Nabi Isa AS terkenal sebagai seorang nabi yang sangat zuhud. Suatu ketika ada seorang lelaki Bani Israil mendatangi beliau yang sedang sendirian dan berkata, “Wahai Isa, saya ingin bersahabat dan selalu bersamamu!!”
Nabi Isa berkata, “Baiklah, marilah berjalan mengikutiku”
Beberapa waktu lamanya berjalan menyusuri sungai, lelaki yang mengikuti beliau itu tampaknya merasa lapar. Nabi Isa mengajaknya beristirahat, dan beliau ‘mengeluarkan’ tiga potong roti dari balik baju beliau yang kumuh. Entah, kapan beliau membelinya atau sejak kapan beliau menyimpannya di balik baju tersebut? Padahal dengan kezuhudannya, beliau tidak pernah membawa atau menyimpan makanan atau harta apapun ke manapun beliau pergi.
Nabi Isa menaruh tiga potong roti itu di depan mereka berdua, beliau makan satu potong dan lelaki itu ikut makan satu potong juga. Tersisa satu potong yang dibiarkan begitu saja. Nabi Isa turun ke sungai untuk minum air, dan ketika kembali kepada lelaki teman seperjalanannya itu, sepotong roti yang tersisa itu telah hilang atau habis. Nabi Isa bertanya, “Siapakah yang mengambil sepotong roti itu?”
“Saya tidak tahu” Katanya.
Nabi Isa memandangnya sesaat dengan tajam, kemudian mengajaknya pergi melanjutkan perjalanan. Beberapa waktu lamanya perjalanan, mereka tiba di pinggiran suatu hutan. Beliau melihat seekor rusa dengan dua ekor anaknya, dan beliau memanggil salah satu anaknya. Setelah mendekat, beliau menyembelih dan membakarnya, dan memakan dagingnya berdua dengan temannya itu hingga habis. Setelah itu itu Nabi Isa memanggil anak rusa tersebut, dan dengan ijin Allah, tulang-belulangnya dengan tiba-tiba telah kembali menjadi anak rusa yang utuh dan berlari kembali ke induknya. Lelaki itu hanya bisa memandang dengan perasaan takjub.
Nabi Isa berkata kepada temannya itu, “Demi Allah yang telah menunjukkan padamu bukti kekuasaan-Nya ini, siapakah yang mengambil sepotong roti yang ke tiga itu?”
“Saya tidak tahu” Kata lelaki itu, masih bertahan dengan jawabannya semula.
Lagi-lagi Nabi Isa hanya memandangnya sesaat dengan tajam, kemudian mengajaknya melanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian, mereka terhalang oleh sungai yang cukup lebar, tidak ada tukang perahu atau rakit yang bisa dimintai tolong. Maka Nabi Isa memegang tangan lelaki itu, dan menuntunnya berjalan di atas permukaan air dengan tenangnya. Ketika telah sampai di seberang, beliau berkata lagi, “Demi Allah yang telah menunjukkan padamu bukti kekuasaan-Nya ini, siapakah yang mengambil sepotong roti yang ke tiga itu?”
“Saya tidak tahu!!” Kata lelaki itu, masih saja bertahan dengan jawabannya.
Seperti sebelumnya, Nabi Isa hanya memandangnya sesaat dan mengajaknya meneruskan perjalanan. Tiba di tengah hutan, mereka beristirahat, Nabi Isa mengambil segenggam tanah dicampur dengan kerikil, dan mengepalnya menjadi tiga bagian sama besar. Setelah itu beliau bersabda, “Dengan ijin Allah, jadilah kalian emas!!”
Tiga gumpalan tanah itu menjadi emas, lelaki itu tampak berbinar-binar matanya. Nabi Isa berkata sambil lalu, “Satu emas untukku, satu emas untukmu, dan satunya lagi untuk orang yang mengambil sepotong roti yang ke tiga itu!!”
Segera saja lelaki itu berkata, “Wahai Nabi Isa, akulah orang yang memakan roti yang ketiga itu!!”
Nabi Isa bangkit berdiri, dan berkata, “Ini, ambillah semua emas ini, aku tidak memerlukannya, tetapi jangan pernah mengikuti aku lagi!!”
Nabi Isa pergi meninggalkannya, tetapi tampaknya ia tidak perduli lagi. Bahkan sampai beliau hilang dari pandangan, dengan tamaknya, ia masih asyik membolak-balik emas yang penuh ajaib tersebut. Tetapi tiba-tiba datang dua orang yang bermaksud merampas hartanya, untungnya ia mempunyai kemampuan bernegosiasi. Dengan bujuk rayu, ia berhasil menggagalkan maksud ke duanya dan menjanjikan untuk membagi tiga harta yang dimilikinya sama rata, mereka berdua menyetujuinya.
Kini mereka bertiga berjalan bersama layaknya seorang sahabat akrab. Ketika merasa lapar, ia memberi uang kepada salah satu dari orang tersebut untuk membeli makanan di warung yang tempatnya agak jauh. Setelah temannya berlalu pergi, keduanya berbincang-bincang. Ia berkata, “Untuk apa kita mesti membagi tiga harta ini. Sebaiknya kita bagi untuk kita berdua saja. Jika temanmu itu datang, kita bunuh saja, gimana?”
“Ide yang brillian!! Biar aku yang melakukannya jika nanti ia muncul” Kata lelaki satunya, yang tampaknya tidak kalah tamaknya dengan teman barunya itu.
Tetapi sepertinya ketamakan itu juga tengah meliputi lelaki yang sedang disuruh membeli makanan itu. Terbersit dalam pikirannya, “Untuk apa susah-susah membagi hartanya itu, semua itu adalah milikku. Biarlah makanannya nanti kucampuri dengan racun!!”
Setelah ia makan sepuas-puasnya di warung, dan meminta dua porsi makanan lainnya dibungkus, ia pergi membeli racun dan mencampurkannya dengan makanan dua temannya itu.
Begitulah, ketika ia kembali, temannya langsung memukulinya dengan kayu yang cukup besar sehingga ia tewas seketika. Mereka berdua sangat gembira, mudah sekali memujudkan rencananya itu. Karena perut keroncongan, mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum membagi hartanya. Tetapi belum sampai setengah porsi mereka habiskan, leher mereka itu serasa tercekik dan mereka jatuh terguling, mati dengan mulut berbusa dan wajah membiru karena racun yang sangat kuat.
Tidak berlalu lama, Nabi Isa bersama beberapa orang sahabat beliau melewati tempat tersebut dan mendapati tiga mayat dengan harta berserakan di sekitarnya. Beliau mengenali satunya sebagai orang yang pernah mengikuti beliau itu. Beliau berpesan kepada sahabat-sahabatnya, “Inilah contohnya (tamak kepada) dunia, hendaklah kalian berhati-hati dengan harta dunia ini!!”