Suatu ketika, saat sedang tertidur di halaman Ka’bah setelah Allah menyelamatkan Abdul Muttalib dari serangan Abrahah, ia melihat suatu mimpi yang menakjubkan. Ia pun terbangun ketakutan, dan mendatangi para peramal Quraisy, untuk menceritakan mimpinya. Mereka pun berkata padanya, “Mimpi itu adalah mimpi yang benar, akan muncul dari sulbimu seseorang yang seluruh penduduk Langit dan Bumi akan percaya padanya, dan seseorang yang akan menjadi sangat terkenal.” Saat itu, Abdul Muttalib menikahi Fatimah, dan ia mengandung ‘Abdullah. Dari Al Zabiih (RA), yang ceritanya amat masyhur.
Beberapa tahun kemudian, saat mereka pulang kembali ke rumah setelah mengorbankan seratus ekor unta sebagai qurban untuk menyelamatkan hidupnya, ‘Abdullah (RA) dan ayahnya melewati seorang peramal Yahudi bernama Fatima. Ketika ia memandang wajah ‘Abdullah (RA), yang saat itu adalah seorang laki-laki paling tampan dalam suku Quraisy, ia berkata, “Aku akan berikan padamu unta-unta sejumlah yang sama dengan yang telah diqurbankan untukmu, jika kau mau berhubungan badan denganku sekarang.” Peramal wanita itu berkata seperti ini karena ia melihat di wajah ‘Abdullah, cahaya kenabian (nuur Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam), dan ia berharap ialah yang akan mengandung nabi termulia ini. ‘Abdullah (RA) menjawab,
“Berkenaan dengan haram, kematian adalah lebih utama,
dan aku tidak melihat satu halal pun dalam pandangan,
dan tentang apa yang kau minta,
seorang yang terhormat haruslah menjaga kehormatan dan agamanya.”
Pada hari berikutnya, ‘Abdul Muttalib membawa ‘Abdullah untuk bertemu dengan Wahab ibn Abd Manaaf, yang merupakan pimpinan dari Bani Zuhra, tuan mereka dalam silsilah dan asal usul. ‘Abdul Muttalib menikahkan ‘Abdullah (RA) dengan putri Wahab, Aaminah (RA), yang merupakan wanita terbaik dalam suku Quraisy, baik dalam silsilah maupun kelahirannya. Mereka menjadi suami isteri di hari Senin, di salah satu hari Mina, di suatu jalan gunung milik Abu Talib. Dan Aminah pun mengandung Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam.
Pada hari berikutnya, ‘Abdullah (RA) pergi keluar dan melewati wanita yang pernah melamarnya sebelumnya. ‘Abdullah bertanya padanya, “Mengapa kau tidak menawarkan padaku hal apa yang pernah kau tawarkan padaku kemarin?” Wanita itu menjawab, “Cahaya yang kau bawa kemarin telah meninggalkanmu; karena itu, aku tak membutuhkanmu lagi hari ini. Aku sempat berharap untuk memiliki cahaya itu dalam diriku, tapi Allah menghendakinya untuk ditaruh di tempat yang lain.”
Begitu pembuahan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam terjadi, begitu banyak pula keajaiban mulai terjadi pada Aminah. Sahl ibn ‘Abdullah al-Tustari berkata, “Saat Allah menciptakan Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam dalam rahim ibunya, di suatu malam Jum'at dalam bulan Rajab, Allah SWT memerintahkan Ridwan, Penjaga Surga-surga, untuk membuka Surga Tertinggi. Seorang penyeru mengumumkan di seluruh Langit dan Bumi bahwa cahaya tersembunyi yang akan membentuk Sang Nabi Pembimbing akan tinggal, pada malam itu juga, dalam rahim ibunya, di mana penciptaannya akan disempurnakan. Diwahyukan pula bahwa ia akan muncul sebagai seorang pembawa khabar gembira dan sebagai pemberi peringatan.”
Diriwayatkan oleh Ka’ab Al-Ahbaar (RA), bahwa pada malam pembuahan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam tersebut, diumumkan di Langit dan seluruh tingkatannya, dan juga di bumi dan segenap sudutnya, bahwa cahaya tersembunyi, dari mana sang Nabiyallah sall-Allahu ‘alayhi wasallam diciptakan, akan mendiami rahim Aminah.
Juga, pada hari itu pula, seluruh berhala-berhala di muka bumi terbalik atas ke bawah. Suku Quraisy yang tadinya menderita karena kekeringan yang parah dan penderitaan yang berat, melalui peristiwa yang barakah ini, bumi menjadi hijau dan pohon-pohon pun berbuah, dan barakah datang pada mereka dari segala arah. Karena tanda-tanda barakah ini, tahun saat nabi Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam dibuahi dalam rahim dikenal sebagai Tahun Kemenangan dan Kebahagiaan.
Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa Aaminah (RA) biasa mengatakan bagaimana ia telah dikunjungi oleh para malaikat ketika ia sedang hamil dan mengandung Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam, dan ia diberitahu, “Engkau sedang mengandung seorang Tuan Pemimpin dari Ummat ini.” Aminah pun berkata, “Aku tak pernah merasakan bahwa diriku tengah hamil dan mengandungnya, dan aku tak pernah mengalami kesulitan-kesulitan atau mengidam makanan seperti yang dialami wanita lainnya; aku hanya memperhatikan bahwa haidku telah berhenti. Suatu saat, seorang malaikat datang kepadaku di saat aku dalam keadaan antara tidur dan terjaga, dan ia berkata, ‘Apakah engkau merasa bahwa dirimu tengah mengandung Penghulu seluruh manusia?’, lalu ia pun meninggalkanku. Saat waktu kelahiran makin mendekat, ia datang lagi dan berkata, ‘Katakanlah: Aku memohon perlindungan baginya dengan Yang Esa dari kejahatan setiap orang yang dengki, dan menamainya Muhammad.’ ”
Ibn ‘Abbas (RA) berkah, “Salah satu di antara mu’jizat-mu’jizat pembuahan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam adalah pada malam itu, setiap ekor hewan-hewan milik Quraisy berbicara dan mengatakan, ‘Demi Tuhan dari Ka’bah, Utusan Allah telah dibuahi pada rahim ibunya. Dialah pemimpin alam dan cahaya dari penghuni-penghuninya. Tak ada satu pun singgasana milik raja mana pun di dunia ini yang tidak terbalik atas ke bawah pada malam ini.’ Hewan-hewan liar dari timur bergegas menemui hewan-hewan liar di barat menyampaikan khabar gembira ini, dan seperti itu pula penghuni lautan dan samudera memberi salam satu sama lain. Setiap hari pada bulan pembuahan beliau ini, ada suatu seruan di Langit dan Bumi: ‘Bergembiralah, telah dekat waktunya ketika Abul Qasim akan muncul, terberkati dan beruntung.’”
Riwayat yang lain mengatakan bahwa pada malam itu, setiap dan seluruh rumah tercahayai, dan cahaya itu mencapai tempat mana pun dan setiap serta seluruh hewan pun berbicara.
Abu Zakariyya Yahia ibn Aa’its mengatakan, “Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam tinggal dalam rahim ibunya selama sembilan bulan penuh, saat mana ibunya tak pernah mengeluh sakit atau apa pun yang biasa dialami wanita hamil. Ibunya biasa berkata, ‘Aku tak pernah melihat kehamilan yang lebih mudah daripada yang ini, atau yang lebih barakah.’”
Ketika Aaminah (RA) berada dalam bulan kedua kehamilannya, ‘Abdullah wafat di Madinah di antara paman-pamannya dari Bani Al Najjar, dan ia dimakamkan di Al Abwa’. Diriwayatkan pula bahwa ketika ‘Abdullah RA wafat, para malaikat berkata, “Wahai, Tuhan dan Raja kami, Nabi-Mu telah menjadi seorang yatim.” Allah berfirman, “Aku-lah Pelindung dan Pendukungnya.”
dari Mistikus Sufi