Tuhan menggunakan penamaan "Tuhan" utk menceritakan diri-Nya, dlm bahasa arab disebut: Rabb atau Ilah. Misalnya firman Allah:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". Mereka bertanya: "Adakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yg akan membuat bencana dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dg memujiMu dan mensucikanMu?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa2 yg kamu tidak mengetahuinya".
Dalam do'a juga kita sering mengucapkan, "Ya Robbana atau Ya Ilahi " yg artinya "wahai Tuhan kami"
Tpi entah mengapa akhir2 ini sebagagian ummat Islam yg mengaku dirinya paling Islami banyak yg protes terhadap penulisan Tuhan karena katanya sama dg penyebutan untuk orang nashrani, atau terlalu dekat dg Sang Hyang dalam keyakinan agama lain.
Islam, bagi kita bangsa Indonesia itu Islam NUsantara. Anda boleh menyapa Dia dgn panggilan "Tuhan" atau menyebut "sembahyang" utk sholat atau "puasa" utk shaum atau " langgar/surau " untuk musholla, "ayah" untuk abi dll, bahkan tak mengapa mas paimin menyebut "sekaten" utk syahadatain atau mas parjo menyebut "sarengat" utk kata syari'at.
Pemangku da'wah saat ini sudah banyak yg latah dan terlalu banyak yg melangit, padahal Allah meminta kita menjadi khalifah di bumi, artinya kita justru harus membumi. Turunlah sejenak dari ketinggian. Sapalah mbo tukiyem yg meskipun hanya penjual sayur di pasar kaget, tetapi selalu jujur dlm transaksi dan amat menghargai pembeli.
Islam NUsantara itu ramah lingkungan, sebagaimana budaya lama nenek moyang kita yg menyenangi gotong royong dan kesederhanaan.
Baju koko ( asalnya dari kata taqwa), kopiah (asalnya dari kata khufyah) dan sarung (asalnya dari kata syar'an, oleh sebagian orang jawa tengah bagian selatan yg memiliki dialek ngapak akhirnya menjadi syarngan, lalu berevolusi lagi menjadi sarungan ) tak mengapa engkau kenakan, tak perlu juga menggantinya dgn gamis atau sorban putih. Keningmu yg tak menghitam tak perlu digosok2 saat sujudmu, biar saja, meski tdk berjidat hitam, bukan berrti engkau tidak sholeh.
Mari kita fahami dan amalkn ajaran Islam dg tetap tidak menyampingkan budaya lokal. Itulah Islam NUsantara, Islam warisan para Aulia , penyebar agama Islam di bumi NUsantara tercinta.
والله اعلم بالصواب