Sayyidī’l-Habīb Muhammad bin 'Abd al Rahmān al Saqqāf:
Di Hari Wafatnya Rasulullah ﷺ Seluruh kota MADINAH terguncang.
Orang orang gemetar.
Pikiran mereka seperti hilang. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Ada yang menjadi buta.
Ada lainnya menjadi lumpuh. Ada yang bingung dan menjelajahi masjid dengan pedang terhunus.
Dan Kemudian AsSiddiq radhiallahu anhu masuk. Beliau datang dengan pemahaman yang mendalam dan mengerti apa yang terjadi. Beliau menyingkapkan penutup dahi Rasulullah ﷺ yang terbaring di ruang Sayyidah A'isyah radhiallahu anha dan mencium diantara kedua matanya. Beliau mengatakan, "Wahai Rasulullah! Betapa manis dan indahnya keberadaanmu di kehidupan dunia ini dan begitu pula di kehidupan akhirat"[Artinya:]! Aku tetap teguh dalam kesaksian ku, kearifan dan persepsiku. Engkau senantiasa indah di setiap keadaan ! Dan beliau melanjutkan, "ingatlah selalu pada kami, Sebutkan nama kami kepada Tuhanmu, wahai Rasulullah!".
[Al Siddiq] adalah pemilik keyaqinan dan kemuliaan. Beliau tahu keadaan ini (wafat) hanyalah perpindahan dari satu tempat tinggal ketempat yang lain dan bahwa ia cepat atau lambat juga akan bersatu dengan kekasihnya, 'Manusia Pilihan'. Namun, api kerinduannya tidak memungkinkan lagi ada kedamaian bagi pemilik cinta bahkan sesaat. Karena sang kekasih tidak tahan berpisah dari kekasihnya. Meskipun ia telah memiliki janji pertemuan kembali, tapi api kerinduan dalam hati tidak dapat dipadamkan kecuali dengan air [yang sebenarnya] pertemuan.
Dengan demikian, pada hari-hari pertama setelah perpisahan dengan Rasulullah ﷺ, AsSiddiq menanggung beban dgn menyibukkan diri dari kekhalifahan dan pimpinan Negara Islam, Orang orang disekitarnya tetap akan mencium bau hati yang terbakar dalam setiap tarikan napasnya. Pernahkah Anda mendengar tentang seseorang yang bagian dalam tubuhnya dibakar oleh api cinta?
Karena sering dan kuatnya, panas dalam jiwa ini diwujudkan dalam pembakaran fisik hatinya. Panas dari kerinduan dan cinta! Jika setetes cinta milik AsSiddiq untuk Rasulullah ﷺ ini hadir melalui sehelai rambut dari beliau dan dibagikan di antara kita, kita semua dipastikan akan menjadi gila dengan kerinduan. Jadi bagaimana beliau Radhiallahu Anhu mampu menanggung panas yang segitu besar di dalam hatinya?
Inilah sebabnya mengapa ulama mengatakan syahid pertama dari cinta adalah Sayyidah Fatimah al Zahrā`. Dan mereka mengatakan nilai tertinggi dari sebuah kesyahidan adalah syahid oleh cinta yaitu orang yang dibunuh oleh pedang cinta dan kerinduan.
Sayyidah al Zahrā` 'alayha Salam adalah orang yang pertama dari mereka yang tidak tahan akibat perpisahan dan ibaratnya bahwa beliau terbunuh oleh pedang kerinduan. Demikian pula, AsSiddiq mengikutinya pada jalur luhur ini. Karena kasih dan kerinduan untuk Rasulullah ﷺ, bau hati yang terpanggang keluar melalui mulutnya...
Jadi apakah ada di hati kita, Duhai saudara saudaraku, panas dari kerinduan yang telah membuat air mata kira jatuh atau membuat kita tak bisa tidur meskipun sekali saja? Atau kita hanya terus menerus menceritakan kisah kisah ini seolah-olah mereka adalah dari serial TV?
Ini [cerita] adalah fakta dan NYATA. rahasia kisah ini akan terus mengalir dari Sang Pencipta kepada dunia ini sampai hari terakhir.
Selamat kepada orang orang yang menemukan sesuatu yang panas ini di dalam hatinya. Karena sesungguhnya api ini membakar dosa dan menghalau kegelapan di dalam hati. Ini api cinta dan kerinduan untuk Rasulullah, sholawat dan salam besertanya dan keluarganya".
Allahumma sholli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa aali Sayyidina Muhammad..