Ramadhan, Berpuasalah! Lapar Akan meruntuhkan Kesombongan Ego
(Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani)
Engkau adalah Sultan, Sultan di antara semua Sultan. Engkau Mahabesar, tak seorang pun bisa menyamai-Mu, hanya Engkau, Wahai Tuhan kami. Semua kebesaran tidak ada artinya di hadapan Kebesaran Ilahiah-Mu. Kami bukan apa-apa. Di bulan suci ini Allah memberi kita dari Berkah-Nya yang tidak terhingga dan kita membutuhkan Berkah-Nya. Walaupun kita bukan apa-apa, kita mengaku sebagai sesuatu, yaitu dengan memberi diri kita gelar-gelar kosong sehingga kita bisa mendapat nilai tertentu. Tetapi bahkan bila kalian berusaha untuk memberikan nilai ini kepada diri kalian, itu tidak ada artinya, tak bermanfaat.
Selama seseorang ingin memberi dirinya suatu nilai, dia akan menjadi hina, lebih hina, dan paling hina... Selama seseorang mengaku sebagai sesuatu, dia akan melihat pada kekuatan dirinya sendiri, pengetahuannya, posisinya, usaha yang dimilikinya, jabatannya, keluarganya, rasnya, kekayaannya… Dengan semua ini dia ingin memberikan suatu nilai bagi dirinya, tetapi pada kenyataannya dia semakin hina dan hina dan dia akan jatuh ke dalam tong sampah dan menjadikan dirinya sendiri sebagai sampah. Jika kalian berusaha menjadi sesuatu, Saya akan datang dan melihat kalian ketika kalian sedang sekarat, dan setelah meninggal Saya akan melihat bagaimana keadaan kalian. Kalian mungkin akan berbau busuk! Apakah itu nilai kalian? Kalian, yang mengaku sebagai orang penting! Jika kalian berpikir bahwa kalian sangat bernilai, mari Saya bawa kalian ke pasar orang-orang mati setelah kalian meninggal dan mari kita lihat berapa nilai kalian!
Ya, itu adalah nilai bagi semua orang yang mengaku sebagai sesuatu sekarang. Beberapa orang menempatkan bintang-bintang di pundak atau sebagai lencana di pakaiannya. Bahkan anak-anak pun bangga ketika memakai gambar singa, serigala atau rubah di kantong (baju) mereka. Orang-orang tidak menggunakan akalnya. Itulah sebabnya mereka seperti anak kecil. Mereka gembira dan bahkan bangga dengan segala macam hal yang tidak penting. Kebanggaan hanya milik Tuhan Pemilik Surga. Dia memiliki hak untuk menjadi bangga, namun demikian tidak berlaku bagi yang lainnya. Tak ada orang yang berhak menjadi bangga. Abad ini adalah abad kebanggaan. Setiap orang merasa bangga. Ketika mereka bangga, mereka akan menjadi cemburu, iri, tidak ada rasa kasih sayang dan menjadi orang yang tidak adil. Semua karakter ini berasal dari kebanggaan. Seluruh makhluk, makhluk pertama yang bangga adalah Setan. Dia mengaku bangga dan seluruh malaikat menendangnya dari posisi tertinggi ke posisi terendah.
Kita berpuasa. Kita harus berpuasa, karena kita telah diperintahkan untuk melakukannya. Sejak orang pertama, hingga kini, itu adalah Perintah Surgawi, “Wahai manusia, kalian harus berpuasa!” Puasa membuat kalian rendah hati. Ketika kalian kenyang, kalian akan merasa angkuh dan kalian tidak mempunyai hak untuk itu. Itulah sebabnya puasa adalah ibadah yang paling penting. Khatamul Anbiya, Rasulullah saw menyebutkan kepada ummatnya dan kepada seluruh ummat manusia, “Segala sesuatu mempunyai pintu, dan pintunya ibadah adalah puasa. Tanpa berpuasa, kalian tidak dapat menjadi seorang pelaku ibadah, mengapa? Karena ego kalian tidak akan memperkenankannya. Pertama dia akan menyangkal, lalu keberatan dan menolaknya. Ego kalian akan berkata kepada Allah, “Turunlah, dan Aku akan naik!” Itulah betapa buruknya karakteristik ego. Dia adalah makhluk terburuk yang pernah diciptakan. Tetapi dia sangat kuat. Dia bahkan meminta Allah untuk turun! Dia tidak akan menerima kalian sebagai seorang hamba.
Cobalah sendiri. Setiap orang mempunyai ego. Apakah kalian pikir ego kalian adalah hamba yang patuh? Bukankah dia selalu menyangkal dan menolak untuk berpuasa dan shalat dan untuk melakukan ini, itu? Bukankah dia selalu meminta untuk melakuakan hal-hal buruk? Dia selalu ingin menentang aturan Surgawi. Dia ingin bebas. Apakah kebodohan orang-orang di abad ke-20? Mereka ingin menjadi orang yang bebas! Itulah pengakuan ego mereka. Mereka tidak ingin berada di bawah kendali atau perintah siapa pun. Mereka ingin benar-benar bebas. Itu artinya mereka berkata, “Engkau di sana Allah, dan Aku di sini!” Semoga mereka diampuni…
Tak ada yang lebih efektif daripada rasa lapar, untuk membuat ego kalian lemah. Ketika Allah menciptakan ego, Dia bertanya, “Siapa kamu dan siapa Aku?” ego menjawab, “Engkau ya engkau, Aku ya aku.” Dia tidak berkata, “Engkau Tuhanku dan Aku hamba-Mu!” Kemudian Allah memerintahkan ego untuk terjun ke dalam Api Neraka selama 1000 tahun. Setelah itu ego ditanya dengan pertanyaan yang sama dan dia menjawab dengan jawaban yang sama. Dia lalu diperintahkan untuk masuk ke Neraka yang dingin selama 1000 tahun, lagi-lagi dia memberikan jawaban yang sama. Kemudian dia diperintahkan untuk pergi ke lembah kelaparan selama 1000 tahun. Ketika dia dikeluarkan dan ditanya, “Siapa Aku dan siapa dirimu?”, lalu ego menjawab, “Engkau adalah Tuhanku, Tuhan yang Mahakuasa, dan Aku adalah hamba-Mu yang lemah.” Dia menjawab dengan gemetar.
Tak ada selain kelaparan yang membuat ego menyatakan penghambaannya. Itulah sebabnya sejak manusia pertama, kita telah diperintahkan untuk berpuasa. Perintah itu ada di dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan di dalam semua kitab suci lain yang diturunkan dari Surga. Puasa di dalam kitab suci itu sangat sulit. Puasa yang paling mudah diberikan kepada ummat Muhammad saw. Bahkan pada awalnya puasa ini sangat sulit. Selama beberapa periode awal, para sahabat Rasulullah saw hanya diperbolehkan membatalkan puasanya antara Maghrib dan ‘Isya. Setelah ‘Isya mereka diperintahkan untuk berpuasa kembali, sehingga mereka berpuasa selama 22 jam. Kemudian Allah membuatnya lebih ringan. Kita dapat makan, minum dan menikmati sepanjang malam hingga subuh. Walaupun itu adalah puasa yang termudah, banyak orang yang tidak melaksanakannya. Tetapi itu adalah perlakuan yang paling baik bagi tubuh kita dan juga perlakuan terbaik bagi ego kita. Itu juga perlakuan terbaik bagi jiwa kita, membuatnya naik ke surga. Ketika kalian berpuasa, jiwa kalian ingin mencapai level yang lebih tinggi di Surga.
Cobalah untuk mematuhi aturan puasa ini sebaik mungkin. Jika kalian baru dan kalian belum pernah berpuasa sebelumnya, cobalah untuk berpuasa, tetapkanlah niat. Itu adalah faktor paling penting dalam kepatuhan dan ibadah. Allah tidak akan menerima suatu ibadah tanpa niat. Kalian harus berniat untuk melakukan ibadah hanya untuk mendapat ridha Allah. Berniatlah untuk mengikuti Perintah Suci-Nya. Jika tidak, itu bukanlah ibadah. Gunakan niat kalian! “Aku shalat untuk kesenangan (ridha) Tuhanku! Aku berpuasa untuk menjalankan Perintah Suci-Nya dan untuk membuatnya senang dan ridha terhadapku.” Setiap tindakan yang ingin dilakukan oleh seorang hamba, harus dilakukan dengan mengingat Allah , untuk membuatnya senang. Jika kalian ingin melakukan sesuatu, dan kalian tahu bahwa tindakan ini akan membuat-Nya senang, maka lakukanlah! Jika tidak, jangan dikerjakan. Waspadalah! Beberapa hukuman akan datang kepada kalian, cepat atau lambat. Jangan curang, jika Allah memberi hukuman kepada kalian nanti, itu tidak berarti bahwa Dia tidak menghukum kalian. Tidak! Jangan curang, jika Dia menunda hukuman-Nya. Itu hanya berarti bahwa Dia menanti untuk melihat apakah kalian akan bertaubat, atau tidak. Dia ingin semua hamba-Nya memohon ampunan-Nya.
Ketika kalian berniat, kalian akan menemukan kapasitas untuk berpuasa, untuk melengkapi puasa kalian. Jika kalian adalah seorang pemula dan, walaupun kalian telah berniat, kalian menyadari bahwa di siang hari di hari pertama kalian tidak bisa melanjutkannya, maka batalkan puasa kalian. Cobalah di hari kedua. Dengan cara ini kalian dapat meningkatkan dan menambahkan jam puasa kalian, dan begitu seterusnya. Di tengah Ramadhan kalian dapat melengkapi puasa kalian sepenuhnya. Itu adalah jalan, setahap demi setahap, untuk mencapai target kita. Jangan berkata bahwa kalian tidak dapat melakukannya, dan jangan terlalu ketat. Bahkan anak-anak kita tidak suka untuk beribadah. Ajari mereka secara bertahap. Dengan Muslim yang baru juga harus bertoleransi, Wahai Muslim! Jangan berkata bahwa seseorang mustahil. Itu hanyalah sebuah pertanyaan dalam latihan.
dari Al-Habib Ali Abdurrahman Al-Habsyie