CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

11 Apr 2016

Kisah Teladan Dari Abdul Wahab, Duta Santri NU di Papua

Berikut ada Kisah Teladan penulis temukan dan sempet heboh di beranda FB, mari disimak, saya copas dari FB beliau..
------




Sekedar cerita, smoga tidak ada lagi yang menuduh saya Libral, Kapir , bahkan sampe dituduh menghina Agama Islam dll. Walaupun saya sendiri sebenarnya tidak masalah dengan lebel" itu. Saya udah kenyang juga dengan tuduhan macam itu.

Sabtu (9/04/2016 ).Seperti biasa , setiap pagi saya menghabiskan waktu di dapur pesantren Pon Pes Al Payage Angkasapua Papua untuk menyiapkan sarapan buat anak anak papua yang mondok di sini.
Pagi tadi pas saya sedang berjalan di samping dapur, saya melihat ada seekor anjing yang mondar mandir di depan pesantren dengan penuh luka dan seperti sangat kelaparan.

saya kemudian langsung membawa anjing itu kedalam Pondok untuk melihat luka yang di derita anjing tersebut dan langsung memberinya makan. Saya juga sempat menyuapi makan anjing itu. karna saya lihat untuk sekedar menundukan kepalanya anjing tersebut kesusakan karna ada bebrapa luka di skitar leher.

saya melakukan hal itu karna yang saya tahu dari apa yang saya pelajari dari para Ulama " Islam mengajarkan kepada setiap umatnya agar selalu berbuat baik, baik itu terhadap sesama manusia bahkan hewan sekalipun, termasuk kepada anjing yang sperti kita ketahui sebagai hewan yang najis.
Walaupun Anjing itu najis, bagi saya bukanlah sebuah maslah. sudah jelas para ulama" dalam kitab fikih sudah menyediakan sebuah solusi untuk membersihkan sesuatu yang terkena najisnya anjing, baik dalam kitab Safinah Fathul bari dll.

Kalangan syafi’iyyah dan Hanabilah menilai anjing tergolong najis mugholladzoh (najis yang berat) yang mengakibatkan najis tidak hanya sebatas air liurnya saja tapi mencakup juga keringatnya dan setiap anggota tubuhnya

Dalam kitab safinah di jelaskan
(فصل) النجاسة ثلاثه : مغلظة ومخففة ومتوسطة . المغلظة : نجاسة الكلب والخنزير وفرع أحدهما . والمخففة : بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين. والمتوسطة : سائر النجاسات.
Najis terbagi menjadi tiga, yaitu :
Najis berat , dan najis ringan ,dan najis sedang .
Najis berat yaitu najis anjing dan babi dan anak-anak dari salah satu keduanya .
Dan najis ringan yaitu kencing anak kecil yang tidak makan selain air susu dan belum sampai umurnya 2 tahun .
Dan najis sedang yaitu semua najis .

Dari ketrangan di atas kita ketahui bersama bahwa najis anjing termasuk najis yang Mugholadzoh.
Tapi setelah menjelaskan bebrapa macam najis dalam kitab safinah di lanjutkan lagi bab solusi untuk memberaihkan najis.

(فصل ) المغلظة : تطهر بسبع غسلات بعد إزالة عينها ،إحداهن بتراب . والمخففة : تطهر برش الماء عليها مع الغلبة وإزالة عينها .
Najis Mughollazhoh atau berat suci ia dengan membasuhnya 7 kali sesudah menghilangkan dzatnya salah satunya dengan tanah . Dan najis Mukhoffafah atau ringan suci ia dengan memercikkan air diatasnya serta rata dan sudah hilang dzatnya

Dan najis Mutawassithoh atau najis sedang terbagi kepada 2 bagian : ‘Ainiyyah dan Hukmiyyah . Adapun ‘ainiyyah yaitu sesuatu yg baginya ada warna dan bau dan rasa maka tidak boleh tidak dari menghilangkan warnanya dan baunya dan rasanya .
Dan najis hukmiyyah yaitu yg tidak ada warna dan tidak ada bau dan tidak ada rasa maka cukup mengalirkan air diatasnya .

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Cara Penyucian Pada Tiga Macam Najis
Cara mencuci Najis Mughalladah adalah membasuh dan mensucikannya dengan tujuh kali basuhan atau sucian, setelah hilangnya bekas najis tersebut. Salah satu dari tujuh sucian tersebut harus dibarengi dengan debu. Sebab ada hadits nabi yang menyatakan bahwa, “basuhan terakhir dari tujuh basuhan harus dicampur dengan debu”; dan hadits yang lain menyatakan bahwa “basuhan pertama dari ketujuh basuhan harus dicampur dengan debu”. Jadi mencampur debu bebas baik di awal atau di akhir basuhan.

Yang dimaksud dengan debu adalah endut atau tanah yang tercampur dengan air sehingga lembab atau pun debu yang berupa pasir lembut yang kering. Sehingga tidak bisa dianggap mensucikan najis mughalladhah dengan sabun, kayu atau yang lainnya.

Najis Mukhaffafah (ringan) dengan memercikkan air pada najis, dan diperkirakan bahwa najisnya dapat dihilangkan. Meskipun memercikkan airnya tanpa dilakukan oleh seseorang atau dengan air hujan yang menetes dari langit dan menetesi tempat atau sesuatu yang najis, maka dianggap cukup sebagai pembasuhan pada najis mukhaffafah (ringan).

Najis Mutawasitah (pertengahan) ada dua, yaitu najis ‘ayniyah dan najis hukmiyah.
Najis ‘ayniyah adalah najis yang memiliki bentuk atau warna, bau, dan rasa. Disebuat dengan najis ‘ayniyah, sebab najisnya dapat ditangkap oleh panca indera. Cara penyuciannya harus secara total menghilangkan baik bentuk atau warna, bau dan rasanya.

Jika warna atau baunya susah dihilangkan setelah dibasuh berkali-kali, maka sudah dianggap cukup dan benda atau tempat yang terkena najis sudah bisa dianggap suci. Batasanya susah menghilangkan najis adalah dengan membasih tiga kali akan tetapi tidak dapat hilang bentuk atau baunya, maka sudah dianggap cukup atau suci. Sedangkan jika rasa najis susah dihilangkan maka benda atau tempat yang terkena najis bisa dikatakan najis yang ma’fu ‘anhu (dimaafkan).

Sedangkan Najis Hukmiyah adalah najis yang tidak memiliki bentuk, bau dan rasa. Cara menyucikannya adalah cukup dengan mengalirkan air pada benda atau tempat yang terkena najis.
Itulah keindahan Islam, selalu ada solusi dalam setiap permaslahan, pun dengan apa yang saya alami pagi tadi, stelah mengbati dan mengasih makan anjing tersebut, saya langsung bersuci sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh ulama di atas.
Lebih ajibnya lagi di kitab safinah juga di terangkan bahwa Anjing yang tidak galak termasuk hewan yang di muliakan.

Saya sangat juga sangat takjub dengan Imam Nawawi AlBantani saat mensyarahi bab ini dalam kitab Syarhu Kaasyifatus Saja ’alaa Safiinatin Najaa Fii Ushuuulidn pada halaman 42, dlm fasal mengenai najis.

Beliau berkata
فى الكلب عشر خصال محمودة ينبغى للمؤمن ان لا يخلومنها:
Di dalam diri seekor anjing terdapat 10 sifat keteladanan, yang diantaranya patut dimiliki oleh setiap insan yg beriman, yakni

اولها : لايزال جائعا. وهده صفات الصالحين.
1. Gemar mengosongkan perut.
Inilah salah satu sifat orang yg sholeh.

الثانية : لاينام من الليل الا قليلا. وهده من صفات المتهجدين
2. Tidak tidur malam hari kecuali sedikit saja. 
Hal ini menjadi salah satu sifat dari orang2 ahli Tahajud.

الثالثة : لو طرد فى اليوم الف مرة ما برح عن باب سيده. وهده من علامات الصادقين.
3. Kalaupun sehari ia diusir seribu kali, ia tak akan pergi dari pintu rumah tuannya. 
Inilai salah satu sifat dari orang2 sidik.

الرابعة : ادا مات لم يخلف ميراثا. وهده من علامات الزاهدين.
4. Bila ia mati tak pernah meninggalkan warisan yang berlebihan. 
Inilah ciri2 orang Zuhud.

الخامسة : ان يقنع من الارض بادنى موضع. وهده من علامات الراضين.
5. Selalu merasa puas meski menempati bumi di tempat yg paling hina sekalipun. 
Inilah salah satu tanda dari orang2 yang ridho terhadap ketentuan Allah.

السادسة : ان ينظر الى كل من يرى حتى يطرح له لقمة. وهده من اخلاق المساكين.
6. Memandangi setiap orang yg memandanginya sampai dilemparkan kepadanya sesuap makanan. 
Inilah sifat orang yg sabar.

السابعة : انه لو طرد وحثى عليه التراب فلا يغضب ولايحقد. وهده من اخلاق العاشقين.
7. Kalaupun diusir dan ditaburi debu, ia tak akan marah dan mendendam tuannya. 
Inilah salah satu akhlak asyikin (rindu bertemu Tuhan).

الثامنة : ادا غلب على موضعه يتركه ويدهب الى غيره. وهده من افعال الحامدين.
8. Jika tempatnya ditempati oleh orang lain, ia rela menyingkir ke tempat yang lain. 
Inilai sebagian tindakan orang2 yang terpuji.

التاسعة : ادا اجدى له اى اعطي له لقمة اكلها وبات عليها. وهده من علامات القانعين
9. Apabila diberi makanan sebesar apapun, ia rela menerimanya. 
Inilah salah satu akhlak orang yg Qona’ah.

العاشرة : انه ادا سافرمن بلد الى غيرها لم يتزود. وهده من علامات المتوكلين.
10. Apabila bepergian dari satu tempat ke tempat yg lain, ia tidak pernah membawa bekal yg diada-adakan, melainkan semampunya, 
inilah ciri2 orang yg tawakal.

yah mungkin bagi teman" ada yang belum tahu kalo saya sekarang tinggal di Papua. saya disini di tugaskan oleh PPM ASWAJA, LDNU dan juga SARKUB Untuk membantu Dakwah dan pendidikan di Papua.

sudah barang tentu, papua bukan sperti daerah lainya, keberdaan anjing di papua sudah barang lumrah, sehingga mau tidak mau saya juga sering berinteraksi dengan hewan ini.
bahkan ada satu anjing di daerah Wamena Jayawijaya yang terkadang suka menemani perjalnan dakwah saya.

saya menyadari tentang apa yang saya lakukan tadi pagi. saya menguplod foto tersebut bukan bermaksud apa apa, saya hanya ingin memberi pesan disaat ada bebrapa orang yang dengan tega menyiksa binatang".

dalam foto diatas saya tulis bahwa "puncak dari agama adalah cinta". karna itu yabg saya tahu dari para ulama ulama NU. Terhadap binatang saja kita harus berbagi cinta dan kasih sayang, apalagi terhadap sesama.

memang sangat di sayangkan, belakang muncul sekelompuk orang yang mengatasnamakan agama tapi justru membuat teror di mana mana. padahal Kanjeng nabi muhammad sendiri mewanti" agar kita selalu berpilakj baik.

Islam mengajarkan kepada setiap umatnya agar selalu berbuat baik, baik itu terhadap sesama manusia bahkan hewan sekalipun, termasuk kepada anjing yang oleh sebagian besar umat Muslim dikatakan sebagai hewan yang najis.

Ingat, haramnya anjing itu bila dikonsumsi. Lalu bagaimana bila kita mendapati anjing yang kondisinya mengenaskan dan kelaparan di jalanan, apa yang harus kita lakukan? Tentu saja yang harus kita lakukan adalah menolong dan memberi makan anjing tersebut lantaran hal ini akan menjadi sebuah amal shalih yang bisa saja menghapuskan dosa-dosa kita.

Hal ini diperkuat oleh Rasulullah SAW, melalui hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi SAW menceritakan ada seorang laki-laki yang mendapati seekor anjing memakan debu karena kehausan di sebuah padang pasir. Pemuda itu kemudian menuju sebuah sumur dan mengambil air serta memberikan air tersebut kepada anjing sampai anjing itu lepas dahaganya. Setelah itu Rasulullah SAW bersabda, “Maka Allah berterima kasih kepadanya, lalu mengampuni dosa orang itu.”

Saya juga teringat sebuah hadis
«اِرْحَمْ مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكَ مَنْ فِي السَّمَاءِ»
“Sayangilah makhluk yang ada dibumi, niscaya yang ada dilangit akan menyayangimu”.
(Hadits Shahih, Riwayat ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Lihat Shahiihul jaami’ no. 896).
Hadits ini menjelaskan akan keutamaan sifat kasih sayang, yang selayaknya setiap Mukmin berhiasi diri dengan akhlak yang mulia ini.

Penjelasan hadits ini ada dalam redaksi lain, di mana Rasulullah bersabda: “Orang-orang penyayang, pasti disayangi Allah. Maka sayangilah setiap penduduk bumi, niscaya engkau akan di sayangi oleh penghuni langit -yakni para malaikat-. (HR Abu Daud, Lihat Shahihul jami’ 3522).
Ketahuilah “Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang“(HR Bukhori Muslim).

Ada sebuah kisah , Suatu hari Rasulullah bertutur “Tidak akan sempurna keimanan kalian hingga kalian saling menyayangi”.
Para Sahabat lantas menimpali “Wahai Rasulullah, kami semua adalah penyayang.”
“Kasih sayang yang di maksud bukanlah kasih sayang antar sesama kalian saja,”…belaiupun meluruskan…

“melainkan kasih sayang kepada seluruh manusia dan seluruh makhluk.”….,(HR at-Thabrani)
Oleh sebab itulah hadits ini lebih umum. Kita di anjurkan bukan hanya menyayangi sesama manusia dari orang tua, istri, suami, anak, tetangga, sahabat, faqir miskin dan orang-orang lemah, bahkan binatang, tumbuhan atau makhluk lain disekitar kita sekalipun.
Wallahu alam. Mohon maaf lahir batin apbila ada salah dalam foto yang kemarin saya uptade, saya mohon maaf lahir batin
Jika masih da yang mengganjal di hati teman" , silahkan hubungi saya langsung.
Telfon / Wa 082248030659.

Sumber

Jika Penasaran silahkan kunjungi FB Beliau Abdu L Wahab, dan jangan jadi Jamaah Kagetan (tambahan penulis)

5 Apr 2016

Dasyatnya Sholat Kaum Sufi



Kekeringan terjadi dimana-mana, sementara tanda hujan akan turun berminggu-minggu tidak terlihat. Syaikh Dr. M. Said Ramadhan al-Buthi menginisiasi shalat Istisqa bersama jamaah sufi Syria. Kelompok sekuler mengejek rencana shalat Istisqa yang akan dilakukan jamaah sufi itu. Dan mereka mengecam negara agar tidak menghiraukan rencana shalat Istisqa masal itu.

Saat waktunya tiba, Syaikh Dr. M. Said Ramadhan al-Buthi pun mengimami shalat Istisqa yang diikuti ratusan ribu jamaah di Masjid Agung Umayah dan menyampaikan khutbah. Setelah itu beliau memohon Syaikh al-Arif Billah Ahmad al-Habbal, seorang ahli dzikir yang zuhud, untuk berdoa. Lalu Syaikh Ahmad al-Habbal pun mengangkat kedua tangannya untuk bermunajat kepada Allah seraya menangis penuh harap. Subhanallah, langit yang awalnya terik seketika menjadi mendung dipenuhi gumpalan awan dan langsung turun hujan dengan derasnya.

Syaikh Ahmad al-Habbal usianya sudah 100 tahun. Usianya yang begitu senja membuatnya tak mampu berdiri dan berjalan kecuali dengan bantuan dua orang yang memapah di kanan dan kiri. Tapi ketika waktu shalat tiba atau waktu mengisi majelis dzikir beliau berjalan sendiri seperti baru lepas dari tali yang mengikatnya dengan kuat.

(Keterangan foto: Syaikh Dr. M. Said Ramadhan al-Buthi dan Syaikh al-Arif Billah Ahmad al-Habbal ar-Rifai, semoga Allah melimpahkan rahmat bagi keduanya. 
Sumber: Fp Al-Habib Ali al-Jufri).

Darimana Mengenal Allah??



Pernah suatu ketika Habib Ahmad bin Hasan Alattas berkunjung ke satu daerah yang di sana kebanyakan penghuninya anti ziarah kubur, tawassul, mendoakan orang mati, dll. Kebetulan beliau hadir pada saat shalat Jum'at. Melihat kehadiran seseorang yang gerak-geriknya menunjukkan keluhuran, lalu khatib pun meminta beliau untuk menjadi imam shalat Jum'at.

Ketika Habib Ahmad menjadi imam, bacaan al-Qurannya begitu menyihir jamaah hingga jamaah pun tidak puas apabila beliau hanya menjadi imam shalat saja. Akhirnya setelah shalat beliau diminta lagi untuk memberikan nasehat.

Sebelum memberikan nasehat, beliau mengatakan: "Saya ingin bertanya tapi Anda jangan marah."

Mereka menjawab: "Silakan, kami tidak akan marah."

Beliau kemudian bertanya: "Siapa Tuhanmu?"

Suasana menjadi ricuh karena pertanyaan itu. Namun akhirnya mereka pun menjawab: "Tuhan kami Allah."

Kemudian beliau bertanya lagi: "Siapa Nabimu?"

Mereka menjawab: "Nabi kami adalah Nabi Muhammad."

Kemudian beliau melanjutkan lagi: " Kalau begitu dari mana Anda mengenal Allah dan Nabi Muhammad?"

Mereka lalu bingung. Habib Ahmad akhirnya menjawab: "Kalian mengenal Allah dan Nabi Muhammad bukan lewat wahyu, akan tetapi lewat guru. Apa salahnya kalau kita berziarah ke makam guru kita, mendoakannya dan menyebut namanya."

Mereka hanya terdiam tanpa bisa menjawab.

(Diceritakan oleh Habib Taufiq Assegaf dalam tausiahnya pada acara Haul Imamain al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih dan Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih di Ponpes Darul Hadits al-Faqihiyah Malang).