Dalam usia yang masuk uzur, Zakaria AS merindukan kehadiran seorang putra. Ia khawatir jika hingga ajal dicabut belum juga memiliki keturunan, maka siapa nanti yang akan meneruskan perjuangan syiar agama-Nya. Karena itulah Zakaria AS tak pernah berhenti bermunajat kepada Allah SWT, minta agar Dzat Yang Maha Perkasa memberinya anak.
“Yaa, Allah, yaa Rabb. Janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri. Engkau sebaik-baiknya Dzat yang memberi keturunan. Yaa, Tuhanku, telah lemah tulang belulangku, telah penuh uban di kepalaku, dan bukanlah aku seorang sial dalam berdoa kepada-Mu. Sedangkan istriku adalah seorang perempuan mandul, berilah kepadaku dari karunia-Mu seorang anak yang kelak akan menjadi penggantiku,” doa Zakaria AS tak berhenti hanya sekali. Ia tak ingin kobaran semangat syiar agama yang ada di pundaknya terputus gara-gara tidak punya keturunan. Sementara kondisi rahim sang istri sudah tidak mungkin untuk melahirkan anak.
Doa Zakaria AS dijawab oleh Allah SWT. Melalui malaikat utusan-Nya, Allah SWT menjanjikan Zakaria AS akan dikaruniai seorang anak yang kelak diberi nama Yahya. “Belum pernah ada manusia yang bernama Yahya,” kata Sang Malaikat utusan Allah SWT. Namun jawaban dari Allah SWT tersebut justru membuat Zakaria AS merasa kebingungan. Bagaimana mungkin aku bisa membuahi rahim istriku, sementara aku sudah tidak punya kemampuan lagi mendekatinya? Bagaimana mungkin pula rahim istriku yang mandul dapat mengandung putra pemberian-Mu? Rasa gundah ini muncul karena memang Zakaria AS yang hidup di jamannya saat itu punya sifat selalu ingin jelas dan nyata dalam menghadapi persoalan apapun.
Gundah hati Zakaria AS segera pula dijawab oleh Allah SWT. Melalui Sang Malaikat, Dia berkata, “Bukankah Allah yang menjadikanmu, sedang sebelumnya kamu tidak ada? Dan Tuhan itu pulalah yang akan memberi engkau anak?”
Tanda-tanda kebesaran Sang Illahi pun terjadi. Istri Zakaria AS yang sudah uzur dengan rahim yang mandul suatu ketika diketahui hamil. Dari rahim sang istri itulah lahir seorang bayi laki-laki yang kemudian, sesuai dengan petunjuk Allah SWT, diberi nama Yahya. Kelak anak itu akan tumbuh jadi seorang pemimpin (nabi) yang mempunyai kecerdasan luar biasa, tegas dalam mengambil keputusan, serta memiliki keimanan yang teruji. Ia pun hafal segala isi Kitab Suci Taurat dan menerapkannya dalam perikehidupan sehari-hari.
Alkisah, Yahya, setelah ia tumbuh dewasa, ditetapkan sebagai seorang penghukum atau hakim. Saat mengemban amanah sebagai hakim, ia pernah menghadapi dilema yang sangat pelik. Dilema itu berawal dari keinginan Raja Hirodus yang menguasai Negeri Palestina yang hendak meminang salah seorang keponakan Yahya. Sang keponakan yang diceritakan berparas sangat cantik itu bernama Hirodia. Raja Hirodus sudah datang kepada orangtua Hirodia dan keputusan untuk mengawini gadis itu sudah bulat.
Mendengar kabar bahwa Hirodia akan dinikahi oleh Raja Hirodus, bukan main marahnya Yahya. Ia memvonis perkawinan kedua orang itu tidak sah karena bertentangan dengan ketentuan yang terkandung dalam Kitab Suci Taurat. “Perkawinan mereka tidak akan saya akui dan saya akan menentang sekeras-kerasanya perkawinan mereka!” ujar Yahya sambil menyebutkan, Hirodia atau Harduba itu sesungguhnya adalah anak Raja Hirodus itu sendiri. Kabar tersebut disampaikan oleh Abdullah bin Zubair. Sementara dari As-Suddy mengatakan, Hirodia merupakan anak tiri dari Raja Hirodus yang hukumnya “haram” dinikahi olehnya (Raja Hirodus). Begitu pula Ibnu Abbas memberi kabar, Hirodia masih merupakan anak saudara laki-laki Raja Hirodus. Semua argumentasi tersebut menurut Kitab Taurat, sama dengan hukum Al-Qur’an, sangatlah tidak halal Raja Hirodus memperistri Hirodia!
Keputusan Yahya demikian, tentu saja, membuat berang Raja Hirodus dan membuat kecewa Hirodia. Lalu keduanya mengatur siasat untuk menghabisi Yahya karena dianggap telah mengacaukan rencana perkawinan mereka. Hirodia pun, dengan kecantikan yang dimilikinya, berusaha menggoda Yahya. Namun kemolekan rupa dan tubuh gadis itu sama sekali tidak membuat Yahya mengubah keputusannya.
Gagal menggoda Yahya dengan berahi yang ditawarkannya, Hirodia lantas menghasut Raja Hirodus untuk membunuh “hakim agung” yang dianggapnya keras kepala itu. Permintaan sang kekasih itu tentu saja tidak ditolak oleh Raja Hirodus yang memegang tampuk kekuasaan sebagai raja di negerinya dari tahun 4 sebelum Masehi hingga tahun 37 sesudah Masehi. Raja dzolim itu pun segera menangkap Yahya, kemudian memenjarakannya. Diriwayatkan, di dalam penjara itulah lelaki yang kemudian dalam sejarah dikenal sebagai Nabi Yahya AS tersebut dibunuh dengan cara yang biadab: disembelih!
Cerita di atas menunjukkan bahwa, Nabi Zakaria AS telah melakukan pengorbanan yang sangat luar biasa. Tidak semua umat manusia, apalagi yang hidup di jaman sekarang, yang bisa menyamai pengorbanan beliau. Yakni harus rela kehilangan putra semata wayang yang tewas dengan cara mengenaskan, padahal sebelumnya beliau sangat berharap hadirnya seorang anak untuk melanjutkan tugas-tugasnya sebagai Utusan Allah SWT. Padahal saat itu sangat memungkinkan bagi Nabi Zakaria AS memengaruhi Yahya untuk mencabut keputusannya atau mencari solusi lain, lalu merestui perkawinan Raja Hirodus dengan Hirodia. Apa pula pengorbanan lain dari sosok Nabi Zakaria AS?
Setelah menghabisi Nabi Yahya AS dengan cara keji, Raja Hirodus mencari pula Nabi Zakaria AS. Mungkin dia berpikir orang itu kelak akan pula menghalangi keinginannya mengawini Hirodia, gadis cantik pujaan hatinya. Karena itu, Raja Hirodus berniat menghabisi pula Nabi Zakaria AS! Rupanya Raja Hirodus ingin meneruskan “kepiawaian” sang bapak dalam urusan bunuh membunuh manusia. Konon sang bapak, Raja Hirodus Agung, adalah pembegal ratusan nyawa manusia.
Kabar dirinya hendak dibunuh oleh Raja Hirodus, rupanya terendus oleh Nabi Zakaria AS. Beliau pun lari untuk bersembunyi dan menyelamatkan diri. Konon Nabi Zakaria AS sempat bersembunyi di sebuah kebun dekat kota Yerusalem. Tetapi apa lacur tempat persembunyian beliau diketahui oleh balatentara Raja Hirodus. Sebatang pohon yang membelah dirinya dan mempersilakan Nabi Zakaria AS bersembunyi di dalamnya, ditunjukkan oleh iblis kepada tentara Raja Hirodus. Alhasil, batang pohon tempat bersembunyi Nabi Zakaria AS digergaji oleh mereka. Nabi Zakaria AS tewas dengan tubuh terbelah dua!
Allah SWT pun murka. Kematian para Sang Kekasih itu kemudian dibalas oleh-Nya dengan menimpakan berbagai bencana kepada kaum Bani Israil yang merupakan kaum Raja Hirodus. Dalam sebuah kisah diceritakan, mereka pernah terbunuh hingga 120.000 orang dalam sebuah peperangan yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai serangan Nebukadnezar dari Babill dan serangan Titus dari Kerajaan Romawi. Dan itu terjadi sebelum serta sesudah kelahiran Nabi Isa bin Maryam AS. Wallahu’alam.