Nama “tuhan” pertama
Nama “tuhan” pertama yang disembah oleh manusia selain Allah subhaanahu wata’aala adalah Wadd.
Allah berfirman:
Dan mereka (kaum Nuh yang kafir) berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr.” (Nuh: 23)
Ibnu Hatim meriwayatkan, dari Urwah bin Zubair, bahwa Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr sebenarnya merupakan anak-anak Nabi Adam ‘alaihissalam, dan Wadd adalah yang tertua dan yang paling berbakti di antara mereka semua. Mereka semua adalah muslim yang shaleh yang memiliki pengikut yang setia dan taat.
Ibnu Jarir meriwayatkan dalam kitab tafsirnya, dari Ibnu Humaid, dari Mihran, dari Sufyan, dari Musa, dari Muhammad bin Qais, bahwa setelah mereka meninggal dunia, para pengikutnya membuat patung-patung orang shaleh tersebut untuk mengingat keshalehan mereka supaya bisa lebih memberi semangat dalam beribadah. Namun seiring bergantinya generasi, patung-patung tersebut kemudian dijadikan sesembahan, dan ilmu tauhid pun berangsur ditinggalkan.
Seth (Nabi Syith AS)
Diriwayatkan dari Abu Dzar, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
Sesungguhnya Allah menurunkan 104 shahifah (lembaran suci, yakni selain empat Kitab Suci pada empat Rasul). Sebanyak 50 shahifah diberikan kepada Seth.
Seth adalah manusia yang diberi tanggung jawab kenabian setelah Nabi Adam ‘alaihissalam. Seth bermakna “karunia dari Allah”. Adam dan Hawa menamainya demikian karena mereka dikaruniai Seth setelah anak mereka, Habil, meninggal (dibunuh oleh Qabil).
Bahasa Arab fushah
Orang-orang Arab yang hidup sebelum zaman Nabi Ismail bin Ibrahim ‘alaihissalam disebut Arab Aribah, di antaranya Kaum Ad, Tsamud, Jurhum, Thasm, Jadis, Amim, Madyan, Imlaq, Abil, Jasim, Qahtan, Abu Yaqtun, dll. Sedangkan yang terlahir dari Nabi Ismail ‘alaihissalam disebut Arab Musta’ribah.
Nabi Ismail ‘alaihissalam adalah orang pertama yang menggunakan bahasa Arab fushah. Beliau mengambil dasar bahasanya dari kaum Jurhum, kaum yang pernah ditemui ibundanya, Siti Hajar, di Tanah Haram. Namun, Nabi Ismail ‘alaihissalam mendapat petunjuk langsung dari Allah hingga bahasanya benar-benar fasih. Bahasa inilah yang kemudian juga digunakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Bahasa Arab fushah adalah bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Masjid Pertama
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Sulaiman bin Mahran Al-A’masy, dari Ibrahim bin Yazid At-Taimi, dari ayahnya, dari Abu Dzar, ia berkata:
Aku pernah bertanya pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali didirikan?”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Masjidil Haram.”
Masjidil Haram
Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian setelah itu masjid apa?”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Masjid Baitul Maqdis.”
Aku bertanya lagi, “Berapa tahunkah keduanya berselang?”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, “40 tahun.”
Aku bertanya lagi, “Kemudian setelah itu masjid apa lagi?”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kemudian di manapun kamu memasuki waktu shalat, shalatlah, karena semua tempat adalah masjid (yakni tempat bersujud).”
Masjid Baitul Maqdis
Menurut versi ahlul alkitab, orang yang mendirikan Masjidil Aqsa adalah Nabi Ya’qub ‘alaihissalam, yang mereka sebut dengan nama Masjid Elia, yaitu Masjid Baitul Maqdis.
Nabi Ya’qub ‘alaihissalam mendirikan Masjidil Aqsa setelah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Nabi Ismail ‘alaihissalam mendirikan Masjidil Haram.
[Nama lain Nabi Ya’qub ‘alaihissalam adalah Israel. Nama alias tersebut kemudian dijadikan nisbat untuk keturunannya, yaitu Bani Israil.]