CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

30 Jul 2013

Pendapat Ulama Tentang Tarian Sufi



Assalamu'alaikum

Izinkan kami mengutip beberapa perkataan ulama tentang tarian sufi :

1.  Ibn Hajr Al-Haytami dalam Fatawaa Hadithiyya الفتاوى الحديثية 

"Dibolehkan berdiri dan menari saat berdzikir kepada Allah dan audisi menurut sebagian besar ulama, termasuk Shaykh-ul-Islaam Al-’Izz ibn Abdus-Salaam.”

Beliau juga mengatakan bahwa tarian sufi ada dasarnya dari hadits di mana Ja'far Ibn Abi Thalib menari mengelilingi Nabi SAW.

ن
فع الله به عن رقص الصوفية عند تواجدهم هل له أصل ( فأجاب ) بقوله
نعم له أصل فقد روى في الحديث أن جعفر بن أبي طالب رضي الله عنه رقص بين يدي النبي [ ] لما قال له
أشبهت خَلقي وخُلقي وذلك من لذة هذا الخطاب ولم ينكر عليه [ ] وقد صح القيام والرقص في مجالس
الذكر والسماع عن جماعة من كبار الأئمة منهم عز الدين شيخ الإسلام ابن عبد السلام


2. Imam An-Nawawi dalam Minah atThalibin منهاج الطالبين وعمدة المفتين

"Boleh asalakan tidak dilakukan seperti perempuan"

لا الرقص إلا أن يكون فيه تكسر كفعل المخنث


3.  Imam Suyuthi

وكيف ينكر الذكر قائما والقيام ذاكرا وقد قال الله تعالى (الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم) وقالت عائشة رضي الله عنها كان النبي صلى الله عليه وسلم يذكر الله على كل أحيانه، وإن انضم إلى هذا القيام رقص أو نحوه فلا إنكار عليهم فذلك من لذات الشهود أو المواجيد وقد ورد في الحديث رقص جعفر بن أبي طالب بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم لما قال له أشبهت خلقي وخلقي وذلك من لذة هذا الخطاب ولم ينكر ذلك عليه النبي صلى الله عليه وسلم فكان هذا أصلا في رقص الصوفية لما يدركونه من لذات المواجيد وقد صح القيام والرقص في مجالس الذكر والسماع عن جماعة من كبار الأئمة منهم شيخ الإسلام عز الدين بن عبد السلام.

Bagaimana bisa orang menyalahkan orang yang berdzikir saat berdiri, atau berdiri dan berdzikir, saat Allah SWT berfirman "..(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring .."(QS 3:191).  Dan Aisyah rah berkata "Nabi SAW selalu berdzikir dalam setiap waktunya" (Shahih Muslim : 1 : 282 :373).  Dan jika menari dilakukan/ditambahkan saat berdiri, hal ini tidak bisa disalahkan, karena hal ini adalah sebuah kegembiraan spritual, dan kegembiraan yang luar biasa (ecstasy), dan hadits mendukungnya bahwa Ja'far ibn Abi Thalib menari dihadapan Rasulullah SAW, ketika Nabi SAW mengatakan , "Engkau menyerupaiku dalam rupa dan character".  Menari karena kebahagiaan yang dirasakannya karena perkataan itu, dan Nabi SAW tidak menyalahkannya.  Hal ini yang menjadikan dasar bahwa dibolehkannya tarian sufi yang datang dari kebahagiaan yang luar biasa yang mereka rasakan".

4.  Imam Ali Qari 

وأما الرقص مع أنه نوع من النقص فذهبت طائفة الى الكراهة وذهبت طائفة الى الاباحة منهم الرافعي والغزالي والنووي وذهبت طائفة الى التفرقة بين ارباب الأحوال فيجوز لهم ويكره لغيرهم وهذا القول هو المرضي عند جمهورهم وعليه أكثر الصوفية

Dan mengenai tarian, ada beberapa perbedaan, ada golongan ulama sekarang yang memakruhkan, dan golongan ulama lain membolehkan, seperti Ar-Rafi, Al-Ghazali, An-Nawawi, Golongan ulama berbeda pendapat antara tarian yang mengolah keadaan spritual, dan mereka mengatakan ini diperbolehkan, dan selain dari itu adalah makruh.  dan hal ini disetujui oleh mayoritas ulama itu, dan mayoritas sufi adalah sesuai denan itu (mengolah keadaan spritual / jadi boleh").

5.  Hafiz Ibn Hajar.

Hafiz Ibn Hajar juga dilaporkan membolehkan tarian sufi 

Syaikh Yusuf Khattar di dalam bukunya Al-Mawsu’ah Al-Yusufiyyah fi Bayaan Adillat As-Sufiyyah mengutip perkataan Hafiz Ibn Hajar melalui Imam Suyuthi :

"Al-Hafiz Ibn Hajar ditannya tentang tarian sufi, apakah itu ada dasarnya ?  Apakah Sahabat melakukan tarian dihadapan Rasulullah SAW ?"

Beliau menjawab : Ya ! Sungguh Ja'far Ibn Abi Thalib menari dihadapan Rasulullah SAW, ketika Nabi SAW berkata kepadanya bahwa "Engkau menyerupaiku dalam rupa dan kharakter", dan hal penting bagi Nabi SAW untuk mengklarifikas atas tindakan Ja'far tersebut (menari) apakah halal atau haram, namun Nabi SAW tidak melarangnya.  Dan ini dikenal dalam Mustalah Al-Hadith sebagai “Iqraar“, atau "dibolehkan" dan disetuji oleh Nabi SAW.  Dan Nabi SAW tidak akan mendiamkan hal-hal yang haram atau makruh.

Wallahu 'alam

Wassalamu'alaikum

Sumber:
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: