“Jika sulit mencari alasan untuk menghormati pemeluk agama lain, alasan bahwa dia adalah manusia ciptaan Allah Swt. saja sudah cukup.” (Maulana Habib M. Luthfi bin Yahya)
Ketika kita telah menjelma kasih sayang di antara sesama kita pasti kedamaian itu akan semakin kokoh, semakin kuat dan semakin melejit. Dan cahaya kedamaian itu tidak dirasakan untuk Bangsa Indonesia saja, melainkan juga akan ditiru oleh bangsa lain.
Kita melihat tokoh-tokoh sesepuh kita, dari Budha, Hindu, Kristiani, Katolik, Protestan, dlsb. juga yang Muslim, kita melihat secara langsung ternyata semuanya koq Indonesia. Beda memang, ok, beda. Tapi saya kira tidak ada kalimat ‘Beda Indonesia’.
Rahmat Yang Maha Kuasa itu cepat turun karena kedamaian. Coba ribut terus, berkah dicabut, isinya hanya permusuhan, curiga, dan lain sebagainya. Ya ndak ada habisnya. Kalau orang selalu mencari kejelekan, saya jadi teringat nasihat guru saya, “Luth, Luth...”
“Ada apa Kiai?”
“Kamu kalau melihat orang lain, hidungmu itu dikasih minyak wangi, dioleskan. Nantinya mencium siapa pun akan wangi. Jika istrimu saat memasak maka akan berbau kompor, yang memakai kayu bakar maka berbau kayu, tapi tetap sedap karena di bawah hidungmu ada minyak wanginya. Secantik apapun jika di bawah hidungmu ada kotorannya maka jadi tak karuan. Sudah tampil cantik, mandinya sungguhan, ternyata bau kotoran. Dia tidak melihat, ternyata yang ada kotoran di bawah hidungnya adalah dirinya sendiri.”
Itulah kalau kita selalu memandang tidak baik, curiga terus, saya mengingat; ‘Eh di hidungku ada kotorannya tidak’. Nah ini suatu ajaran dari sesepuh-sesepuh kita. Dari sinilah kekuatan yang tanpa kita prediksi.
Dengan doa bersama ini melambangkan dan menunjukkan suatu kekuatan Indonesia yang tidak main-main. Saya sedikit memperingatkan untuk kita semuanya, kalau Indonesia ini umpanya ditekan oleh oknum-oknum politik entah luar negeri atau siapapun, kita ndak mempan. Digoyahkan tentang faktor ekonomi, Indonesia masih tetap kuat. Ujungnya yang paling berbahaya adalah, ‘benturkan antar-umat beragama’. Itulah