Semua kita tentu pernah mendengar nama legendaris Rumi, tokoh aliran tasawuf yang menulis banyak buku dan dikagumi dibarat maupun timur dunia, Jauh hari sebelum menjadi seorang sufi, Maulana Jalalluddin Rumi (rahimahullah), beliau adalah seorang profesor di bidang teologi, yang tidak percaya dengan karamah dan kewalian, beliau setiap hari mengajar murid-muridnya di halaman terbuka, di samping air mancur dan sebuah telaga, pada suatu hari saat sedang serius mengajar, datang seorang tokoh sufi, dengan tampilan luar lusuh, berpakaian penuh tambalan, tapi memiliki raut muka yang teduh bersinar, beliau adalah Imam Shams Tabrizi (rahimahullah), masuk ke dalam perkumpulan mereka dan sejenak mengawasi mereka, Ia melihat Maulana Rumi membaca dan mengacu pada banyak buku yang rapi tertulis tangan dalam proses pengajarannya. Imam Shams Tabrizi (RA), bertanya pada Maulana Jalalluddin Rumi (RA) untuk apa saja kegunaan buku-buku itu. Maulana Jalalluddin Rumi (RA) menjawab, "Duhai Sufi. Ini semua berisi pengetahuan yang berada di luar pemahaman Anda sehingga dan lebih baik bagi Anda untuk terus membaca biji biji tasbih Anda itu".
Selesai berbicara, Rumi berbalik membelakangi Imam Shams Tabrizi, yang tanpa sepengetahuan Rumi mengampil dan melemparkan semua tumpukan buku ke dalam kolam air. Beberapa siswa Maulana Rumi melihat apa yang terjadi mereka menghampiri dan mulai memukuli Imam Shams Tabrizi (RA). jeritan Imam Tabrizi (RA) menyadarkan Maulana Rumi (RA) tentang apa yang terjadi. bahwa semua pengetahuan yang berharga miliknya telah hancur. Imam Shams Tabrizi (RA) mengeluh; "Katakan pada murid Anda untuk meninggalkan saya sendirian dan saya akan memberikan kembali buku-buku Anda". Rumi tampak sedih dan hanya bengong berpikir bahwa ini adalah mustahil. Ia menyuruh murid muridnya untuk melepas sang Imam dan betapa terkejut nya Rumi melihat sang Imam Shams Tabrizi hanya dengan membaca bismillah, mengangkat tangannya, dan kitab kitab yang seharusnya sudah basah didalam kolam, datang mendarat diatas tangan sang imam yang kemudian meniup debu dari kitab kitab itu dan kembalikan kepadanya dalam keadaan utuh. Rumi bertanya pada Imam Shams Tabrizi (RA) tentang bagaimana ia bisa melakukan ini semua.
Imam Shams Tabriz (RA) menjawab, "Ilmu seperti ini adalah di luar pemahaman anda, teruslah dan lanjutkan mengajari murid Anda". Selesai bicara sang imampun berlalu,.
Maulana Jalalluddin Rumi (RA) jatuh bertekuk lutut dan tersapu ke dalam arus cinta. Kehadiran seorang Sufi compang-camping itu Merubah jalan hidup Maulana Jalalluddin Rumi (RA) dari seorang profesor teologi yang dihormati manusia menjadi seorang kekasih Allah yang dihormati alam beserta isinya, beliau menyimpulkan seluruh hidupnya dengan kalimat, "Aku dibakar, dan aku dibakar, dan aku dibakar". (Bergelora dalam cintanya pada Allah).
‘Aku kehilangan duniaku, ketenaran ku, pikiran ku. Matahari muncul dan semua bayangan berlari. Aku berlari mengejar bayangan tapi mereka menghilang saat aku berlari. Cahaya datang mengejarku dan tak meninggalkan sedikitpun tempat bagiku untuk bersembunyi'
Ilmu nurani (ilm baatin) seperti mentega dan Pengetahuan luar (ilm zaahir) seperti susu,
Seperti mentega tidak dapat diperoleh tanpa susu, sehingga untuk mendapat pengakuan Allah (ilm baatin) tidak dapat diperoleh tanpa Panduan Spiritual.