Tulisan dari Prof Nadirsyah Hosen..
Kawan, pernah ku ceritakan padamu mengenai seorang perempuan suci dari Mesir, Sayyidah Nafisah, guru dari Imam Syafi'i. Kali ini, perkenankan aku, masih dalam keadaan berwudhu, untuk bercerita tentang seorang perempuan suci dari Sevilla (sebuah kota di Spanyol), yang merupakan guru dari al-Syekh al-Akbar Ibn Arabi (1165-1240). Ini kisah lebih dari 750 tahun yang lalu.
Namanya Nunah. Atau lengkapnya Syaikhah Nunah Fatimah binti Ibn al-Mutsanna. Lahir di Cordoba Spanyol, namun kemudian beliau pindah ke Sevilla, dan bertemu dengan Ibn Arabi yang masih remaja saat itu. Syaikhah Nunah sudah berusia 90-an tahun, namun saat Ibn Arabi menatap wajahnya, Ibn Arabi melihat pancaran sinarnya yang begitu menakjubkan. Begitulah dunia spiritual itu, yang tua sinarnya bisa menyilaukan seperti terlihat masih muda, dan yang muda aura-nya bisa terlihat seperti orang tua penuh wibawa.
Syaikhah Nunah selalu ceria meskipun ia hidup dalam kondisi serba papa. Dan ketika muridnya bertanya, gurunya menjelaskan, "Aku merasa sangat senang karena Allah swt selalu memperhatikanku. Terlebih karena Dia telah menjadikanku sebagai salah satu kekasihNya. Siapalah aku ini sampai Allah memilihku. Aku heran dengan mereka yang mengaku mencintai Allah tapi tak bisa merasa gembira dengan apapun yang Allah berikan padaNya [baik suka maupun duka]." Rasa bahagia berdekatan dengan Allah telah mengalahkan segala duka dan nestapanya.
Pada titik ini, saya teringat ungkapan sufi yang lain: "bahkan jika Allah menyodorkan racun pahit untuk aku minum, akan aku terima dengan bahagia bagaikan meminum anggur termahal". Ah....jauhhh...masih jauhhh diri ini mengikuti para kekasihNya.
Syaikhah Nunah mengingatkan muridnya bahwa Sang Kekasih itu sangat pencemburu. "Sesaat saja aku berpaling dariNya dan tak menyadari kehadiranNya maka aku akan mendapat cobaan yang sebanding dengan kelengahanku." Inilah makna dzikir yang sesungguhnya: selalu mengingat Allah dalam setiap langkah kita, dan sebagai ganjarannya Allah akan selalu menemani langkah kita. Jangan coba-coba berpaling apalagi berkhianat pada Sang Kekasih. Inilah "kontrak" mereka dengan Sang Kekasih.
Ibn Arabi menuturkan bahwa dalam munajatnya, Syaikhah Nunah mendapat penawaran dari Allah berupa kerajaanNya namun ia menjawab, "Aku hanya inginkan Engkau oh Gustiku. Hanya Engkau. Segala sesuatu selainMu hanyalah kehampaan."
Sebagai gantinya, Allah memberinya hadiah berupa surat al-Fatihah yang senantiasa melayani kebutuhannya. Kata Ibn Arabi, guruku itu "orang yang sangat penyayang terhadap semesta". Mereka yang sudah mampu mengikuti langkah Nabi Muhammad sebagai rahmat semesta alam tentu sangat layak mendapat 'hadiah' langsung dari Allah.
Ibn Arabi menyaksikan sendiri manakala seorang perempuan mengadu kepada Syaikhah Nunah bahwa ia telah ditinggalkan suaminya yang pergi ke kota lain, maka untuk menolong perempuan yang menderita itu, Syaikhah Nunah membaca surat al-Fatihah. Lalu datanglah surat al-Fatihah menjelma dan berjasad dalam bentuk seperti awan. Maka Sang Syaikhah meminta Surat al-Fatihah untuk membawa suami perempuan itu kembali ke Sevilla. Setelah peristiwa itu terdengar kabar bahwa suami perempuan itu sudah berkumpul kembali bersama keluarganya dalam waktu tiga hari. Sewaktu ditanya, suami itu kebingungan dan tidak mengerti bagaimana hatinya berubah dan kemudian memutuskan kembali ke rumahnya. Inilah salah satu karamah Syaikhah Nunah.
Pernah pula Sang Guru kehabisan minyak untuk pelita tendanya. Lalu Syaikhah Nunah menyuruh Ibn Arabi mengambil bejana berisi air. Dicelupkanlah tangan Syaikhah Nunah ke dalamnya, dan dengan ijin Allah, air pun berubah menjadi minyak.
Kawan, dari kisah ini kita bisa belajar bahwa baik lelaki maupun perempuan punya hak yang sama untuk mendekati Allah swt.
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar: itu adalah keberuntungan yang besar. (QS al- Taubah:72)
Para perempuan pun ada yang derajatnya begitu dekat dengan Allah. Dan para lelaki yang paham tidak akan segan-segan belajar dari para perempuan. Ibn Arabi mendapat ilmu, pelajaran dan barakah dengan berguru dan berkhidmat pada Syaikah Nunah, seperti yang diceritakan sendiri oleh Ibn Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyyah dan Ruh al-Quds.
Untuk para perempuan suci yang menjadi kekasih Allah di Timur dan di Barat...al-fatihah....
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Monash Law School