CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

3 Sep 2015

Kisah yang sangat menyentuh hati..



Tetap dalam Kesabaran dan keteguhan iman selama menghadapi masa sulit dan cobaan berat adalah ciri-ciri dari para Saaliheen. Dan sangat jelas, Allah memberi ganjaran berlimpah kepada orang yang takut dan taat kepada-Nya, tetap berTaqwa meski dalam keadaan yang paling sulit sekalipun.

Allah berfirman,

ومن يتق الله يجعل له مخرجا (٢)

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

ويرزقه من حيث لا يحتسب ۚ ومن يتوكل على الله فهو حسبه ۚ إن الله بالغ أمره ۚ قد جعل الله لكل شيء قدرا (٣)

3. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. [Qur’an 65:2-3]

Sebuah Contoh ketabahan dan Taqwa tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al-Tabari, ditulis dalam Sifatus Safwah. Al Imam menceritakan:

Pada tahun 240 Hijriah aku berada di Makkah, di mana aku mendengar seseorang dari Khurasan mengumumkan, "Duhai para peziarah, siapa pun yang menemukan kantong berisi seribu dinar milikku yang hilang, sangat diharapkan untuk mengembalikan kepadaku, Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan pula!".

Seorang pria tua penduduk Makkah mendekatinya dan berkata, "Wahai Khurasani, penduduk kota ini mengalami masa-masa sulit dan waktu untuk haji sudah dekat. Mungkin kantong uangmu ada di tangan seorang pria beriman yang akan sudi mengembalikan kepada mu jika Anda memberinya hadiah sebagian dari itu, yang kemudian akan Halal (diijinkan) untuk dia.

Orang Khurasani itu bertanya, "Berapa banyak yang dia inginkan?"

Orang tua itu menjawab, "satu sepersepuluh dari isi kantong itu - (seratus dinar)".

Dan orang Khurasani berkata, "Ini aku tidak bisa lakukan (tidak setuju). Tapi, aku akan menyerahkan urusan ini kepada Allah SWT".

Mereka kemudian berpisah.

Imam al-Tabari mengatakan, "Aku berpikir bahwa orang tua itu sendiri yang telah menemukan kantong uang itu, karena ia tampak sangat miskin. Aku mengikutinya hingga ia memasuki rumah reyot yang sangat tua dan berseru, "Ya Lubabah!"

Dari dalam, seorang wanita menjawab, "Aku di sini, Abu Ghiyaath."

Ia berkata kepada wanita itu, "aku menemukan pemilik kantong dinar yang membuat pengumuman tadi, tetapi ia tidak bermaksud untuk menghargai orang yang telah menemukannya (tidak memberi persen). Aku menyarankan kepadanya bahwa ia harus memberikan sepersepuluh dari isi kantong bagi yang telah menemukannya, tapi ia menolak. Apa yang harus kita lakukan karena kantong itu harus segera kita kembalikan?".

Istrinya menjawab, "Kami telah hidup dalam kemiskinan bersamamu selama lima puluh tahun terakhir. engkau memiliki tanggungan empat anak perempuan, dua saudara perempuan, ibu ku dan aku. belikan kami makanan dan pakaian dengan uang itu!!! Mungkin pada suatu hari kelak Allah akan membuat Anda kaya dan Anda kemudian dapat mengembalikan uang itu, atau Allah akan melunasi utang tersebut atas nama Anda".

Tetapi orang tua itu menolak, dan mengatakan, "Aku tidak akan menghancurkan napas terakhir ku setelah bersabar selama delapan puluh enam tahun!"..

Imam al-Tabari terus bercerita, "Percakapan itu berakhir dan aku menyelinap pergi. Keesokan harinya aku kembali mendengar orang Khurasani itu berteriak memanggil dalam kerumunan orang, "Wahai peziarah yang datang dari jauh dan dekat! Siapa pun yang menemukan sebuah tas yang berisi seribu dinar milikku harus berbaik hati mengembalikan kepadaku. Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan!".

Sekali lagi, orang tua itu mendekatinya dan berkata, "Aku sudah menyarankan Anda kemarin. Kota kami dalam masa paceklik (kekeringan) dan penduduknya banyak yang miskin. aku mengatakan kepada Anda untuk membagi hadiah seratus dinar bagi orang jujur yang bersedia mengembalikan kantongmu, tetapi Anda menolak. Putuskan hadiah sepuluh dinar. Mungkin uang itu akan dikembalikan kepada Anda dan pahala sepuluh dinar akan menjaga kehormatan penemunya juga".

Orang Khurasani itu kembali berkata, "Ini aku tidak bisa lakukan. Tapi, aku akan menyerahkan urusan itu kepada Allah SWT".

Lalu mereka berpisah lagi.

Imam al-Tabari mengatakan, "Kali ini aku tidak mengikuti orang tua itu ataupun orang Khurasani, tapi aku melanjutkan menulis..

Hari berikutnya orang Khurasani itu lagi lagi membuat pengumuman. Dan sekali lagi Orang tua itu datang kepadanya dan berkata, "pertama kali aku menyarankan Anda untuk memberikan seratus dinar sebagai hadiah dan kemudian sepuluh dinar. Sekarang, aku menghimbau Anda untuk memberikan satu dinar sebagai hadiah. Dengan setengah dinar, penemunya dapat membeli kantong air yang ia dapat digunakan untuk memberikan air kepada orang-orang Makkah dan dengan demikian membantu ia mencari nafkah dan dengan setengah dinar tersisa, ia dapat membeli seekor domba yang akan memberikan susu untuk keluarganya".

Sekali lagi orang Khurasani itu menolak, "Ini aku tidak bisa lakukan. Tapi, aku akan menyerahkan urusan itu kepada Allah SWT".

Orang tua itu kemudian menarik tangan orang Khurasani, dan mengatakan, "Ikuti aku dan ambil kembali kantong uang anda sehingga aku bisa tidur nyenyak di malam hari dan aku bisa terbebas dari beban ini."

Orang tua membawa pergi orang Khurasani itu, dan aku mengikuti mereka ke rumah orang tua itu. Ia masuk dan setelah beberapa saat, meminta Khurasani untuk masuk juga.

Ia menggali lubang kecil di tanah dan mengeluarkan kantong berwarna hitam yang diikat kuat dengan tali.

Ia bertanya pada orang Khurasani, "Apakah ini milik Anda? '

Orang Khurasan melihatnya dan berkata, "Ya. Ini kantongku", lalu ia membuka ikatan tali dan menuangkan dinar ke pangkuannya. Dia kemudian menyentuhkan jari-jarinya diatas uang itu beberapa kali dan mengatakan, "Ini adalah dinar kami".

Ia menempatkan kembali semua dinar kedalam kantong, mengikatnya dan bangkit untuk pergi. Saat ia sampai di pintu, dia berbalik dan berkata kepada orang tua itu, "Ayah ku telah meninggal - semoga Allah menyayanginya - dan meninggalkan tiga ribu dinar. Beliau memerintahkan aku untuk memberikan sepertiga dari harta itu untuk orang yang paling layak yang bisa aku temukan. Ia juga menyarankan aku untuk menjual kendaraannya dan menggunakan dananya untuk biaya haji ku. Aku melakukan apa yang ayah ku telah katakan. Aku menempatkan sepertiga kekayaannya, yang seribu dinar, di tas ini. Sejak aku meninggalkan Khurasan, aku belum bertemu siapa pun yang lebih layak daripada Anda. Ambillah semua dinar ini dan semoga Allah memberikan Anda Barakah (berkat) di dalamnya". dan secepatnya Dia kemudian pergi, meninggalkan kantong dinar itu kepada si orang tua.

Imam al-Tabari mengatakan, "Aku berbalik untuk pergi tapi orang tua itu memanggil dan membawaku kembali. Ia menyuruh aku duduk dan berkata, "Aku melihat Anda mengikuti ku dari hari pertama, dan Anda sangat memahami apa yang telah terjadi di antara kami sampai sekarang. Aku telah mendengar hadits di mana Sayyidina Abdullah bin Umar mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ mengatakan kepada Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali, "Jika Allah memberi Anda hadiah tanpa Anda meminta ataupun meminta untuk itu maka kemudian terimalah dan jangan menolaknya, karena kalau menolak, seolah-olah Anda melemparkan kembali pemberian itu kepada Allah".(Mujamul Awsat, Tabarani) Ini adalah hadiah dari Allah untuk semua orang yang hadir di sini".

Orang tua itu kemudian memanggil istrinya Lubabah, 4 putrinya, 2 saudarinya, istri dan ibunya. kami semua sepuluh orang duduk, ia membuka kantong itu dan mengatakan, "Hamparkan kain lap di atas Anda". Aku melakukannya. Para wanita tidak memiliki pakaian berlebihan melakukan hal yang sama dan mereka membuka tangan mereka keluar sebagai gantinya. Dia kemudian mulai membagi-bagikan satu dinar untuk setiap orang. Ini berlanjut sampai tas itu kosong.

Imam al-Tabari mengatakan, "Hatiku lebih dipenuhi dengan rasa sukacita bagi mereka setelah menerima seratus dinar daripada diriku sendiri".

Ketika aku akan pergi orang tua itu berkata kepada ku, "Anak muda, kamu akan berbahagia. Aku tidak pernah melihat uang tersebut dalam hidup ku, juga tidak pernah bermimpi atau berharap untuk melihat itu. KeTahuilah bahwa itu adalah Halal dan menjaganya. Aku selalu melakukan shalatul Fajr dengan baju yang tua ini dan kemudian pulang dan membukanya, sehingga kaum perempuan bisa memakainya, satu per satu dan melakukan shalat Fajr mereka. Aku kemudian akan pergi untuk mendapatkan sesuatu (mencari nafkah) antara Zuhr dan Ashar. Saat malam, aku akan kembali dengan apa yang Allah berikan. terkadang Ini akan mencakup beberapa butir kurma, keju, potongan roti dan beberapa sayuran yang dibuang orang. Aku kemudian akan membuka lagi baju ini dan kami akan bergiliran untuk melakukan sholat Maghrib dan Isya dgn baju yang sama. Semoga Allah memberkati para wanita itu, aku dan Anda dengan apa yang telah kita terima. Semoga Allah merahmati orang yang telah meninggal itu, yang memiliki kekayaan ini. Semoga Allah juga memberikan penghargaan kepada orang yang membawa ini kepada kami (khurasani)".

Imam al-Tabari rahimahullah menutup ceritanya, "aku pamitan kepada orang tua dan pergi, Selama ber tahun tahun, aku menggunakan dinar bagianku untuk membeli kertas, bepergian dan membayar sewa selama aku belajar. Dan Setelah enam belas tahun, aku kembali ke Makkah dan bertanya tentang orang tua itu. Aku diberitahu bahwa ia telah meninggal. Putrinya menikah dengan bangsawan dan pangeran. Saudara-saudara perempuannya, istri dan ibunya juga telah meninggal. Aku mengunjungi para suami dan anak-anak perempuannya, Mereka menghormatiku dan memperlakukan aku dengan baik".

اللّهمّ صلِّ على سيّدنا محمّدٍ وآله
 وصحْبه وسلِّم


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: