Di Baghdad, pada waktu itu kursi singgasana dari ulama tertinggi diduduki oleh seorang suci yang shaleh dengan nama Abu Abdullah Al-Andalusi. Beliau adalah seorang ulama terkenal dan Muhaddits dengan dua belas ribu murid duduk belajar di bawah kakinya. Ia menghafal puluhan ribu hadits dengan hati, dan bisa membaca Al-Quran dengan berbagai model qiraat.
Pada suatu kesempatan tertentu, ia melakukan perjalanan dan disertai oleh rombongan murid dan sahabatnya, di antaranya yang terkenal ada Imam Junaid Al Baghdadi dan Syaikh Syibli Rahimahumullah.
Syaikh Shibli bercerita: caravan kami bepergian bersama dengan aman dan nyaman bersama rahmat Allah, sampai kami melewati daerah di mana orang-orang Kristen tinggal. Ketika kami mencapai desa Kristen itu, kami mencari air, tapi tidak bisa menemukan apapun. Kami melewati desa itu dan menemukan bahwa ada banyak gereja, kuil kaum majusi, tempat ibadah kaum yahudi dan rumah-rumah tempat menyembah berhala dan lain-lain, Kami terheran heran melihat kondisi mereka.
Kami melewati semua ini dan mencapai pinggiran desa di mana kami menemukan beberapa gadis sedang menimba air sumur bagi orang untuk minum. Dan Di antara gadis-gadis ini ada salah satu yang sangat cantik jelita, ia mengenakan kalung emas di lehernya.
Ketika Syaikh Abu Abdullah melihatnya, rona wajahnya berubah. Syaikh bertanya pada seorang gadis lain tentang gadis yang cantik itu dan menerima jawaban : "Ia adalah putri dari penguasa desa ini."
Syaikh bertanya lagi : "Tapi, mengapa ayahnya mempermalukan anaknya dengan membiarkan ia bekerja bagai budak sahaya?"
Gadis yg ditanya itu sekali lagi menjawab: "Ayahnya melakukan ini dengan maksud ketika ia menikah nanti, ia akan dapat menghormati dan melayani suaminya dgn baik. Ia tidak ingin anaknya menjadi sombong dari statusnya".
Syaikh duduk dengan kepala membungkuk ke depan dan tetap diam. Selama tiga hari dia tidak makan atau minum. hanya bangkit berdiri waktu sholat tiba, Murid dan sahabatnya tidak tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakan.
Syaikh Syibli mengatakan: "Aku memutuskan untuk berbicara dengannya. Aku mendekatinya dan berkata, "Wahai Syaikh, murid dan sahabat anda sedang bingung melihat keheningan Anda selama tiga hari terakhir. Silahkan berbicara kepada kami".
Syaikh menjawab: "Wahai kalian semua, ketahuilah bahwa hati ku ini telah menjadi penuh dengan cinta untuk gadis yang kita lihat beberapa hari lalu, adalah tidak mungkin bagi ku dalam keadaan apapun untuk meninggalkan tempat ini".
Syaikh Syibli menjawab: "Duhai Pemimpin kami! Anda adalah pemandu spiritual kota baghdad. Keshalehan Anda dikenal jauh dan luas. Jumlah murid Anda lebih dari dua belas ribu orang. Demi kesucian Al Quran, jangan membawa aib kepada kami dan mereka".
Syaikh Abu Abdullah menjawab: "Wahai sahabat, takdirku telah disegel oleh nasib. Aku bukan siapa-siapa lagi. Jubah kesucian telah dihapus dan tanda-tanda bimbingan telah diambil dari diriku!!".
Sambil Mengatakan ini Syaikh Abu Abdullah mulai menangis getir. "Lanjutkan perjalanan kalian dan biarkan aku sendiri disini, Nasib ku telah disegel", katanya kepada kami.
Kami tercengang. Kami memohon kepada Allah untuk perlindungan-Nya dan kami menangis sampai tanah di bawah kaki kami menjadi basah dengan air mata kesedihan.
Kami kembali ke Baghdad. Ketika orang-orang mendengar kami kembali, mereka datang dalam jumlah besar menyambut di pinggiran kota untuk mengucapkan selamat datang kepada Syaikh tercinta mereka. Mereka melihat bahwa ia tidak bersama dengan kami lagi dan bertanya di mana dia. Kami katakan kepada mereka seluruh cerita. Banyak dari murid-muridnya semaput dalam kesedihan ketika mereka mendengar tentang kondisinya. Lainnya menangis penuh bela sungkawa dan tidak percaya dgn apa yang terjadi. Semua memohon pada Allah untuk membimbing Syaikh ke jalan yang benar dan mengembalikannya kepada keadaan semula. Semua tempat dimana ia biasa duduk dan berceramah ditutup dan tidak terurus.
Kami terus dan tetap dalam kondisi menyedihkan ini selama satu tahun penuh. Akhirnya, aku (syaikh Syibli), bersama dengan beberapa teman memutuskan untuk mengunjungi desa nasrani itu lagi dan mencari tahu bagaimana keadaan Syaikh kami.
Ketika kami tiba disana dan bertanya tentang dia dan diberitahu bahwa ia berada di hutan menjaga babi. Kami bertanya: "Apa yang terjadi?" Kami diberitahu bahwa ia telah melamar gadis itu untuk menikah. Tapi, ayah gadis itu telah menolak dan mengajukan syarat tertentu: ia harus mengikuti agama gadis itu, ia harus menjadi pelayan di gereja dan ia harus menjaga peternakan babi. Syaikh telah memenuhi semua kondisi ini dan saat ini sedang memenuhi syarat terakhir, menjaga peternakan babi!!
"Dengan hati yang hancur dan air mata mengalir, kami pergi ke hutan untuk menemukannya. Dia berdiri di tengah babi babi. Di pinggang ada ikat pinggang manik-manik. Di kepalanya ada topi tradisional Kristen. Dia berdiri bersandar pada dinding kayu yang mirip digunakan untuk bersandar pada saat menyampaikan khotbah di mihraab kami!
Ketika ia melihat kami ia menundukkan kepalanya karena malu. Kami datang lebih dekat dan berkata, "Assalaamu Alaikum ya syaikh". Dan Ia menjawab: "Wa Alaikumus salaam".
Shaikh Syibli kemudian bertanya: "Wahai Syaikh, ada apa dengan semua ini? Apa yang terjadi padamu? Apa yang terjadi dengan semua pengetahuan dan kebajikanmu?".
Syaikh menjawab: "sahabat ku dan saudara-saudaraku, aku sekarang tidak lagi memegang kendali. Apapun yang telah ditetapkan Allah untuk ku, telah terjadi. Aku pernah menjadi orang yang dikasihi-Nya. Tapi sekarang Allah telah menghalauku sangat jauh dari pintu-Nya.
Wahai para Kekasih Allah, berhati-hatilah agar tidak ditolak dan dijauhkan dari Allah. Duhai para Kekasih Allah, berhati-hatilah dengan kemarahan Allah yang mampu membuat kalian terputus dari-Nya"...
Kemudian ia menengadah ke arah langit dan berkata: "Ya Tuhanku, aku tidak pernah berharap dan menyangka bahwa suatu saat aku akan mengalami perlakuan seperti ini dari Mu"..
Kemudian ia mulai menangis pahit dan banyak berdoa pada Allah.
Syaikh Syibli juga mengangkat tangan dan memohon pada Allah dengan suara nyaring: "Hanya kepada Mu kami mencari bantuan. Hanya Kepada Mu kami bersandar, Demi kasih dan karunia Mu, hapus kesulitan ini dari kami! Hanya Engkau yang bisa menyelamatkan kami".
Ketika babi babi itu mendengar tangisan kami mereka mulai menggosok gosokkan kepala mereka di pasir dan mulai berteriak dan melolong begitu keras sehingga gemanya seperti membuat hutan dan gunung ikut meratap. Syaikh Syibli mengatakan: "kebisingin itu membuat aku berpikir seolah Qiyaamah datang". Syaikh Abu Abdullah terus menangis tak terkendali.
Syaikh Syibli melanjutkan: Kami berkata kepadanya: "Syaikh, mengapa Anda tidak kembali bersama kami ke Baghdad?"
Syaikh menjawab: "Bagaimana aku bisa? Aku harus melihat dan menjaga babi, meskipun sebelumnya aku pernah melihat ke hati manusia! "
Syaikh Sybli kembali bertanya : "Anda adalah Hafidz dari Quraan dan Anda bisa membaca tujuh mode qiraat. Apakah Anda tidak ingat apa-apa dari Quraan? "
Syaikh menjawab: "Aku lupa semuanya kecuali dua ayat dari Quraan:
ومن يهن الله فما له من مكرم ۚ إن الله يفعل ما يشاء ۩ (١٨)
Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
"Dan, kedua, ayat:
ومن يتبدل الكفر بالإيمان فقد ضل سواء السبيل (١٠٨)
Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.
Syaikh Sybli terus bertanya: "Anda hafal puluhan ribu hadits dari Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Adakah yang masih anda ingat?"
Dia menjawab: "Hanya satu: 'Orang yang meninggalkan imannya, basmilah ia",
Bingung dan putus asa dengan keadaannya, akhirnya kami meninggalkan Syaikh Abu Abdullah dan kami pulang menuju Baghdad...
Namun, setelah kami telah berjalan selama tiga hari kami tiba-tiba melihat Syaikh di depan kami. Beliau keluar dari sungai, di mana ia baru saja melakukan mandi. Dengan suara lantang ia menyatakan syahaadah: "Aku bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam adalah utusan-Nya".
Kami tidak bisa mengendalikan rasa sukacita dan kebahagiaan ketika kami melihat dia. Ia meminta kami beberapa pakaian bersih dan suci yang kemudian dikenakannya. Beliau kemudian melakukan shalat. Kami mengucapkan terima kasih dan rasa syukur kami kepada Allah, karena telah kembalikan syaikh Abu Abdullah untuk kami dan kami bertanya apa yang telah terjadi padanya.
Ia menjawab: "Ketika kalian meninggalkan aku, aku berpaling kepada Allah dengan rasa cinta dan kasih sayang bagi-Nya yang tersisa".
'Wahai Pelindungku, aku seorang yang penuh dosa dan melewati batas'
Allah mengampuni ku dan kembali menyelimutiku dengan rahmat-Nya"..
Kami bertanya: "Tapi, mengapa Anda terjebak dalam musibah ini?".
Syaikh menjawab: "Ketika kita pertama kali tiba di desa itu dan melihat kuil-kuil, rumah-rumah ibadat dan gereja, aku berpikir: 'Orang-orang ini tidak ada apa apanya dibandingkan dengan ku. Aku percaya dan menyembah satu Allah' dan pada saat itu pula aku mendengar suara dari dalam diri ku mengatakan:'kalau Iman seperti ini yang Anda miliki dan banggakan, sungguh bukan karena kebaikan Anda dengan cara apapun. Jika Anda begitu ingin bukti, Kami akan menunjukkan sekarang juga".
Segera setelah itu aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang meninggalkan hatiku dan terbang pergi. Itu adalah Imaan ku dicabut meninggalkan diriku".
Syaikh syibli menutup ceritanya dengan mengatakan: "Kami sangat gembira. Kafilah kami tiba di Baghdad dengan sukacita yang besar. Tempat Syaikh mengajar dan berkhotbah dibuka kembali. Dalam waktu singkat murid-muridnya meningkat berjumlah lebih dari empat puluh ribu orang. Allah telah mengembalikan kepadanya ilmu pengetahuan tentang Quraan dan Hadits dan memberkatinya dengan pengetahuan lebih lanjut"
(*sumber-Al-Mustatraf) -- link
Pelajaran Yang bisa diambil dari kisah ini:
1. Jangan pernah berpikir bahwa orang lain lebih rendah dari diri kita sendiri.
2. Imaan adalah yang terbesar dari rahmat yang diberikan Allah atas siapa yang Dia pilih. Ketika kita diberkati dengan Imaan kita harus menghargai itu dan melindunginya setiap saat.
3. Allah mengampuni orang yang bertobat, tidak peduli seberapa besar dosanya.
Allahumma sholli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa aali Sayyidina Muhammad..