Syahdan, hiduplah seorang Waliyah (wali Allah perempuan) yang sangat ternama di zamannya dengan kecintaan beliau kepada Allah SWT.
Sekali waktu beliau ini ditanyai orang: “Apakah engkau mencintai Rasulullah SAW, selain engkau juga cinta kepada Allah SWT?” jawab beliau: “Hatiku sudah dipenuhi cinta kepada-Nya dan tidak bisa mencintai selain-Nya.” Malamnya beliau bermimpi, mendengar suara dari Arsy: “Wahai fulanah, engkau kami cintai, tapi bukan engkau yang paling kami cintai”.
Terkejutlah beliau didalam mimpinya dan beliau bertanya: “Siapakah yang lebih dicintai dari diriku?”
Didalam mimpinya beliau melihat seorang pemuda yang sedang lelap tertidur di pangkuan Baginda Rasulullah SAW. “Dialah yang lebih kami cintai dari engkau, karena dia cinta kepada kekasih kami, dan kekasih kami pun cinta kepadanya, kami cinta kepadanya melebihi cinta kami kepada engkau”.
Terbangunlah waliyah ini dan di carilah olehnya pemuda ini.
Akhirnya si waliyah ini berjumpa dengan sang pemuda tadi, di lihatnya apa amal dan kerjanya, si pemuda ini rupanya hanyalah seorang sayyid miskin yang menjadi kuli di pasar, pulang dari pasar, dia merawat ibunya yang sakit, malamnya ia beribadat, itu saja.
Dihari yang kedua, di lihatnya si pemuda kembali bekerja di pasar, tapi di hari itu tidak ada yang menggunakan tenaganya, akhirnya dia pulang dengan tangan kosong. Waliyah ini mengikuti si pemuda sampai di depan rumahnya, tiba-tiba si pemuda menengadahkan tangannya ke langit dengan dengan tanpa berdoa dan berkata-kata, dengan seizin Allah SWT tiba-tiba ditangannya sudah di penuhi uang.
Di Hari yang ketiga, di lihatnya si pemuda ini tidak bekerja, ketika di cari-carinya ternyata sang pemuda terbaring sakit, kata si pemuda: “Wahai fulanah, kemarilah!”. Berkata si sayyid miskin ini: “Aku tahu engkau fudhul (usil ingin tahu) dengan diriku selama 3 hari ini, ketahuilah olehmu, cintamu itu sudah cacat bercela, engkau mencintai satu kekasih saja, kekasih yang lain tidak engkau cintai, jawablah aku, kekasih mana yang bisa meridhoimu?.”
Terkejutlah si Waliyah ini dan iapun sadar, bahwa si pemuda adalah soerang Wali Allah yang lebih utama dari dirinya. kemudian di dengarnya si pemuda bermunajah: “Wahai kekasih, sudah terbuka rahasia antara kita berdua, tiada guna aku berlama-lama disini, jemputlah aku untuk berjumpa dengan-Mu.” Lalu si pemuda menyebut: “Allah”, wafatlah beliau pada saat itu juga, si Waliyah inipun menangis tersedu-sedu dan menyadari kesalahannya.