Mawlana Syaikh Nazim Q berkata:
Aku telah mendengar dari Grandsyaikh Abdullah kisah ini yang menerangkan tentang kekuatan yang hakiki dari para Awliya. Beliau mengisahkan tentang keajaiban-keajaiban (karamah seorang Wali Allah, penerj.) yang telah dilakukan oleh Syaikh Muhyiddin Ibnu al-Arabi; as-Syaikh al-Akbar (seorang Syaikh Besar atau seorang Syaikh Agung, penerj.). Didalam buku-buku yang ditulis oleh Syaikh Ibnu al-Arabi, beliau menulis banyak ramalan-ramalan akan kejadian-kejadian yang akan terjadi dimasa depan. Salah satunya, beliau mengatakan: “Ketika ‘sin’ memasuki ‘syin’ lalu akan munculah makam dari Syaikh Muhyiddin.” Setelah beliau dibunuh karena mengatakan kepada masyarakat disana: “tuhan yang kalian sembah itu ada dibawah telapak kakiku,” bertahun-tahun berlalu dengan ketidak jelasan dimana sesungguhnya makam beliau berada, sampai ketika Sultan Selim (dari Daulah Turki Utsmaniy, penerj.) menaklukan negeri Syam (sekarang ini Damaskus – Syiria, penerj.). Selim (huruf awalnya adalah huruf ‘siin’, penerj.) memasuki Syam (huruf awalnya adalah huruf ‘syin’, penerj.) sebagaimana yang telah diramalkan.
Dihari Jumat pertama setelah penaklukan Sultan Selim memerintahkan untuk dipersiapkan keperluan baliau untuk mandi, dan memerintahkan tak boleh ada seorangpun yang boleh berada di tempat mandinya Sultan. Beliau membuka pakaian, dan memasuki ruang mandi ketika itu beliau melihat seseorang sedang duduk di bak mandi. Sultan langsung marah dan berkata, “Siapa itu?” datanglah jawaban, “Wahai Sultan, mari kesini dan bawakan sabun dan lap pembersih badan dan bersihkan punggungku.” Sultan membawakan apa yang diperintahkan (lihat bagaimana kekuasaan seorang Wali Allah yang dengan ringan saja bisa memerintah seorang Sultan Penakluk, penerj.), sambil berfikir: “Orang ini pasti bukan orang sembarangan.” (karena orang itu bisa berada di kamar mandi Sultan yang pastinya daerah itu sudah ‘steril’ dan dalam pengamanan yang sangat ketat, penerj.). Lalu orang itu bertanya, “Wahai Sultan, tahukah kamu siapa diriku?” “Demi Allah, katakana kepadaku, siapa dirimu?” jawab Sultan. “Aku Muhyiddin Ibnu Arabi,” kata orang itu. Langsung saja Sultan mencium tangan dan kaki beliau (lihat bagaimana seorang Sultan begitu menghormati seorang Wali Allah, penerj.). Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi lalu meminta Sultan untuk menemukan makam beliau dan membangun sebuah kubah dan masjid di tempat itu. “Bagaimana aku bisa mengetahui letak makam itu?” Tanya Sultan. Langsung Syaikh menjawab, “Sebelum waktu shalat Fajar (shalat Subuh, penerj.) naiklah keatas menara dan memandanglah kea rah Jabal Qasyun. Kau akan melihat satu tiang cahaya yang menjulang hingga ke angkasa.”
Sultan melaksanakan perintah itu dan memerintahkan para pekerja untuk menggali pada titik di tempat itu. Mereka menemui jasad Syaikh Muhyiddin masih utuh dalam kain kafan beliau. Lalu dibawalah orang tertua yang masih hidup di Syam untuk menunjukkan dimana tempat ketika Syaikh Muhyiddin mengatakan: “tuhan yang kalian sembah itu ada dibawah telapak kakiku,”. Setelah menggali di tempat itu mereka menemukan dua buah belanga besar terbuat dari perak yang berisi penuh dengan emas. Emas itu digunakan untuk membangun masjid dan juga untuk memberi makan para fakir miskin tiga kali sehari. Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi pernah berkata: “Siapa saja yang minum dan makan dari sedekahku , bahkan kalau dia adalah seorang munafik, dia pada akhirnya akan menjadi seorang mukmin sejati.” Sekarang ini bahkan orang-orang kaya saja ikut datang di hari Jumat untuk menikmati hidangan (sup) yang disajikan, sambil berharap untuk mendapat balasan kebaikan tersebut. Emas itu adalah ‘uang darah’ dari Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi (maksudnya adalah bahwa beliau mengorbankan jiwa beliau demi untuk kebaikan umat, penerj.). Beliau memberikan hidupnya untuk sedekah itu.
Ada begitu banyak keajaiban-keajaiban yang dilakukan para Awliya (Wali Allah) untuk umat. Hal ini menunjukkan indikasi bukti dan kekuasaan Nabi Muhammad SAW. Kalian sekarang tak akan bisa menemukan seorang Wali didalam agama manapun kecuali dalam Islam. Aku (Mawlana Syaikh Nazim ketika itu mengatakan, penerj.) siap untuk menemui siapapun, jika ada seseorang yang mengatakan bahwa ada seorang Wali (Saint) dengan segala keajaiban-keajaibannya yang berasal dari agama lain. Aku adalah seorang yang paling lemah dalam agama ini, tapi aku siap untuk menghancurkan segala keajaiban-keajaiban dari seseorang yang mengaku Wali (Saint) tersebut, dengan menggunakan kekuatan dari Grandsyaikh ku. Kukatakan hal ini kepada seluruh dunia.
Catatan penerj.: dengan mangkatnya Mawlana Syaikh Nazim meninggalkan kehidupan dunia ini, menurut hemat saya, ucapan beliau tersebut tetap berlaku, yaitu dengan adanya penerus beliau sebagai Mursyid di Thariqah Naqsybandiy Aliyyah, yaitu Mawlana Syaikh Muhammad Adil an-Naqsybandiy al-Haqqani al-Qubrusyi Q.