah min Masyariqil Ardhi ilaa Maghoribiha, kenal dengan Gus Dur dan ente ini siapa berani mencela - mencela dia," kata al-habib. 

Habib Abdurrahman melanjutkan nasihatnya, "Dan ana sangat malu kalau ada murid atau orang yg pernah belajar sama ana menghina Gus Dur dan juga menghina lainnya. Kalau ente belum bisa jadi seperti Gus Dur, diam lebih baik. Kalau sudah bisa jadi seperti Gus Dur, ngomong dah sana sampe berbusa-berbusa."

Maka sejak mendapat teguran dari Al Walid itulah, KH. Fakhrurrozi Ishaq dan Habib Idrus bin Alwi Jamalullail bungkam kalau pas bicara masalah Gus Dur.

Sumber: cerita diatas diceritakan oleh Hamim Mustofa dalam akun facebooknya, dengan sedikit pengubahan gaya penulisan.

25 Agu 2015

Kyai NU Yang Jadi Pimpinannya Para Wali (Wali Quthub)



Tidak ada yang menyangka, ternyata Mursyid 13 thariqah dan ulama besar NU ini adalah seorang Wali Quthub (pimpinannya para wali). Berikut adalah kesaksian dari Kyai Mujib, putera KH. Ridwan Abdullah pencipta lambang NU.

Kyai As'ad laksana samudera tak bertepi. Beliau semakin didekati kian bertambah tidak kelihatan. Saya sangat berpengalaman. Bahkan saya pernah mencium seluruh tubuhnya, kecuali yang memang tidak boleh.

Setelah saya pijat selama hampir 3 jam, beliau tertidur sangat pulas. Saya ciumi sekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai telapak kaki. Saya tidak mendapatkan bau apa-apa. Sampai hati saya berkata, "beliau ini ada atau tidak ada? Apakah ini orang yang dikatakan sudah berada di maqam fana?"

Hampir 20 tahun saya hidup bersama beliau. Tambah dekat dan tambah lama, semakin tidak kelihatan, sulit ditebak. Saya baru diberi tahu dan mengerti, baru yakin siapa beliau ini, setelah saya sampai di Madinah tahun 1987 saat ditunjuk sebagai petugas haji oleh pemerintah. Sebelum berangkat haji, saya pun minta izin ke beliau.
"Pak Mujib, pergi haji Sampean ini sunnah tapi sampai (datang) ke Haramain tahun ini wajib (fardhu kifayah). Kalau Sampean tahun ini tidak datang ke tanah Haram, dosa Sampean besar," kata Kyai As'ad.

"Kenapa?" tanyaku.
"Jawabnya nanti di sana, bukan di sini," kata Kyai As'ad. "Namun Sampean jangan berkecil hati. Sampean saya pinjami ijazah. Setelah pulang, ijazah tersebut harus dikembalikan. Tidak boleh dipakai terus."
"Kalau saya sudah hafal bagaimana, Kyai?" tanyaku.
"Ya terserah, kalau Sampean jadi bajingan."

Sampai larut malam, saya tidak diperbolehkan pulang. Saya disuruh pulang besok pagi. Tapi ijazah itu, tidak 'dipinjamkan' sampai saya tertidur. Ternyata, dalam tidurku itu saya ditalqin ijazah. Lalu saya ditanya apakah masih punya wudhu. Saya jawab, masih punya. Baru kemudian saya ditalqin.
Menjelang Shubuh saya pun terbangun. Ternyata di bawah bantal ada secarik kertas yang ditulis oleh Kyai As'ad. Bunyinya persis seperti ijazah dalam tidur tadi. Mungkin beliau takut saya lupa.
Setelah saya pulang dari haji, beliau sudah ada di rumah saya ingin mengambil ijazah itu. "Saya tidak minta oleh-olehnya, Pak Mujib. Hanya saja ijazah itu harus dilembalikan," kata Kyai As'ad. Mungkin, ijazah itu takut disalahgunakan.

Alhamdulillah saya berhasil menunaikan ibadah haji. Ada beberapa peristiwa yang saya alami, yang hanya bisa saya ceritakan kepada Kyai As'ad. Semuanya saya ceritakan. Lalu saya bertanya: "Ada satu Kyai, yang menyangkut Panjenengan."
"Lho, sampean ke sana mau ngurus saya juga ya?" Tanya Kyai As'ad dengan nada marah.
Saya pun dimarahi oleh beliau. "Sampean ke sana dengan saya pinjami ijazah segala, jadi ngobyek saya juga ya? Kurang ajar Sampean ini!" katanya agak marah.
"Ya tidak begitu, Kyai. Masa saya sudah ikut Panjenengan hampir 20 tahun, kok tidak tahu siapa sebenarnya Panjenengan?" jawabku.

"Lha iya, Sampean ngobyek, ingin tahu saya. Apa hasilnya?"
"Saya disuruh membacakan ayat di hadapan Panjenengan!"
"Ayat apa?" Tanya Kyai As'ad.
"Ayat al-Quran. Dengan syarat, kalau Panjenengan mau. Kalau tidak mau ya tidak usah!" jawabku.
"Mana ada kyai yang tidak mau dibacakan al-Quran? Gila Sampean ini!" kata Kyai As'ad.
"Lha wong 'Bos' di sana bilang begitu, Kyai," kata saya melucu.
Ceritanya, sewaktu di tanah Haramain saya bertemu 'Bos'. Kata Bos: "Kalau Kyai As'ad tidak mengaku siapa sebenarnya beliau, bacakan ayat ini. Dengan catatan beliau harus mau."
"Kalau tidak mau, ya saya tidak akan pernah tahu siapa Kyai As'ad," jawabku. Karena itu saya pun mendesak 'Bos' itu.

Lalu 'Bos' berkata: "Ya... tidak maunya itu ngakunya!"
Saya lalu membacakan ayat yang dimaksud di hadapan Kyai As'ad:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
"Maka bagaimana jika Kami mendatangkan saksi dari setiap umat dan Kami mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka?" (QS. an-Nisa ayat 41).
Belum selesai saya membaca ayat tersebut, beliau menangis sejadi-jadinya, menjerit sampai bercucuran air mata. Inilah pengakuan yang tidak bisa dihindari. Saya tembak di tempat dengan resep 'Bos' tadi. Ya, jangan tanya siapa 'Bos' tersebut.

Saya tunggu. Beliau nangis hampir satu jam, itu pun masih terisak-isak seperti anak kecil. Lalu saya diajak salaman. Ketika saya mau mencium tangan beliau, tidak diperbolehkan. "Kali ini Sampean tidak saya izinkan mencium tangan saya," kata Kyai As'ad masih dalam keadaan terisak.
Saya pucat. "Wah, haji saya kali ini mardud (tertolak)," begitu dalam benak saya. Mengapa? Sebab saya telah membuka rahasia besar, yang di dunia ini orangnya hanya satu. Wali Quthub ini, di dunia hanya satu. Itu rahasianya saya buka, walaupun saya disuruh 'Bos'.
"Pak Mujib, apa Sampean tidak keberatan belas kasihan sama saya. Saya minta belas kasihan Sampean. Saya minta belas kasihan Sampean agar jangan sampai ngomong kepada orang lain selama saya masih hidup, siapa diri saya ini!" Pinta Kyai As'ad kepadaku. 

(Disadur dari buku berjudul "Kharisma Kyai As'ad di Mata Umat").

14 Agu 2015

Belajar Dari Sebuah Nasi



Dandanannya bergegas dibuat semenarik mungkin. Laiknya akan menghadapi seorang tamu dalam sebuah jamuan. Begitu makanan dihidangkan, tangannya siap menyuap dengan perlahan. Butir demi butir nasi dimasukkan ke dalam mulutnya penuh dengan perasaan.

Tatkala ada sebutir saja nasi yang jatuh, langsung diambilnya lalu dimakan tanpa sungkan. Jika tak memungkinkan, karena terlalu kotor, mungkin itu menjadi rizki bagi ayam yang harus ia beri makan. Sang murid kesayangan pun menjadi terheran-heran. Dengan sungkan, terpaksa murid itu (Habib Luthfi bin Yahya) mengutarakan: "Maaf Bah, kenapa setiap kali mau makan Abah selalu demikian?"

Sang guru diam sejenak, sembari tersenyum dijawab: "Kamu lihat di sebutir nasi ini? Ternyata untuk menjadi nasi tidak sesederhana ketika kita memakannya. Di dalamnya ada peluh keringat kerja keras para buruh tani, mulai dari yang membuat bibitnya, mencangkul tanahnya, membajak sawahnya, menanam benihnya, menyiraminya, merabuknya, merawatnya, memanennya, menjemurnya, menumbuknya, memasaknya, barulah menjadi sebutir nasi ini. Aku melakukan ini demi untuk menghormati mereka," pungkas Mbah Malik dengan air mata berlinangan.

Kita jadi mafhum, bagaimana Nabi Saw. dalam sabdanya dengan tegas berpesan: "Innama tunsharuna waturzaquna illa bidhu'afaikum", sungguh tidaklah kalian meraih pertolongan dan rizki terkecuali hanya karena para dhuafa (kaum lemah) diantara kalian. 


Jika Kafir Dihabisi Yang Tersisa Hanya Nabi




Pria berpakaian gamis dan bersorban itu maju ke depan mewakili rombongan. "Meski di luar topik pembahasan, mumpung di sini ada Gus Mus, saya mau tanya apa betul Gus Mus dekat dengan Gus Dur?" ucapnya mengawali pertanyaan.

"Ya kata orang-orang sih begitu," jawab Gus Mus ringan.

"Kebetulan nih, tolong sampaikan kepada Gus Dur, kita ini yang di bawah capek-capek mau menghabisi orang-orang Nasrani, eeh dia malah datang ke Natalan."

"Nanti dulu, nanti dulu, kenapa kalian mau menghabisi orang-orang Nasrani itu?" ucap Gus Mus memberi tanggapan.

"Lho, Anda itu bagaimana? Mereka itu kan kafir!" ucap tegas pria bersorban.

"Jadi kalau kafir harus dihabisi?" jawab Gus Mus dengan pertanyaan.

"Iya dong! Yang kafir harus dihabisi!" tegasnya semakin meyakinkan.

"Wah, untung Kanjeng Nabi-nya bukan Anda. Kalau saja yang jadi Nabi Muhammad itu Anda, kita ini masih kafir semua. Dulu, yang Islam cuma Kanjeng Nabi saja. Kalau ada kafir, habisi! Ada kafir, habisi! Ya tinggal Nabi saja. Dan untung Wali Songo-nya tidak seperti Anda. Kalau seperti Anda, kita ini masih Hindu-Budha semua," pungkas Gus Mus memberi jawaban dalam salah satu forum kyai di Kebumen.

Dakwah Ramah, Kyai As'ad Kepada "Bajingan"



Pada masa itu, di daerah Besuki, jamaah shalat Jum'at sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Setelah diteliti oleh Kyai As’ad, ternyata di sana ada seorang tokoh yang amat disegani masyarakat, seorang bromocorah atau bajingan. Tanpa ragu-ragu, kyai mendatangi rumah tokoh tersebut.

Mengetahui bahwa tamunya seorang kyai besar, tuan rumah jadi kikuk dan kelabakan. Mereka menjadi sangat terharu dan hormat, karena sang kyai tidak mempermasalahkan dan melecehkan “profesi”-nya. Hebatnya lagi, kyai yang alim dan memiliki banyak ilmu itu mengaku sanggup tinggal bersamanya di dunia dan akhirat. Kalau dia nyasar ke neraka, kyai akan berusaha menariknya ke surga. Syaratnya, dia harus mampu memenuhi masjid dengan warga sekitar dalam setiap shalat Jum'at.

Diplomasi Kyai As’ad membuahkan hasil. Selain akhirnya orang-orang berbondong-bondong memenuhi masjid, sang bajingan itu akhirnya insyaf dan rajin ke masjid.

Pelajaran Berharga Dari Ulama NASIONALIS!!



Di tengah perjalanan antara Bantarbolang-Randudongkal, KH. Abdul Malik bin Ilyas Purwokerto tiba-tiba menyuruh untuk menghentikan perjalanannya. “Pak Yuti, berhenti dulu,” pinta Mbah Malik kepada Suyuti, supir, untuk menghentikan mobil.

“Nggih Mbah,” jawab supir. Mobil pun menepi untuk berhenti.

“Ke tempat yang adem saja, biar enak untuk gelaran,” kata Mbah Malik.

Waktu itu sekitar pukul 09.45 WIB. Setelah mendapat tempat untuk beristirahat, tikar digelar dan termos juga dikeluarkan, lalu Mbah Malik mengeluarkan rokok khasnya, klembak menyan, kemudian diraciknya sendiri sebelum dinikmati. Sesekali beliau mengeluarkan jam dari kantongnya, dan berkata: “Dilut maning (sebentar lagi).”

Sang murid pun heran, ada apa gerangan yang berulangkali diucapkan gurunya ‘dilut maning’ itu. Namun, setelah pukul 09.50 WIB, rokok yang belum habis tadi tiba-tiba dimatikan. Kemudian berkata: "Ayo Pak Yuti, Habib, mriki (ke sini)!”

Setelah itu Mbah Malik membacakan hadhrah al-Fatihah untuk Nabi, para sahabat dan seterusnya sampai disebutkan pula sejumlah nama pahlawan seperti Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kiai Mojo, Jenderal Sudirman dan lain sebagainya. Sampai ketika tepat pukul 10.00 WIB, sang kyai yang juga mursyid thariqah ini terdiam beberapa saat dan kemudian berdoa 'Allahummaghfirlahum warhamhum...'. Setelah selesai, Habib Luthfi yang penasaran dengan apa yang dilakukan gurunya kemudian bertanya: “Mbah, wonten napa ta (ada apa)?”

“Anu, napa niki jam 10, niku napa namine, Pak Karno, Pak Hatta rumiyin baca napa (pukul 10 dulu Pak Karno, Pak Hatta dulu membaca apa)?” tanya Mbah Malik.

“Proklamasi, Mbah,” jawab Habib Luthfi bin Yahya yang waktu itu turut serta dalam perjalanan.

“Ya niku lah, kita niku madep ngormati (ya itulah kita berhenti sejenak untuk menghormati),” jawab Mbah Malik.

Betapa dalamnya cara para kyai dan sesepuh kita di dalam menghormati dan menanamkan karakter Nasionalisme. “Sampai begitu mereka, kita ini belum ada apa-apanya. Makanya sampai sekarang saya etok-etoke meniru, setiap tanggal 17 Agustus kita baca al-Fatihah. Rasa mencintai dan memiliki. Tanamkan kepada anak-anak kita!” tegas Habib Luthfi bin Yahya mengakhiri kisahnya. 

(Sumber: NU Online).

Habib Munzir Al-Musawa, Rasulullah SAW Mengenal Semua Pembelanya



foto ketika Habibana Munzir Almusawa menunggui seorang crew umbul-umbul Majelis Rasulullah saw yang sedang di obati di RS.MMC kuningan, ketika itu crew ini terjatuh dari motor sepulangnya dari melepas umbul-umbul ba'da majelis malam selasa di masjid almunawar pancoran setelah mendengar kejadian itu,habibana sendiri yang langsung memerintahkan ia untuk dipindahkan ke RS.MMC agar bisa ditangani dengan maklsimal mereka ahlul khidmah mendapatkan perhatian khusus dari beliau dan telah dijamin langsung oleh Rasulullah saw betapa indahnya menjalin Hubungan dengan orang-orang yang menepati janjinya lalu aku ini siapa???yang hanya mengaku-ngaku menjadi murid beliau..

Habibana Munzir bin Fuad Almusawa:
Rasul saw mengenal semua pendukung dakwahnya,

ketika saya berjumpa dg beliau saw dan saat itu kami sedang tamasya bersama crew yg siang malam aktif tanpa mengenal lelah dan sukarelawan memasang umbul umbul majelis, dlsb tanpa perduli hujan mengguyur, atau panas terik, atau tidak sempat makan karena tugasnya, maka dalam keadaan itu selepas event besar saya mengajak mereka tamasya untuk menyenangkan dan menghibur mereka,

lalu hamba berjumpa dg Rasul saw, dan hamba berkata: wahai Rasulullah (saw), mereka adalah pembelamu dan pendukungmu, apakah baginda mengenal mereka?, jumlah mereka ratusan....,

maka Rasul saw balik
bertanya, apakah kau hafal nama nama mereka?, hamba menjawab tidak Ya Rasulullah saw,, jumlah mereka ratusan...

Rasul saw menjawab : aku mengenal semua nama mereka, wajah mereka, dan aku mengenal ayah bunda mereka dan nama namanya, yg telah wafat sudah kusyafaati ruhnya.

tak lama hamba melihat seperti kumpulan orang orang setengah baya pria dan wanita yg bahagia dan gembira, mereka adalah ayah bunda para crew yg telah disyafaati Rasul saw di alam kubur, mereka berkata, setiap anak kami menggenggam kayu umbul umbul atau berbuat hal yg mendukung dakwah Nabi saw, maka saat saat itu adalah saat saat terindah bagi kami, karena saaat saat itulah kami diizinkan duduk bersama Rasul saw.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita, Wallahu a'lam

Peduli Perjuangan Majelis Rasulullah saw, mari bergabung bersama kami bersma sama meneruskan cita-cita guru mulia kita sulthonul qulub habibana Munzir bin fuad almusawa, kita tidak mampu ber khidmah semasa beliau masih ada mka sudah saat nya kita khidmah pada beliaudengan cara membantu meramaikan majelis-majelis beliau

Kecintaan Abu Yazid KepadaNya



“Tuan, engkau boleh berjalan di atas air!”, murid-muridnya berkata dengan penuh kekaguman kepada Abu Yazid

“Itu bukan apa-apa. Sepotong kayu juga boleh,” Beliau menjawab.

“Tapi engkau juga boleh terbang di angkasa.”

“Demikian juga burung-burung itu,” tunjuk Abu yazid ke langit.

“Engkau juga mampu pergi ke Ka’bah dalam semalam.”

“Setiap pengkelana yang kuat pun akan mampu pergi dari India ke Demavand dalam waktu satu malam,” jawab Abu Yazid

“Kalau begitu, apa kehebatan seorang lelaki sejati?” murid-muridnya ingin tahu.

“Lelaki sejati,” jawab Abu Yazid: “adalah mereka yang mampu melekatkan hatinya tidak kepada sesuatu pun selain Allah”.
Hampir setiap hari Abu Yazid Al Bustami begitu asyik dengan Tuhan. Keasyikan itu membuat dia sering lupa ketika memanggil nama seorang muridnya yang telah belajar padanya selama 30 tahun.

“Anakku siapakah namamu?” Tanya Abu Yazid kepada murid tersebut.

“Engkau suka mengolok-olokku, Guru,” kata sang murid. “Sudah tiga puluh tahun aku belajar kepadamu tetapi hampir setiap hari engkau menanyakan namaku.”

“Bukan aku mengolok-olokmu, Anakku,” Kata Abu Yazid Al Bustami. “Tetapi nama-Nya telah memasuki hatiku dan mengeluarkan semua nama lain sehingga aku selalu lupa setiap kali mengingat nama baru.”

Dikutip dari FB Syed Ali Zainal Abidin

13 Agu 2015

Kisah Waliyullah Baghdad, Jagalah Hati




Di Baghdad, pada waktu itu kursi singgasana dari ulama tertinggi diduduki oleh seorang suci yang shaleh dengan nama Abu Abdullah Al-Andalusi. Beliau adalah seorang ulama terkenal dan Muhaddits dengan dua belas ribu murid duduk belajar di bawah kakinya. Ia menghafal puluhan ribu hadits dengan hati, dan bisa membaca Al-Quran dengan berbagai model qiraat.
Pada suatu kesempatan tertentu, ia melakukan perjalanan dan disertai oleh rombongan murid dan sahabatnya, di antaranya yang terkenal ada Imam Junaid Al Baghdadi dan Syaikh Syibli Rahimahumullah.

Syaikh Shibli bercerita: caravan kami bepergian bersama dengan aman dan nyaman bersama rahmat Allah, sampai kami melewati daerah di mana orang-orang Kristen tinggal. Ketika kami mencapai desa Kristen itu, kami mencari air, tapi tidak bisa menemukan apapun. Kami melewati desa itu dan menemukan bahwa ada banyak gereja, kuil kaum majusi, tempat ibadah kaum yahudi dan rumah-rumah tempat menyembah berhala dan lain-lain, Kami terheran heran melihat kondisi mereka.
Kami melewati semua ini dan mencapai pinggiran desa di mana kami menemukan beberapa gadis sedang menimba air sumur bagi orang untuk minum. Dan Di antara gadis-gadis ini ada salah satu yang sangat cantik jelita, ia mengenakan kalung emas di lehernya. 
Ketika Syaikh Abu Abdullah melihatnya, rona wajahnya berubah. Syaikh bertanya pada seorang gadis lain tentang gadis yang cantik itu dan menerima jawaban : "Ia adalah putri dari penguasa desa ini."

Syaikh bertanya lagi : "Tapi, mengapa ayahnya mempermalukan anaknya dengan membiarkan ia bekerja bagai budak sahaya?"
Gadis yg ditanya itu sekali lagi menjawab: "Ayahnya melakukan ini dengan maksud ketika ia menikah nanti, ia akan dapat menghormati dan melayani suaminya dgn baik. Ia tidak ingin anaknya menjadi sombong dari statusnya".
Syaikh duduk dengan kepala membungkuk ke depan dan tetap diam. Selama tiga hari dia tidak makan atau minum. hanya bangkit berdiri waktu sholat tiba, Murid dan sahabatnya tidak tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakan.
Syaikh Syibli mengatakan: "Aku memutuskan untuk berbicara dengannya. Aku mendekatinya dan berkata, "Wahai Syaikh, murid dan sahabat anda sedang bingung melihat keheningan Anda selama tiga hari terakhir. Silahkan berbicara kepada kami".
Syaikh menjawab: "Wahai kalian semua, ketahuilah bahwa hati ku ini telah menjadi penuh dengan cinta untuk gadis yang kita lihat beberapa hari lalu, adalah tidak mungkin bagi ku dalam keadaan apapun untuk meninggalkan tempat ini".
Syaikh Syibli menjawab: "Duhai Pemimpin kami! Anda adalah pemandu spiritual kota baghdad. Keshalehan Anda dikenal jauh dan luas. Jumlah murid Anda lebih dari dua belas ribu orang. Demi kesucian Al Quran, jangan membawa aib kepada kami dan mereka".

Syaikh Abu Abdullah menjawab: "Wahai sahabat, takdirku telah disegel oleh nasib. Aku bukan siapa-siapa lagi. Jubah kesucian telah dihapus dan tanda-tanda bimbingan telah diambil dari diriku!!".
Sambil Mengatakan ini Syaikh Abu Abdullah mulai menangis getir. "Lanjutkan perjalanan kalian dan biarkan aku sendiri disini, Nasib ku telah disegel", katanya kepada kami.
Kami tercengang. Kami memohon kepada Allah untuk perlindungan-Nya dan kami menangis sampai tanah di bawah kaki kami menjadi basah dengan air mata kesedihan.

Kami kembali ke Baghdad. Ketika orang-orang mendengar kami kembali, mereka datang dalam jumlah besar menyambut di pinggiran kota untuk mengucapkan selamat datang kepada Syaikh tercinta mereka. Mereka melihat bahwa ia tidak bersama dengan kami lagi dan bertanya di mana dia. Kami katakan kepada mereka seluruh cerita. Banyak dari murid-muridnya semaput dalam kesedihan ketika mereka mendengar tentang kondisinya. Lainnya menangis penuh bela sungkawa dan tidak percaya dgn apa yang terjadi. Semua memohon pada Allah untuk membimbing Syaikh ke jalan yang benar dan mengembalikannya kepada keadaan semula. Semua tempat dimana ia biasa duduk dan berceramah ditutup dan tidak terurus.

Kami terus dan tetap dalam kondisi menyedihkan ini selama satu tahun penuh. Akhirnya, aku (syaikh Syibli), bersama dengan beberapa teman memutuskan untuk mengunjungi desa nasrani itu lagi dan mencari tahu bagaimana keadaan Syaikh kami. 
Ketika kami tiba disana dan bertanya tentang dia dan diberitahu bahwa ia berada di hutan menjaga babi. Kami bertanya: "Apa yang terjadi?" Kami diberitahu bahwa ia telah melamar gadis itu untuk menikah. Tapi, ayah gadis itu telah menolak dan mengajukan syarat tertentu: ia harus mengikuti agama gadis itu, ia harus menjadi pelayan di gereja dan ia harus menjaga peternakan babi. Syaikh telah memenuhi semua kondisi ini dan saat ini sedang memenuhi syarat terakhir, menjaga peternakan babi!!

"Dengan hati yang hancur dan air mata mengalir, kami pergi ke hutan untuk menemukannya. Dia berdiri di tengah babi babi. Di pinggang ada ikat pinggang manik-manik. Di kepalanya ada topi tradisional Kristen. Dia berdiri bersandar pada dinding kayu yang mirip digunakan untuk bersandar pada saat menyampaikan khotbah di mihraab kami!
Ketika ia melihat kami ia menundukkan kepalanya karena malu. Kami datang lebih dekat dan berkata, "Assalaamu Alaikum ya syaikh". Dan Ia menjawab: "Wa Alaikumus salaam".
Shaikh Syibli kemudian bertanya: "Wahai Syaikh, ada apa dengan semua ini? Apa yang terjadi padamu? Apa yang terjadi dengan semua pengetahuan dan kebajikanmu?".
Syaikh menjawab: "sahabat ku dan saudara-saudaraku, aku sekarang tidak lagi memegang kendali. Apapun yang telah ditetapkan Allah untuk ku, telah terjadi. Aku pernah menjadi orang yang dikasihi-Nya. Tapi sekarang Allah telah menghalauku sangat jauh dari pintu-Nya. 
Wahai para Kekasih Allah, berhati-hatilah agar tidak ditolak dan dijauhkan dari Allah. Duhai para Kekasih Allah, berhati-hatilah dengan kemarahan Allah yang mampu membuat kalian terputus dari-Nya"...

Kemudian ia menengadah ke arah langit dan berkata: "Ya Tuhanku, aku tidak pernah berharap dan menyangka bahwa suatu saat aku akan mengalami perlakuan seperti ini dari Mu"..
Kemudian ia mulai menangis pahit dan banyak berdoa pada Allah.
Syaikh Syibli juga mengangkat tangan dan memohon pada Allah dengan suara nyaring: "Hanya kepada Mu kami mencari bantuan. Hanya Kepada Mu kami bersandar, Demi kasih dan karunia Mu, hapus kesulitan ini dari kami! Hanya Engkau yang bisa menyelamatkan kami".
Ketika babi babi itu mendengar tangisan kami mereka mulai menggosok gosokkan kepala mereka di pasir dan mulai berteriak dan melolong begitu keras sehingga gemanya seperti membuat hutan dan gunung ikut meratap. Syaikh Syibli mengatakan: "kebisingin itu membuat aku berpikir seolah Qiyaamah datang". Syaikh Abu Abdullah terus menangis tak terkendali.
Syaikh Syibli melanjutkan: Kami berkata kepadanya: "Syaikh, mengapa Anda tidak kembali bersama kami ke Baghdad?" 

Syaikh menjawab: "Bagaimana aku bisa? Aku harus melihat dan menjaga babi, meskipun sebelumnya aku pernah melihat ke hati manusia! "
Syaikh Sybli kembali bertanya : "Anda adalah Hafidz dari Quraan dan Anda bisa membaca tujuh mode qiraat. Apakah Anda tidak ingat apa-apa dari Quraan? "
Syaikh menjawab: "Aku lupa semuanya kecuali dua ayat dari Quraan:
ومن يهن الله فما له من مكرم ۚ إن الله يفعل ما يشاء ۩ (١٨)
Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
"Dan, kedua, ayat:
ومن يتبدل الكفر بالإيمان فقد ضل سواء السبيل (١٠٨)
Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.
Syaikh Sybli terus bertanya: "Anda hafal puluhan ribu hadits dari Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Adakah yang masih anda ingat?"
Dia menjawab: "Hanya satu: 'Orang yang meninggalkan imannya, basmilah ia",
Bingung dan putus asa dengan keadaannya, akhirnya kami meninggalkan Syaikh Abu Abdullah dan kami pulang menuju Baghdad...

Namun, setelah kami telah berjalan selama tiga hari kami tiba-tiba melihat Syaikh di depan kami. Beliau keluar dari sungai, di mana ia baru saja melakukan mandi. Dengan suara lantang ia menyatakan syahaadah: "Aku bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam adalah utusan-Nya".

Kami tidak bisa mengendalikan rasa sukacita dan kebahagiaan ketika kami melihat dia. Ia meminta kami beberapa pakaian bersih dan suci yang kemudian dikenakannya. Beliau kemudian melakukan shalat. Kami mengucapkan terima kasih dan rasa syukur kami kepada Allah, karena telah kembalikan syaikh Abu Abdullah untuk kami dan kami bertanya apa yang telah terjadi padanya.
Ia menjawab: "Ketika kalian meninggalkan aku, aku berpaling kepada Allah dengan rasa cinta dan kasih sayang bagi-Nya yang tersisa". 

'Wahai Pelindungku, aku seorang yang penuh dosa dan melewati batas'
Allah mengampuni ku dan kembali menyelimutiku dengan rahmat-Nya"..
Kami bertanya: "Tapi, mengapa Anda terjebak dalam musibah ini?".
Syaikh menjawab: "Ketika kita pertama kali tiba di desa itu dan melihat kuil-kuil, rumah-rumah ibadat dan gereja, aku berpikir: 'Orang-orang ini tidak ada apa apanya dibandingkan dengan ku. Aku percaya dan menyembah satu Allah' dan pada saat itu pula aku mendengar suara dari dalam diri ku mengatakan:'kalau Iman seperti ini yang Anda miliki dan banggakan, sungguh bukan karena kebaikan Anda dengan cara apapun. Jika Anda begitu ingin bukti, Kami akan menunjukkan sekarang juga".

Segera setelah itu aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang meninggalkan hatiku dan terbang pergi. Itu adalah Imaan ku dicabut meninggalkan diriku".
Syaikh syibli menutup ceritanya dengan mengatakan: "Kami sangat gembira. Kafilah kami tiba di Baghdad dengan sukacita yang besar. Tempat Syaikh mengajar dan berkhotbah dibuka kembali. Dalam waktu singkat murid-muridnya meningkat berjumlah lebih dari empat puluh ribu orang. Allah telah mengembalikan kepadanya ilmu pengetahuan tentang Quraan dan Hadits dan memberkatinya dengan pengetahuan lebih lanjut"

(*sumber-Al-Mustatraf) -- link
Pelajaran Yang bisa diambil dari kisah ini:
1. Jangan pernah berpikir bahwa orang lain lebih rendah dari diri kita sendiri.
2. Imaan adalah yang terbesar dari rahmat yang diberikan Allah atas siapa yang Dia pilih. Ketika kita diberkati dengan Imaan kita harus menghargai itu dan melindunginya setiap saat.
3. Allah mengampuni orang yang bertobat, tidak peduli seberapa besar dosanya.
Allahumma sholli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa aali Sayyidina Muhammad..

11 Agu 2015

Nasehat Imam Ghazali



Imam Abu Hamid Al Ghazali :

"keyakinan Anda bahwa Anda lebih baik daripada yang lain adalah kebodohan belaka. Sebaliknya Anda tidak seharusnya melihat siapa pun tanpa mempertimbangkan bahwa ia lebih baik dari Anda dan mengungguli Anda.

Jadi, jika Anda melihat seorang anak, Anda akan mengatakan, 'Anak ini tidak pernah berbuat dosa terhadap Allah, tapi aku telah berdosa, jadi dia lebih baik daripada ku'

Dan jika Anda melihat orang yang lebih tua, Anda mengatakan, 'Orang ini telah menjadi seorang hamba Allah lebih lama dariku dan tentu saja lebih baik daripada Ku'

Jika dia adalah seorang ulama, Anda mengatakan, 'Orang ini telah diberikan apa yang belum diberikan padaku dan mencapai apa yang belum kucapai, dan tahu apa yang belum kuketahui; lalu bagaimana aku akan menjadi seperti dia? '

Dan jika bertemu seorang bodoh dan pendosa, Anda akan mengatakan, 'Orang ini telah berdosa kepada Allah dalam kebodohan, dan aku telah berdosa melawan Allah dengan sadar, sehingga hukuman Allah terhadap ku lebih kuat, dan aku tidak tahu apa akhir Yang ditulis Allah buatku dan apa akhir kepadanya. "

Jika dia seorang kafir, Anda katakan, "Aku tidak tahu; mungkin suatu hari ia akan menjadi seorang Muslim dan hidupnya akan berakhir berbuat baik, dan karena penerimaannya pada Islam dosa-dosanya akan dihapus, ; tapi bagi ku - mungkin Tuhan akan menuntunku tersesat sehingga aku menjadi kafir dan hidup ku berakhir melakukan kejahatan,(tsumma naudzubillah). "

Kesombongan tidak akan meninggalkan hatimu kecuali jika Anda tahu bahwa orang besar adalah orang yang besar dlm pandangan Allah Yang Mahatinggi. Itu adalah sesuatu yang tidak dapat diketahui sampai akhir hidup, dan jika ada keraguan tentang itu (akhir dan apakah itu akan baik atau buruk).maka biarkan ketakutan menduduki hati Anda dan menjaga Anda dari membuat diri Anda keluar jalur, Keyakinan dan iman saat ini tidak mengecualikan kemungkinan Anda berubah di masa depan; Allah adalah Pengubah dan pembolak balik hati; Ia menuntun siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki. "
*sumber Bidayah al-Hidaya

Imam Hasan Al-Basri, Khutbah Jumat dan Para Budak



Imam Hasan Al-Basri Radhiallahu Anhu adalah salah satu Tabi'en (murid para Sahabat RA) yang terbaik.
Pada suatu waktu setelah memberikan khotbah Jumat, sekelompok budak datang kepadanya dan berkata, "Sheikh tolonglah, jumat depan, berikan khutbah tentang kebaikan membebaskan budak!", Imam Hasan setuju dan ketika hari jumat tiba, para budak menunggu dengan cemas, Imam Hasan naik mimbar bagai matahari naik ke langit. Kata katanya Merasuki hati dan membawa air mata para pendengar mengalir meski dari mata yang kering, tetapi beliau sama sekali tidak menyebutkan apa-apa tentang membebaskan budak ? Para budak berpikir untuk diri mereka sendiri bahwa sang imam pasti lupa, dengan demikian, sekali lagi, jumat berikutnya mereka duduk memenuhi shaf shaf terdepan dan menunggu berharap untuk segera ada pembicaraan tentang pembebasan. Namun, sang imam tetap tidak menyebutkan apapun mengenai pembebasan budak. Setelah beberapa minggu terjadi peristiwa yang sama, para budak yakin bahwa imam Hasan telah melupakan janjinya atau memang bermaksud memandang dan suka dengan status para budak yang terhina..

Jumat demi jumat Hingga Satu tahun berlalu dan para budak lelah memasuki Masjid untuk berharap. Mereka sudah lama melupakan permintaan mereka, dan tiba-tiba, pada suatu jumat Imam Hasan akhirnya berbicara tentang perlunya pembebasan budak, Wajah para budak bersinar bak mentari dan berseri seri gembira, Sang Imam menghimbau para majikan atau pemilik budak semua untuk membebaskan budak mereka dalam pertukaran dengan rahmat dan ridha Allah.

Setelah khotbah para majikan segera membebaskan budak budak mereka, tak terbayangkan betapa senang para budak itu, mereka berlari mendatangi imam Hasan dan bertanya, mengapa beliau menunggu sampai satu tahun untuk memberikan khotbat itu. Imam Hasan Al-Basri menjawab: "Pada waktu kalian datang meminta ku untuk memberikan khutbah, aku langsung setuju. Namun, setelah itu aku menyadari bahwa aku sendiri tidak memiliki budak, dan karena keadaanku yang Menjadi seorang miskin maka aku harus menghemat uang untuk waktu sekitar satu tahun untuk membeli seorang budak. Hari ini, al-hamdulillah! aku bisa membeli seorang budak. Dan segera Setelah itu aku pergi membawa ke pasar dan membebaskannya. Dan Akhirnya, aku datang ke Masjid ini dan menyampaikan khotbah ku. Terlihat bingung, para budak yang telah merdeka itu bertanya,"Tapi mengapa? Mengapa Anda menjalani semua kesulitan ini?".

Imam Hasan Al Basri Radhiallahu anhu menjawab," Jika aku langsung memberikan khotbah tahun yang lalu, aku telah mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang aku tidak melakukan. Jadi, aku memutuskan untuk menunggu sampai aku membebaskan seorang budak, baru aku bisa menasihati orang, sehingga tindakan dan kata-kata ku sejalan dan sama".
اللَّهُمَّ يا اللهُ يا فَرْدُ صَلِّ على عَبْدِكَ و حَبِيبِكَ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الفَرْد و على آلِهِ و صَحْبِهِ و سَلِّمْ تَسْلِيماً وأَفْرِدْنِي بِهِ لما خَلَقْتَنِي لَهُ و اجْعَلْ لي بِذَلِكَ عِزَّاً و مَجْداً فَرِيداً

Syaikh Imam Junaidy dan Sayyid Tua



Diwaktu mudanya Imam Junaid Baghdadi memiliki badan yang kekar dan menunjang hidupnya dengan mata pencaharian sebagai pegulat profesional. Dan Seperti biasa, Setiap tahun diadakan kontes gulat oleh Penguasa Baghdad yang mengumumkan satu hari, "Hari ini, Junaid Baghdadi (juara bertahan) akan menunjukkan keahliannya sebagai pegulat, apakah ada orang yang berani menantangnya?".
Seorang pria tua, berdiri dengan leher gemetar dan berkata, "Aku akan ikut masuk kontes ini dan menantang dia".
Siapa pun yang menyaksikan adegan ini tidak bisa menahan diri, mereka meledak tertawa, dan bertepuk tangan. 

Raja terikat oleh hukum. Dia tidak bisa menghentikan seseorang yang dari kehendak bebasnya sendiri ingin memasuki pertarungan. Orang tua itu diberi izin untuk memasuki ring. Ia berusia sekitar enam puluh lima tahun. Ketika sang juara bertahan, Junaid Baghdadi memasuki ring, ia tercengang seperti Raja dan semua penonton yang hadir. Semua memiliki pikiran yang sama, "Bagaimana mungkin orang tua ini akan mampu melawan dan menang?".

Orang tua itu berjabat tangan dengan Imam Junaid dan dengan suara lirih berkata, "Pinjamkan aku telinga Anda". (Dengarkan kata kataku) Ia kemudian berbisik, "Aku tahu adalah tidak mungkin bagi ku untuk memenangkan pertarungan ini, aku adalah seorang Sayyid, keturunan Nabi Muhammad ﷺ, Anak-anakku sedang kelaparan di rumah. Apakah Anda siap untuk mengorbankan nama Anda, kehormatan dan posisi anda untuk cinta pada Nabi Allah dan kehilangan pertarungan ini kepada ku? Jika Anda melakukan hal ini aku akan dapat mengumpulkan uang hadiahnya dan dengan demikian memiliki sarana untuk memberi makan anak-anak ku dan aku sendiri selama satu tahun penuh. Aku akan dapat menyelesaikan pembayaran semua hutang ku dan di atas semuanya, Sayyid / Tuan dari kedua dunia dan akhirat ﷺ akan senang / ridha dengan Anda. Apakah Anda, Wahai Junaid, tidak bersedia mengorbankan kehormatan Anda demi anak-anak Rasulullah ﷺ ? "

Junaid Baghdadi berpikir sejenak dan berkata, "Hari ini, aku memiliki kesempatan yang sangat baik".
Dengan tampilan yang bersemangat Junaid Baghdadi menunjukkan beberapa manuver, menunjukkan kemahiran bergulatnya sehingga Raja tidak menduga ada konspirasi apapun. Junaid dengan kemahiran yang luar biasa, tak mempergunakan kekuatan penuhnya mampu membuat dirinya sendiri terjatuh, ditindihi orang tua itu dan dengan rendah hati junaid, memproklamirkan kekalahannya...
sehingga memberikan hak kepada orang tua itu menang dan meraih hadiahnya.

Malam itu, Junaid Baghdadi bermimpi bertemu Nabi Muhammad ﷺ yang mengatakan, "Duhai Junaid, Anda telah mengorbankan kehormatan Anda, ketenaran anda yang telah diakui di seantero negeri, nama dan posisi yang digembar-gemborkan di seluruh penjuru Baghdad bertukar demi ekspresi cinta Anda untuk anak-anak ku yang kelaparan. Pada hari ini dan abadi untuk seterusnya, nama Anda akan tercatat dalam daftar Auliya (teman dari Allah)".
Setelah itu, pegulat besar ini berhasil belajar untuk mengalahkan nafsu-nya (keinginan) dan menjadi salah satu Waliyullah paling terkemuka pada masanya!"..


Sumber: Dari kitab "Tajalliat-e-Jazb" oleh Syaikh Muhammad Hakim Akhtar.

Ketika Maulana Jalalluddin Rumi Jatuh Cinta



Semua kita tentu pernah mendengar nama legendaris Rumi, tokoh aliran tasawuf yang menulis banyak buku dan dikagumi dibarat maupun timur dunia, Jauh hari sebelum menjadi seorang sufi, Maulana Jalalluddin Rumi (rahimahullah), beliau adalah seorang profesor di bidang teologi, yang tidak percaya dengan karamah dan kewalian, beliau setiap hari mengajar murid-muridnya di halaman terbuka, di samping air mancur dan sebuah telaga, pada suatu hari saat sedang serius mengajar, datang seorang tokoh sufi, dengan tampilan luar lusuh, berpakaian penuh tambalan, tapi memiliki raut muka yang teduh bersinar, beliau adalah Imam Shams Tabrizi (rahimahullah), masuk ke dalam perkumpulan mereka dan sejenak mengawasi mereka, Ia melihat Maulana Rumi membaca dan mengacu pada banyak buku yang rapi tertulis tangan dalam proses pengajarannya. Imam Shams Tabrizi (RA), bertanya pada Maulana Jalalluddin Rumi (RA) untuk apa saja kegunaan buku-buku itu. Maulana Jalalluddin Rumi (RA) menjawab, "Duhai Sufi. Ini semua berisi pengetahuan yang berada di luar pemahaman Anda sehingga dan lebih baik bagi Anda untuk terus membaca biji biji tasbih Anda itu".

Selesai berbicara, Rumi berbalik membelakangi Imam Shams Tabrizi, yang tanpa sepengetahuan Rumi mengampil dan melemparkan semua tumpukan buku ke dalam kolam air. Beberapa siswa Maulana Rumi melihat apa yang terjadi mereka menghampiri dan mulai memukuli Imam Shams Tabrizi (RA). jeritan Imam Tabrizi (RA) menyadarkan Maulana Rumi (RA) tentang apa yang terjadi. bahwa semua pengetahuan yang berharga miliknya telah hancur. Imam Shams Tabrizi (RA) mengeluh; "Katakan pada murid Anda untuk meninggalkan saya sendirian dan saya akan memberikan kembali buku-buku Anda". Rumi tampak sedih dan hanya bengong berpikir bahwa ini adalah mustahil. Ia menyuruh murid muridnya untuk melepas sang Imam dan betapa terkejut nya Rumi melihat sang Imam Shams Tabrizi hanya dengan membaca bismillah, mengangkat tangannya, dan kitab kitab yang seharusnya sudah basah didalam kolam, datang mendarat diatas tangan sang imam yang kemudian meniup debu dari kitab kitab itu dan kembalikan kepadanya dalam keadaan utuh. Rumi bertanya pada Imam Shams Tabrizi (RA) tentang bagaimana ia bisa melakukan ini semua.

Imam Shams Tabriz (RA) menjawab, "Ilmu seperti ini adalah di luar pemahaman anda, teruslah dan lanjutkan mengajari murid Anda". Selesai bicara sang imampun berlalu,.
Maulana Jalalluddin Rumi (RA) jatuh bertekuk lutut dan tersapu ke dalam arus cinta. Kehadiran seorang Sufi compang-camping itu Merubah jalan hidup Maulana Jalalluddin Rumi (RA) dari seorang profesor teologi yang dihormati manusia menjadi seorang kekasih Allah yang dihormati alam beserta isinya, beliau menyimpulkan seluruh hidupnya dengan kalimat, "Aku dibakar, dan aku dibakar, dan aku dibakar". (Bergelora dalam cintanya pada Allah).

‘Aku kehilangan duniaku, ketenaran ku, pikiran ku. Matahari muncul dan semua bayangan berlari. Aku berlari mengejar bayangan tapi mereka menghilang saat aku berlari. Cahaya datang mengejarku dan tak meninggalkan sedikitpun tempat bagiku untuk bersembunyi'
Ilmu nurani (ilm baatin) seperti mentega dan Pengetahuan luar (ilm zaahir) seperti susu,
Seperti mentega tidak dapat diperoleh tanpa susu, sehingga untuk mendapat pengakuan Allah (ilm baatin) tidak dapat diperoleh tanpa Panduan Spiritual.