CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

31 Okt 2013

Manusia Pertama Terbang Melintasi 2 Benua



Ide tentang bagaimana agar manusia bisa terbang melayang di udara seperti burung adalah suatu pemikiran yang fenomenal, apabila hal ini bisa diwujudkan maka hal akan menjadi penemuan yang spektakuler dalam sejarah manusia. Selama ribuan tahun, orang-orang mencoba bagaimana agar manusia bisa terbang dan melawan gravitasi bumi. Abbas bin Firnas, seorang ilmuan muslim Spanyol di abad IX, membuat rancangan sederhana, alat terbang tanpa mesin.


                                      Hezarafen meluncur dari puncak menara Galata, Istanbul

Percobaan ini ia lakukan pada tahun 800-an di Cordoba. Peralatan sederhana ini ia desain dengan bentuk dua sayap di sisi kanan dan kiri, dan keduanya dibungkus dengan bulu-bulu burung. Alat ini berhasil membuat manusia terbang melayang di udara, namun untuk mengontrol kecepatannya saat mendarat sangat sulit dilakukan, sehingga bisa menimbulkan bahaya.

Kemudian di tahun 1630, seorang ilmuan muslim lainnya yang bernama Hezarafen Ahmed Çelebi mencoba kembali apa yang pernah dilakukan oleh Abbas bin Firnas. Hezarafen membuat satu set sayap untuk terbang. Untuk menguji coba penemuannya ini, ia berniat melompat dari menara Galata di Istanbul. Ia pun benar-benar merealisasikan niatnya yang dinilai nekat oleh orang-orang saat itu.

Di tengah kerumunan orang, Hezarafen melompat dari menara Galata yang tingginya 66,9 m. Ia berhasil dalam percobaanya ini, sayapnya membawanya terbang sejauh 12 mil, dari menara Galata melintasi selat Bosporus hingga mendarat dengan selamat di lapangan Doğancılar. Dengan demikian Hezarafen menjadi orang pertama yang terbang melintasi dua benua (selat Bosporus memisahkan benua Asia dan Eropa). Ia pun mendapatkan penghargaan dari Sultan Murad IV dengan sejumlah koin emas.


                                                                          Selat Bosporus

Terbang dengan Roket

Setelah Hezarafen Ahmed Çelebi berhasil melakukan eksperimennya, terbang melayang di udara melawan gravitasi, sang adik Laragi Hassan Çelebi terinspirasi dengan pencapaian sang kakak. Ia berniat melakukan sesuatu yang lebih hebat dari saudaranya itu. Tiga tahun kemudian, tahun 1633, Laragi bereksperimen terbang dengan menggunakan roket. Berbeda dengan Hezarafen yang mengandalkan tempat yang tinggi untuk terbang, sang adik akan melawan gravitasi dari tempat dimana ia berpijak.

Ia membangun sebuah roket dengan bahan bakar lebih dari 300 pon mesiu. Percobaan tersebut   dilakukan di tepi Selat Bosporus, dekat dengan kediaman sultan, Istana Topkapi. Ada yang mengatakan upaya Laragi ini sebagai ucapan selamat terhadap Sultan Murad yang baru saja mendapatkan seorang putri.

Setelah bubuk mesiu dibakar, Laragi melesat ke udara dengan ketinggian 300 m dari tanah yang ia pijak. Setelah mencapai titik


                                                Laragi meluncur dengan roketnya tahun 1633

tertingginya, bahan bakar yang ia sediakan habis, kemudian ia membuka sayap atau mungkin serupa parasut yang ia desain dan mendarat di Selat Bosporus. Atas pencapaiannya ini, ia dihadiahi satu kantong koin emas oleh sultan.

Dari kisah singkat ini, kita mengetahui bahwasanya Islam bukanlah penghambat pengetahuan dan teknologi. Çelebi bersaudara telah membuktikan walaupun dalam ukuran yang sangat sederhana dibanding dengan temuan di era modern ini. Namun setidaknya mereka telah membuktikan bahwa Islam tidak menghalangi manusia untuk maju, dan mereka juga membuktikan manusia bisa melawan gravitasi, yang perlu dilakukan adalah inovasi-inovasi, dan penyempurnaan dari temuan sebelumnya.


1001 Inventions: The Enduring Legacy of Muslim Civilization oleh Salim al-Hassani
Lost History oleh M. Morgan
Lostislamichistory.com

30 Okt 2013

Asal Usul Gerakan Sholat



Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Secara history islam, gerakan sholat didapat ketika Rosululloh melakukan isra’ mi’raj ke zona suci Allah.Sehingga didapatkan gerakan2 sholat yang seperti sekarang kita semua lakukan.Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan tawadu’ terhadap nilai history sholat, saya sempat meneliti secara mendalam dan ilmiah tentang gerakan sholat.
Informasi pertama saya dapatkan dari salah satu ulama wara’ bahwa bayi ketika dalam kandungan sedang melakukan sholat . Hal pertama yang saya fikirkan saat itu adalah bahwa itu adalah kalimat kontextual yang mempunyai makna tersirat. Tetapi selang beberapa bulan kemudian, saya menemukan artikel + foto uf dari seorang ilmuwan mualaf jerman, bahwa posisi dan gerakan bayi dalam kandungan persis dan sama dengan gerakan sholat. 

Sangat disayangkan bahwa dokumen saya tersebut hilang entah kemana, tetapi jika di foto uf ulang pasti hasilnya akan sama, bahwa gerakan bayi dalam kandungan = gerakan2 sholat mulai takbiratul ikhram, ruku’, sujud dan duduk . 

Kesimpulan sementara adalah bahwa gerakan sholat itu adalah gerakan kodrat dari Allah swt sejak dari kandungan, terjadi kepada semua umat manusia! dari kesimpulan kenyataan ini , bisa ditarik kesimpulan lagi bahwa sebenarnya sholat itu adalah kodrat kebutuhan manusia , yang disempurnakan nilai multi dimensinya ketika Rosululloh saw mengalami isra’ mi’raj. Nah, dari sini, mari kita kaji nilai dunia akherat sholat. 

HARDWARE
Gerakan sholat adalah gerakan terapi kesehatan paling sempurna yg pernah saya temui, jika dilakukan dengan tenang, rileks, konsentrasi dan tuma’ninah. Saya sempat menelusuri bentuk2 gerakan dari mulai yoga meditatif sampai senam dalam kungfu, dan semua gerakan sholat ada di semua teori gerakan terapi kesehatan, kecuali satu gerakan saja yang tidak ada di teori manapun, yaitu duduk tahiyat akhir. Gerakan ini sedang dalam pengkajian .

telaahan :
- gerakan takbiratul ikhram berfungsi mengendurkan saraf leher dan urat2 pundak dan belikat.
- rukuk berfungsi melatih kekuatan otot punggung dan menarik urat2 kaki bagian belakang .
- sujud berfungsi ganda : mensuplai oksigen ke bagian kepala (otak) dan menata ulang atau membenarkan letak isi perut.
- duduk antara dua sujud berfungsi meregangkan urat2 paha dan tulang belakang.
- salam berfungsi stretcing leher ( melemaskan otot2 leher).
Fungsional gerakan ini akan terasa apabila gerakan sholat atau kegiatan sholat dilakukan dengan khusuk, rileks, konsentrasi dan tidak tergesa-gesa.
Insya Allah akan selalu ikut menjaga stabilitas tubuh kita. 

SOFTWARE
Kajian software sholat akan lebih luas atau lebih kompleks, karena menyangkut beberapa hal.
Pertama-tama kita harus mengetahui dan mengerti serta memahami bacaan2 di dalam sholat, sehingga bisa menghayati ritual multidimensi sholat ini. Jika kita benar2 faham isi dan makna serta kandungan dlm bacaanbacaan sholat serta mengamalkannya,maka secara otomatis iman kita akan terjaga.

contoh :
Allahu Akbar..:
Dengan menghayati makna kebesaran Allah, maka tiada akal secanggih apapun yang akan mampu melogika kebesaran Allah tetapi hanya hatilah yang akan berhubungan dengan Dzat Yang Maha Besar, karena ketika kita memejamkan akal, yang terlihat hanya kebesaran allah. Terbukti, ketika kita membiarkan akal turut dalam sholat, yang terlihat atau terfikir adalah hal2 lain seperti masalah2 yang belum kelar, kejadian yang menyakitkan sebelum sholat, kepikiran hutang dsb. 

“…inna sholati wanusuki wamah yaya wamamati lillahi robbil alamin..”

Jika kita menerapkan bacaan ini dalam kehidupan sehari-hari, maka tiada kesedihan, kekawatiran, riya’, ujub, iri, dengki, sombong, dsb , kecuali rasa ikhlas, pasrah, yakin kepada Allah swt dan menghadapi hidup ini dengan benar2 lillahi ta’alaa…. 

Tapi, ternyata dalam prakteknya, masih banyak diantara kita yang diselimuti rasa cemas akan keselamatannya,kawatir akan hartanya, takut akan jatuh miskin, riya dsb ketika selesai melaksanakan sholat. kenapa?
Karena belum benar2 menyatu secara nyata dengan “…inna sholati wanusuki wamah yaya wamamati lillahi robbil alamin..”.
Belum benar-benar pasrah, yakin dan iman kepada Dzat yang Maha pengatur segala kejadian.

Semoga kita diberi kekuatan untuk belajar menyatu dengan “…inna sholati wanusuki wamah yaya wamamati lillahi robbil alamin..” di dalam sholat maupun kehidupan sehari-hari.

Artikel dari :The truth of truthologi

29 Okt 2013

Yang Pertama Kali Mengerjakan Sholat



Nama Kayu Bahtera Nabi Nuh Alaihissalam
Dalam Al-Quran kisah ini dapat dilihat di surat Nuh (71). Nama kayu yang dijadikan bahtera oleh nabi Nuh itu bersama umatnya seperti yang dilangsir oleh www.darulnuman.com bahwa bahtera tersebut bernama kayu Kokka. Kayu ini jugalah yang yang dibuat tongkat oleh Nabi Musa as dan Nabi Sulaiman as. Disebutkan juga bahwa kayu ini memiliki banyak khasiat, antara lain sebagai penawar dan penyembuh penyakit. Kayu ini pula disinyalir sebagai kayu yang paling tinggi mutunya di dunia dari sekian kayu yang ada. Waw…hebat banget!


Yang Pertama Kali Mengerjakan Sholat
Setelah Rasulullah “naik ke langit” akhirnya beliau membawa sebuah wahyu untuk umatnya hingga sampai kepada kita: generasi internet. Tahukah? Betul! Wahyu itu adalah perintah sholat. Tetapi siapa sih sebenarnya yang pertama kali mengerjakan sholat? Berikut ulasannya….

Sholat Subuh

Manusia yang melaksanakan sholat subuh pertama kali adalah Nabi Adam as. Ketika Allah menurunkannya ke dunia (setelah di surga), Adam berada di dunia yang sangat gelap. Ia sangat ketakutan. Lantas, ia berdoa kepada Allah hingga fajar datang. Oleh karena itu, setiap fajar hampir pecah, Adam selalu sholat dua rokaat.

Sholat Zuhur

Nabi Ibrahim as pernah mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya. Karena saking cintanya kepada Allah, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut. Tetapi Maha Suci Allah dan Maha Pemurah, maka Nabi Ibrahim tidak jadi menyembelih anaknya, Nabi Ismail, sehingga beliau sembahyang sebanyak empat rokaat.


Sholat Ashar

Nabi Yunus as-lah yang pertama kali sholat ashar. Saat itu ia sedang berada di dalam perut ikan Nun. Oleh karena Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa maka nabi Yunus dapat keluar dari perut ikan Nun. Lantas dirinya dimuntahkan di pinggir pantai. Bersyukurlah beliau, hingga beliau melakukan sembahyang sebanyak empat rokaat.

Sholat Maghrib

Umat nabi Isa pernah dalam keadaan kejahilan dan kebodohan. Allah telah menyelamatkan Nabi Isa dari kaumnya tersebut. Saat itu adalah terbenamnya matahari, yaitu keadaan maghrib. Bersyukurlah Nabi Isa,kemudian beliau sembahyang sebanyak tiga rokaat.

Sholat Isya

Nabi Musa-lah yang pertama kali sholat isya. Saat itu belaiau sedang tersesat di negeri Madyan. Allah telah memberinya jalan yang benar ketika malam menunjukkan waktu isya. Saat itulah beliau bersyukur dan bersembahyang sebanyak empat rokaat.


Semua artikel ini diambil dari Hidayah edisi 56 Maret 2006 hal. 236-137

Kisah Teladan Nabi Sulaiman AS dan Ikan Paus



Pada suatu hari, ketika nabi Sulaiman AS sedang berjalan mengelilingi daerah kekuasaannya, ia melihat seekor ikan paus besar sedang berada dekat pantai... Nabi Sulaiman AS bertanya kepadanya: wahai ikan paus sedang apa engkau disini? Ikan paus menjawab: saya sedang mengambil apa yang telah menjadi rezekiku hari ini  dari Allah swt. Mendengar jawaban itu, Nabi Sulaiman berkata: Saya mengundangmu besok makan pagi bersama teman-temanmu. Ikan paus menjawabnya: Wahai nabi Sulaiman saya akan datang besok pada waktu yang sama tanpa teman-temanku.
Keesokan harinya, Nabi Sulaiman AS menyiapkan makanan yang teramat banyak [dikisahkan panjang prasmanannya mencapat 10 km] dan ketika waktunya tiba, muncullah ikan paus itu dan berkata: saya datang sesuai undanganmu wahai nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman mempersilahkan  untuk memakan hidangan yang telah disiapkan untuknya. 

akan tetapi........

Terperanjak nabi Sulaiman ketika ikan paus melahap semua makanan yang telah disediakan seketika dan bertanya kepadanya: mana lagi wahai nabi?
"Engkau telah memakan makanan yang begitu banyak dan masih meminta lagi? " jawab nabi Sulaiman AS dengan terheran-heran
"Wahai nabi Sulaiman engkau telah memutuskan rezekiku dari Allah hari ini, dan engkau berjanji untuk memberikan rezeki yang sama, ketahuilah wahai nabiullah sesungguhnya apa yang telah engkau sediakan tidaklah mencukupi makan pagiku saja"
Mendengar jawaban ikan paus, nabi Sulaiman langsung sujud kepada Allah swt seraya berdo'a: Sesungguhnya Engkau Maha pemberi rezeki dan aku hanyalah hambaMu yang lemah dan tidak berdaya dimuka bumi ini kecuali dengan kehendak dan kekuasaanMu .......

Hikmah:
Ketahuilah bahwa arrazaq hanyalah Dia, Dialah yang menjamin rezeki makhluknya dimanapun dan kapanpun. Sesungguhnya tiada makhluk dimuka bumi ini yang tidak mendapatkan rezeki yang telah ditentukan oleh Allah swt.
Allah menjanjikan rezeki bahkan kepada burung, bayi yang belum lahir, semut yang tidak terlihat dan nyamuk yang menggigit kitapun Allah telah tentukan rezekinya beberapa tetes dari darah kita.
Tabaraka Wata'ala Amma Yashifun

Kisah Nabi Ibrahim AS dan Malaikat Jibril AS



Nabi Ibrahim adalah putra seorang penyembah dan pembuat berhala sampai akhir hayatnya, Azar namanya. Sang putra itu sendiri tidak mampu memberi pertolongan dan meluruskan akidah si ayah yang dicintainya. Ironisnya, Nabi Ibrahim merupakan Bapak Tauhid melalui berbagai eksperimen yang ditunjukkan Allah, sebagaimana beliau pernah mencincang beberapa burung, kemudian ditanya kepada Allah bagaimana cara menghidupkan mereka. Di lain kesempatan, secara berani beliau menghancurkan berhala Namrudz, simbol kekuasaan rezim tiran; penyebab ia dibakar dalam gejolak api, sehingga Jibril as menyempatkan diri untuk berusaha menolongnya, namun apa jawab beliau, “Dia telah mengetahui kesemuanya, Anda tidak perlu bersusah payah menolongku!”

Pernah pula, suatu saat ia diperintahkan Allah, “Islamlah kau wahai Ibrahim.” Lalu, dengan spontan beliau menjawab, “Aku serahkan sepenuhnya diri ini dalam kekuasaan Rabbil ‘alamin.”

Dia adalah figur yang pernah diperlihatkan kepadanya kebesaran kerajaan langit dan bumi, sehingga mengetahui apa-apa yang terkandung dalam keduanya secara hakiki. Ia dikagumi oleh seluruh pengikut agama samawi, baik Yahudi, Nasrani, ataupun Islam sendiri, hingga nama beliau banyak disandang oleh para penganut agama-agama ini, bahkan hingga sekarang. Beliau pula yang telah meninggalkan ama jariah yang tidak akan terputus pahalanya sampai hari kiamat, yakni Ka’bah. Apalagi, sebagian besar amal-amal haji juga meneladani perilaku beliau sekeluarga. Betapa layak jika beliau mendapat gelar Khalilullah (kekasih Allah).

Pada permulaannya, gelar spektakuler itu dicurigai oleh para malaikat sebagai predikat karbitan, sehingga mereka menanyakan sendiri kepada Allah, “Wahai Tuhan, bagaimana mungkin Ibrahim itu mendapat gelar yang begitu terhormat, padahal dia masih sering berkutat dengan anak, istri, serta harta keduniaan yang kebanyakan sebagai penghalang paling besar dalam mengabdi kepada-Mu?” begitu protes para malaikat.

“Kalian jangan memandang seseorang dari lahiriahnya saja, hendaklah kalian meneliti hatinya. Kendati Ibrahim bergelimabng dnegan anak dan istrinya, namun ia itu merupakan figur yang tidak pernah membagi cintanya terhadap-Ku. Kalau tidak percaya, coba saja kau uji dia baik-baik!” begitu jawab Allah.

Beliau merupakan seorang hartawan, memiliki 12.000 anjing penjaga domba. Kita tinggal membayangkan berapa ekor domba yang harus diawasi oleh setiap anjing. Setiap anjing itu diberi kalung emas sebagai amtsal (perumpamaan) bahwa duniawi itu seperti barang najis yang tidak akan layak diberikan kecuali pada mereka yang najis pula. Untuk memeriksa kawanan dombanya itu, beliau cukup naik ke sebuah bukit seraya memandang kawanan dombanya itu, hanya begitu cara menghitungnya.

Pada suatu hari, Jibril as pun berangkat untuk menguji kedalaman tauhid Nabi Ibrahim dengan menyamar sebagai manusia biasa. Setelah berjumpa, Jibril pun berkata, “Wahai Nabiyullah, milik siapakah kawanan domba yang sangat banyak itu?”

“Itu semua milik Allah, hanya saja saat ini aku diberi mandat untuk mengurusnya,” begitu jawab Nabi Ibrahim.

Bisakah engkau bershadaqah padaku seekor saja,” selidik Jibril.

“Sebutlah nama Allah dan engkau bisa mengambil sepertiga kawanan itu,” jawab Nabi Ibrahim.

Lantas Jibril as mengatakan, “Subbuh quddus rabbuna wa rabbul malaikati war ruh (Maha Suci Allah, Tuhan kita, Tuhan para malaikat, dan Tuhan Jibril).”

Sejenak kemudian, Nabi Ibrahim menyuruh Jibril lagi, “Sebutlah sekali lagi asma Allah dan kau bisa mengambil separuhnya.”

Jibril pun menyebut asma Allah lagi dan menerima porsi sesuai yang telah dikatakan Nabi Ibrahim.

Lagi-lagi, Nabi Ibrahim berkata, “Sebutlah asma Allah sekali lagi, dan kau bisa mengambil seluruh kawanan domba itu beserta penggembalanya dan seluruh anjing penjaganya.”

Jibril pun menyebut asma Allah lagi. Anehnya, Nabi Ibrahim masih berkata lagi, “Sebutlah asma Allah sekali lagi, aku dapat engkau jadikan sebagai budakmu.”

Demi melihat sendiri keteguhan Nabi Ibrahim ini, Jibril betul-betul terpana, sehingga Allah memanggilnya, “Wahai Jibril, bagaimana dia menghadapi ujianmu?”

“Dia memang betul-betul kekasih-Mu, wahai Tuhan,” jawab Jibril.

Setelah semuanya berakhir, Nabi Ibrahim lantas memanggil seluruh penggembala dombanya, lalu ia berkata, “Wahai para penggembala, pergilah kalian dengan membawa domba-domba itu mengikuti orang ini sebagai pemilik barunya, hari ini aku sudah tidak memiliki domba lagi, dan kalian sendiri menjadi milik orang ini.”

Terperanjatlah Jibril mendengarnya. Maka, segera saja dia berujar, “Wahai Nabiyullah, saya tidak membutuhkan semua itu, kedatanganku hanya untuk mengujimu, untuk mengetahui sebatas mana ketinggian martabatmu di sisi Allah. Aku sendiri adalah Jibril.”

“Aku sebagai khalilullah pantang mengambil kembali apa yang telah aku berikan pada orang lain,” begitu tegas Nabi Ibrahim.

Dijawab demikian, Jibril menjadi kebingungan, sehingga Allah menengahi persoalan itu dengan jalan agar domba-domba itu dijual saja seluruhnya kemudian dibelikan tanah sebagai wakaf yang ditanami berbagai jenis buah-buahan dan bahan makanan yang dapat dipetik siapa saja yang membutuhkan sampai hari kiamat.


Imam Ali ditanya: “Ya Imam, zakat berarti memberikan seberapa persen dari apa? Apa aturannya dalam hukum Islam?” Imam Ali menjawab: “Dalam pandangan mereka yang kikir, ia berarti memberikan seperempat puluh. Tetapi, dalam pandangan kita, ia berarti memberikan segala sesuatu.”


(Sumber: Imam Ahmad Ibnu Nizar, “Nabi Sulaiman dan Burung Hudhud”, Yogyakarta: DIVA Press, Cet. I, Mei 2009, hal. 32-36)

25 Okt 2013

Mengenal Ahli Hadist, Sayyidina Abu Hurairah ra



Akrab dengan Kelaparan.
Tokoh kita ini biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya.
“Aku sudah dengar pergunjingan kalian. Kata kalian, Abu Hurairah terlalu banyak meriwayatkan hadis Nabi. Padahal, para sahabat muhajirin dan anshar sendiri tak ada yang meriwayatkan hadis Nabi sebanyak yang dituturkan Abu Hurairah. Ketahuilah, saudara-saudaraku dari kaum muhajirin disibukkan dengan perniagaan mereka di pasar. Sementara saudara-saudaraku dari anshar disibukkan dengan kegiatan pertanian mereka. Dan aku seorang papa, termasuk golongan kaum miskin shuffah (yang tinggal di pondokan masjid). Aku tinggal dekat Nabi untuk mengisi perutku. Aku hadir (di samping Nabi) ketika mereka tidak ada, dan aku selalu mengingat-ingat ketika mereka melupakan.
Abu Hurairah adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi. Ia dikenal sebagai salah seorang ahli shuffah, yaitu orang-orang papa yang tinggal di pondokan masjid (pondokan ini juga diperuntukkan buat para musafir yang kemalaman). Begitu dekatnya dengan Nabi, sehingga beliau selalu memanggil Abu Hurairah untuk mengumpulkan ahli shuffah, jika ada makanan yang hendak dibagikan.
Karena kedekatannya itu, Nabi pernah mempercayainya menjaga gudang penyimpan hasil zakat. Suatu malam seseorang mengendap-endap hendak mencuri, tertangkap basah oleh Abu Hurairah. Orang itu sudah hendak dibawa ke Rasulullah. “Ampun tuan, kasihani saya,” pencuri itu memelas. “Saya mencuri ini untuk menghidupi keluarga saya yang kelaparan.
Abu Hurairah tersentuh hatinya, maka dilepasnya pencuri itu. “Baik, tapi jangan kamu ulangi perbuatanmu ini.”

Esoknya hal ini dilaporkan kepada Nabi. Nabi tersenyum. “Lihat saja, nanti malam pasti ia kembali.”
Benar pula, malam harinya pencuri itu datang lagi. “Nah, sekarang kamu tidak akan kulepas lagi.” Sekali lagi, orang itu memelas, hingga Abu Hurairah tersentuh hatinya. Tapi, ketika hal itu dilaporkan kepada Nabi, kembali beliau mengatakan hal yang sama. “Lihat saja, orang itu akan kembali nanti malam.”
Ternyata pencuri sialan itu benar-benar kembali. “Apa pun yang kamu katakan, jangan harap kamu bisa bebas. Sudah dua kali kulepas, kamu tak kapok-kapok juga.
Eh, pencuri itu malah menggurui. “Abu Hurairah, sebelum kamu tidur, bacalah ayat kursi agar setan tidak menyatroni kamu.”

Merasa mendapat pelajaran berharga, Abu Hurairah terharu. Ah, ternyata orang baik-baik, pikirnya.
“Apa yang dikatakan orang itu memang benar,” sabda Nabi ketika dilapori pagi harinya. “Tapi orang itu bukan orang baik-baik. Dia adalah setan. Dia katakan itu supaya dia kamu bebaskan.”

Mengikatkan Batu ke Perut.
Abu Hurairah adalah salah seorang tokoh kaum fakir miskin. Abu Hurairah sering lapar ketimbang kenyang. Ia sosok yang teguh berpegang pada sunah Nabi. Ia kerap menasihati orang agar jangan larut dengan kehidupan dunia dan hawa nafsu. Ia tak membedakan antara kaum kaya dan kaum miskin, petinggi negeri atau rakyat jelata dalam menyampaikan kebenaran. Ia pun selalu bersyukur kepada Allah dalam keadaan susah dan senang.

Orang yang nama lengkapnya Abdur Rahman (versi lain: Abdu Syams) ibn Shakhr Ad-Dausi ini adalah sosok humoris. Banyak anekdot yang berasal darinya. Ia pun suka menghibur anak-anak kecil. Ia pecinta kucing kecil. Ke mana-mana dibawanya binatang ini, sehingga julukan Abu Hurairah (bapak kucing kecil) pun melekat padanya. Dibanding Nabi, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, ia sudah yatim sejak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing.

Dia masuk Islam tak lama setelah pindah ke Madinah pada tahun ketujuh hijriah, bersamaan dengan rencana keberangkatan Nabi ke Perang Khaibar. Tapi ibundanya belum mau masuk Islam. Malah sang ibu pernah menghina Nabi. Ini membuatnya sedih. Untuk itu, ia memohon Nabi berdoa agar ibunya masuk Islam. Kemudian Abu Hurairah kembali menemui ibunya, mengajaknya masuk Islam. Ternyata sang ibu telah berubah, bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Buruh Kasar.
Akan halnya kepindahannya ke Madinah adalah untuk mengadu nasib. Di sana ia bekerja serabutan, menjadi buruh kasar bagi siapa pun yang membutuhkan tenaganya. Acap kali dia harus mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar yang amat sangat. Menurut shahibul hikayat, ia pernah kedapatan berbaring di dekat mimbar masjid. Gara-gara perbuatan aneh itu, orang mengiranya agak kurang waras. Mendengar kasak-kusuk di kalangan sahabat ini, Nabi segera menemui Abu Hurairah. Abu Hurairah bilang, ia tidak gila, hanya ia lapar. Nabi pun segera memberinya makanan.

Suatu kali, dengan masih mengikatkan batu ke perutnya, dia duduk di pinggir jalan, tempat orang biasanya berlalu lalang. Dilihatnya Abu Bakr melintas. Lalu dia minta dibacakan satu ayat Al-Quran. “Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan,” tutur Abu Hurairah. Tapi Abu Bakr cuma membacakan ayat, lantas berlalu.
Dilihatnya Umar ibn Khattab. “Tolong ajari aku ayat Al-Quran,” kata Abu Hurairah. Kembali ia harus menelan ludah kekecewaan karena Umar berbuat hal yang sama.
Tak lama kemudian Nabi lewat. Nabi tersenyum. “Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya secara tepat,” tutur Abu Hurairah.
“Ya Aba Hurairah !” panggil Nabi.
“Labbaik, ya Rasulullah !”
“Ikutlah aku !”
Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah didapati sebaskom susu. “Dari mana susu ini ?” tanya Rasulullah. Beliau diberi tahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu.
“Ya Aba Hurairah !”
“Labbaik, Ya Rasulullah !”
“Tolong panggilkan ahli shuffah,” kata Nabi. Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondokan masjid.

Sepulang dari Perang Khaibar, Nabi melakukan perluasan terhadap Masjid Nabawi, yaitu ke arah barat dengan menambah tiga pilar lagi. Abu Hurairah terlibat pula dalam renovasi ini. Ketika dilihatnya Nabi turut mengangkat batu, ia meminta agar beliau menyerahkan batu itu kepadanya. Nabi menolak seraya bersabda, “Tiada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat.”
Abu Hurairah sangat mencintai Nabi. Sampai-sampai dia memilih dipukul Nabi karena melakukan kekeliruan ketimbang mendapatkan makanan yang enak. “Karena Nabi menjanjikan akan memberi syafaat kepada orang yang pernah merasa disakitinya secara sengaja atau tidak,” katanya.
Begitu cintanya kepada Rasulullah sehingga siapa pun yang dicintai Nabi, ia ikut mencintainya. Misalnya, ia suka mencium Hasan dan Husain, karena melihat Rasulullah mencium kedua cucunya itu.

Ada cerita menarik menyangkut kehidupan Abu Hurairah dan masyarakat Islam zaman itu. Meski Abu Hurairah seorang papa, boleh dibilang tuna wisma, salah seorang majikannya yang lumayan kaya menikahkan putrinya, Bisrah binti Gazwan, dengan lelaki itu. Ini menunjukkan betapa Islam telah mengubah persepsi orang dari membedakan kelas kepada persamaan. Abu Hurairah dipandang mulia karena kealiman dan kesalihannya. Perilaku islami telah memuliakannya, lebih dari kemuliaan pada masa jahiliah yang memandang kebangsawanan dan kekayaan sebagai ukuran kemuliaan.

Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya atas tiga bagian : untuk membaca Al-Quran, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadis. Ia dan keluarganya meskipun kemudian menjadi orang berada tetap hidup sederhana. Ia suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan menyedekahkan rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya.
Tugas penting pernah diembannya dari Rasulullah. Yaitu ketika ia bersama Al-Ala ibn Abdillah Al-Hadrami diutus berdakwah ke Bahrain. Belakangan, ia juga bersama Quddamah diutus menarik jizyah (pajak) ke Bahrain, sambil membawa surat ke Amir Al-Munzir ibn Sawa At-Tamimi.

Menolak Jabatan.
Mungkin karena itu, ketika Umar menjadi amirul mukminin, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur Bahrain. Tapi pada 23 Hijri Umar memecatnya gara-gara sang gubernur kedapatan menyimpan banyak uang (menurut satu versi, sampai 10.000 dinar). Dalam proses pengusutan, ia mengemukakan upaya pembuktian terbalik, bahwa harta itu diperolehnya dari beternak kuda dan pemberian orang. Khalifah menerima penjelasan itu dan memaafkannya. Lalu ia diminta menduduki jabatan gubernur lagi, tapi ia menolak.

Penolakan itu diiringi lima alasan. “Aku takut berkata tanpa pengetahuan; aku takut memutuskan perkara bertentangan dengan hukum (agama); aku ogah dicambuk; aku tak mau harta benda hasil jerih payahku disita; dan aku takut nama baikku tercemar,” kilahnya. Ia memilih tinggal di Madinah, menjadi warga biasa yang memperlihatkan kesetiaan kepada Umar, dan para pemimpin sesudahnya.

Tatkala kediaman Amirul Mukminin Ustman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-fitnatul kubra (bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar tampil mengawal rumah tersebut. Meski dalam posisi siap tempur, Khalifah melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak.

Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah ditawari menjadi gubernur di Madinah. Ia menolak. Ketika terjadi pertemuan antara Khalifah Ali dan lawannya, Muawiyah ibn Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari fitnah. Sampai kemudian Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah bersedia menjadi gubernur di Madinah. Tapi versi lain mengatakan, Marwan ibn Hakamlah yang menunjuk Abu Hurairah sebagai pembantunya di kantor gebernuran Madinah. Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah) ini pula ia mengembuskan nafas terakhir pada 57 atau 58 H. (676-678 M.) dalam usia 78 tahun. Meninggalkan warisan yang sangat berharga, yakni hadis-hadis Nabi, bak butiran-butiran ratna mutu manikam, yang jumlahnya 5.374 hadis.


Al-Imam Ahmad Al-Muhajir



[Al-Imam Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-’Uraidhi - Ja’far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]

Beliau adalah Al-Imam Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq, dan terus bersambung nasabnya hingga Rasulullah SAW. Beliau adalah seorang yang tinggi di dalam keutamaan, kebaikan, kemuliaan, akhlak dan budi pekertinya. Beliau juga seorang yang sangat dermawan dan pemurah.
Beliau berasal dari negara Irak, tepatnya di kota Basrah. Ketika beliau mencapai kesempurnaan di dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah, bersinarlah mata batinnya dan memancarlah cahaya kewaliannya, sehingga tersingkaplah padanya hakekat kehidupan dunia dan akherat, mana hal-hal yang bersifat baik dan buruk.

Beliau di Irak adalah seorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan kehidupan yang makmur. Akan tetapi ketika beliau mulai melihat tanda-tanda menyebarnya racun hawa nafsu disana, beliau lebih mementingkan keselamatan agamanya dan kelezatan untuk tetap beribadah menghadap Allah SWT. Beliau mulai menjauhi itu semua dan membulatkan tekadnya untuk berhijrah, dengan niat mengikuti perintah Allah, “Bersegeralah kalian lari kepada Allah…”

Adapun sebab-sebab kenapa beliau memutuskan untuk berhijrah dan menyelamatkan agamanya dan keluarganya, dikarenakan tersebarnya para ahlul bid’ah dan munculnya gangguan kepada para Alawiyyin, serta begitu sengitnya intimidasi yang datang kepada mereka. Pada saat itu muncul sekumpulan manusia-manusia bengis yang suka membunuh dan menganiaya. Mereka menguasai kota Basrah dan daerah-daerah sekitarnya. Mereka membunuh dengan sadis para kaum muslimin. Mereka juga mencela kaum perempuan muslimin dan menghargainya dengan harga 2 dirham. Mereka pernah membunuh sekitar 300.000 jiwa dalam waktu satu hari. Ash-Shuly menceritakan tentang hal ini bahwa jumlah total kaum muslimin yang terbunuh pada saat itu adalah sebanyak 1.500.000 jiwa.

Pemimpin besar mereka adalah seorang yang pandir dengan mengaku bahwa dirinya adalah Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Isa bin Zainal Abidin, padahal nasab itu tidak ada. Ia suka mencaci Ustman, Ali, Thalhah, Zubair, Aisyah dan Muawiyah. Ini termasuk salah satu golongan dalam Khawarij.

Karena sebab-sebab itu, Al-Imam Ahmad memutuskan untuk berhijrah. Kemudian pada tahun 317 H, berhijrahlah beliau bersama keluarga dan kerabatnya dari Basrah menuju ke Madinah. Termasuk di dalam rombongan tersebut adalah putra beliau yang bernama Ubaidillah dan anak-anaknya, yaitu Alwi (kakek keluarga Ba’alawy), Bashri (kakek keluarga Bashri), dan Jadid (kakek keluarga Jadid). Mereka semua adalah orang-orang sunni, ulama yang mengamalkan ilmunya, orang-orang sufi dan sholeh. Termasuk juga yang ikut dalam rombongan beliau adalah para budak dan pembantu beliau, serta termasuk didalamnya adalah kakek dari keluarga Al-Ahdal. Dan juga ikut diantaranya adalah kakek keluarga Bani Qadim (Bani Ahdal dan Qadim adalah termasuk keturunan dari paman-paman beliau).

Pada tahun ke-2 hijrahnya beliau, beliau menunaikan ibadah haji beserta orang-orang yang ikut hijrah bersamanya. Kemudian setelah itu, beliau melanjutkan perjalanan hijrahnya menuju ke Hadramaut. Masuklah beliau ke daerah Hajrain dan menetap disana untuk beberapa lama. Setelah itu beliau melanjutkan ke desa Jusyair. Tak lama disana, beliau lalu melanjutkan kembali perjalanannya dan akhirnya sampailah di daerah Husaisah (nama desa yang berlembah dekat Tarim). Akhirnya beliau memutuskan untuk menetap disana.
Semenjak beliau menetap disana, mulai terkenallah daerah tersebut. Disana beliau mulai menyebarkan-luaskan As-Sunnah. Banyak orang disana yang insyaf dan kembali kepada As-Sunnah berkat beliau. Beliau berhasil menyelamatkan keturunannya dari fitnah jaman.

Masuknya beliau ke Hadramaut dan menetap disana banyak mendatangkan jasa besar. Sehingga berkata seorang ulama besar, Al-Imam Fadhl bin Abdullah bin Fadhl, “Keluar dari mulutku ungkapan segala puji kepada Allah. Barangsiapa yang tidak menaruh rasa husnudz dzon kepada keluarga Ba’alawy, maka tidak ada kebaikan padanya.” Hadramaut menjadi mulia berkat keberadaan beliau dan keturunannya disana. Sulthanah binti Ali Az-Zabiidy (semoga Allah merahmatinya) telah bermimpi bertemu Rasulullah SAW, dimana di mimpi tersebut Rasulullah SAW masuk ke dalam kediaman salah seorang Saadah Ba’alawy, sambil berkata, “Ini rumah orang-orang tercinta. Ini rumah orang-orang tercinta.”
Radhiyallohu anhu wa ardhah…

[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba’alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba’alawy]


Kisah Abu Ayub Al Anshari



Ketika Rasulullah saw memasuki kota Madinah, unta yang beliau tunggangi bersimpuh di depan rumah Bani Malik bin Najjar. Maka beliau pun turun dariatasnya dengan penuh harapan dan kegembiraan.Ketika Rasulullah saw memasuki kota Madinah, unta yang beliau tunggangi bersimpuh di depan rumah Bani Malik bin Najjar. Maka beliau pun turun dariatasnya dengan penuh harapan dan kegembiraan.
Salah seorang Muslim tampil dengan wajah berseri-seri karenakegembiraan yang membuncah. Ia maju lalu membawa barang muatan dan memasukkannya, kemudian mempersilakan Rasulullah masuk ke dalam ruma. Nabi SAW pun mengikuti sang pemilik rumah.

Siapakah orang beruntung yang dipilih sebagai tempat persinggahan Rasulullah dalam hijrahnya ke Madinah ini, di saat semua penduduk mengharapkan Nabi mampir dan singgah di rumah-rumah mereka? Dialah AbuAyub Al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar.

Pertemuan ini bukanlah yang pertama kalinya. Sebelumnya, sewaktu utusan Madinah pergi keMakkah untuk berbaiat dalam baiat Aqabah Kedua, Abu Ayub Al-Anshari termasuk di antara 70 orang Mukmin yang mengulurkan tangan kanan mereka ke tangan kanan Rasulullah serta menjabatnya dengan kuat, berjanji setia dan siap menjadi pembela.

Dan kini, ketika Rasulullah bermukim di Madinah dan menjadikan kota itu sebagai pusat agama Allah, maka nasib mujur yang sebesar-besarnya telah terlimpahkan kepada Abu Ayub, karena rumahnya dijadikan tempat pertama yang didiami Rasulullah. Beliau akan tinggal di rumah itu hingga selesainya pembangunan masjid dan bilik beliau di sampingnya.

Sejak orang-orang Quraisy bermaksud jahat terhadap Islam dan berencana menyerang Madinah, sejak itu pula Abu Ayub mengalihkan aktifitasnya dengan berjihad di jalan Allah. Ia turut bertempur dalam Perang Badar, Uhud dan Khandaq. Pendek kata, hampir di tiap medan tempur, ia tampil sebagai pahlawan yang siap mengorbankan nyawa dan harta bendanya.

Semboyan yang selalu diulang-ulangnya, baik malam ataupun siang, dengan suara keras atau perlahan adalah firman Allah SWT,”Berjuanglah kalian, baik di waktulapang, maupun waktu sempit…” (QS At-Taubah: 41).
Sewaktu terjadi pertikaian antara Ali dan Muawiyah, Abu Ayub berdiri di pihak Ali tanpa sedikit pun keraguan.Dan kala Khalifah Ali bin Abi Thalib syahid, dan khilafah berpindah kepada Muawiyah, Abu Ayub menyendiri dalam kezuhudan. Tak ada yang diharapkannya dari dunia selain tersedianya suatu tempat yang lowong untuk berjuang dalam barisan kaum Muslimin.

Demikianlah,ketika diketahuinya bala tentara Islam tengah bergerak ke arah Konstantinopel,ia segera memegang kuda dan membawa pedangnya, memburu syahid yang sejak lama ia dambakan.
Dalam pertempuran inilah ia menderita luka berat. Ketika komandannya datang menjenguk, nafasnya tengah berlomba dengan keinginannya menghadap Ilahi. Maka bertanyalah panglima pasukan waktu itu, “Apakah keinginan anda wahai Abu Ayub?”

Abu Ayub meminta,bila ia telah meninggal agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh, dan di sanalah ia akan dikebumikan. Kemudian hendaklah berangkat dengan bala tentaranya sepanjang jalan itu, sehingga terdengar olehnya bunyi telapak kuda Muslimin di atas kuburnya, dan diketahuinya bahwa mereka telah berhasil mencapai kemenangan.

Dan sungguh, wasiat Abu Ayub itu telah dilaksanakan .Di jantung kota Konstantinopel yang sekarang yang sekarang bernama Istanbul, di sanalah terdapat pekuburan laki-laki besar.

Hingga sebelum tempat itu dikuasai orang-orang Islam, orang Romawi dan penduduk Konstantinopel memandang Abu Ayub di makamnya itu sebagai orang suci. Dan yang mencengangkan, para ahli sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa itu berkata, “Orang-orang Romawi sering berkunjung dan berziarah ke kuburnya dan meminta hujan dengan perantaraannya, bila mereka mengalami kekeringan.”

Jasad Abu Ayub Al-Anshari masih terkubur di sana, namun ringkikan kuda dan gemerincing pedang tak terdengar lagi. Waktutelah berlalu, dan kapal telah berlabuh di tempat tujuan. Abu Ayub telah menghadap Ilahi di tempat yang ia dambakan.

*Tambahan

Kalau tidak salah Sahabat Nabi SAW, Abu Ayub Al Anshari mendatangi lewat mimpi Guru Spiritual Khalifah Muhammad II atau Muhammad al Fatih, disaat beliau mulai putus asa dalam mengepung Kota Konstatinopel, beliau menunjukkan letak makamnya agar ditunjukkan kepada Muhammad Al Fatih agar menjadikan semangat bahwa beliaulah yang akan memuwujudkan ramalan Sabda Nabi Muhammad SAW. Wallahu A'lam


Hapal Karena Cinta



Ada seorang santri dari Indonesia menuntut ilmu di Rubath Tarim – Yaman pada zaman Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri. Setelah di sana 4 tahun, santri itu minta pulang.
Dia pamit minta izin pulang kepada Habib Abdullah.“Habib, saya mau pulang saja.”“Lho, kenapa?” tanya beliau.

“Bebal otak saya ini. Untuk menghafalkan setengah mati. Tidak pantas saya menuntut ilmu. Saya minta izin mau pulang.
”“Jangan dulu. Sabar.”“Sudah Bib. Saya sudah empat tahun bersabar. Sudah tidak kuat. Lebih baik saya menikah saja.”“Sebentar, saya mau mengetes dulu bagaimana kemampuanmu menuntut ilmu.”“Sudah bib.
Saya menghafalkan setengah mati. Tidak hafal-hafal.”Habib Abdullah kemudian masuk ke kamar, mengambil surat-surat untuk santri itu. Pada masa itu surat-surat dari Indonesia ketika sampai di Tarim tidak langsung diberikan.

Surat tersebut tidak akan diberikan kecuali setelah santri itu menuntut ilmu selama 15 tahun.
Habib Abdullah menyerahkan seluruh surat itu kepadanya, kecuali satu surat. Setelah diterima, dibacalah surat-surat itu sampai selesai.Satu surat yang tersisa kemudian diserahkan.“Ini surat siapa?” tanya Habib.
“Owh, itu surat ibu saya.”“Bacalah!”Santri itu menerima surat dengan perasaan senang, kemudian dibacanya sampai selesai. Saat membaca, kadang dia tersenyum sendiri, sesekali diam merenung, dan sesekali dia sedih.“Sudah kamu baca?” tanya beliau lagi.“Sudah.”“Berapa kali?”“Satu kali.”
“Tutup surat itu! Apa kata ibumu?”“Ibu saya berkata saya disuruh nyantri yang bener. Bapak sudah membeli mobil baru. Adik saya sudah diterima bekerja di sini, dan lain-lain.

” Isi surat yang panjang itu dia berhasil menceritakannyadengan lancar dan lengkap. Tidak ada yang terlewatkan.“Baca satu kali kok hafal? Katanya bebal gak hafal-hafal. Sekarang sekali baca kok langsung hafal danbisa menyampaikan.” kata Habib dengan pandangan serius.
Santri itu bingung tidak bisa menjawab. Dia menganggap selama ini dirinya adalah seorang yang bodoh dan tidak punya harapan. Sudah berusaha sekuat tenaga mempelajari ilmu agama, dia merasa gagal.
Tetapi membaca surat ibunya satu kali saja, dia langsung paham dan hafal.
Habib Abdullah akhirnya menjelaskan kenapa semua ini bisa terjadi.

Beliau mengatakan,ﻷﻧﻚ ﻗﺮﺃﺕ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﺃﻣﻚ ﺑﺎﻟﻔﺮﺡ ﻓﻠﻮ ﻗﺮﺃﺕ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﻧﺒﻴﻚ ﺑﺎﻟﻔﺮﺡ ﻟﺤﻔﻈﺖ ﺑﺎﻟﺴﺮﻋﺔ“
Sebab ketika engkau membaca surat dari ibumu itu dengan perasaan gembira. Ini ibumu. Coba jika engkau membaca syariat Nabi Muhammad dengan bahagia dan bangga, ini adalah Nabiku, niscaya engkau sekali baca pasti langsung hafal.

”Banyak saudara-saudara kita (atau malah kita sendiri) yang tanpa sadar mengalami yang dirasakan santri dalam kisah di atas. Jawabannya adalah rasa cinta. Kita tidak menyertakan perasaan itu saatmembaca dan mempelajari sesuatu. Sehingga kita merasa diri kita bodoh dan tidak punya harapan sukses.
Banyak orang merasa bodoh dalam pelajaran, tetapi puluhan lagu-lagu cinta hafal di luar kepala.Padahal tidak mengatur waktu khusus untuk menghapalkannya.Bagi para guru/pengajar, jangan mudah mengkambing hitamkan kemampuan otak siswa dalam lemahnya menerima pelajaran. Mungkin anda tidak berhasil menanamkan Virus Cinta di hati mereka.

Allahumma sh0lii ‘ala nuril anwar wa sirrill asrar wa tiryaqil aghyar wa miftahi babil yasari sayyidinawa maulana Muhammadinil mukhtar wa alihil athhar wa ashabihil akhyar ‘adada ni’amillah wa ifdhalih


Kisah Habib Ali Habsyi Kwitang dan Sarungnya



Di waktu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang masih hidup dan dalam keadaan sehatnya, beliau senantiasa melaksanakan shalat lima waktu di masjidnya, yang tidak jauh dari kediamannya.
Suatu hari tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi akan menunaikan shalat Dzuhur berjamaah di masjid, datanglah seorang pengemis yang berpapasan dengan al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di depan rumah beliau.
“Apa yang bisa saya bantu untuk Anda?” Ujar al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi kepada pengemis itu.
Dijawab oleh pengemis: “Saya butuh sarung.”

“Maaf saya belum punya yang baru, bagaimana kalau minta yang lainnya?” iba al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pada waktu itu.
Kata si pengemis: “Tidak. Saya hanya mau sarung! Dan sarungnya yang engkau pakai ya Habib!”
“Tidakkah bisa minta yang lainnya? Karena saya ingin segera ke masjid. Bersediakah yang lainnya saja?” Begitu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi menimpali.
Lalu si pengemis itu berkata: “Katanya engkau seorang habib, katanya kau Ali Habsyi, mana Ali Habsyi yang saya dengar?”

Mendengar yang demikian itu kemudian al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi berkta kepada pengemis: “Tunggulah sebentar saya ke dalam dulu.”
Dengan bergegas al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi masuk ke dalam rumahnya untuk menemui istrinya. Lalu beliau bertanya pada sang istri: “Wahai istriku, apa masih ada sarung di lemari?”
“Tidak ada ya Abah. Sarungnya lagi dicuci, baru saja saya jemur.” Sahut sang istri.
“Ada juga sarung buat saya pakai sehari-hari.” Tambah sang istri menjawab.
Lalu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi berkata lagi pada istrinya: “Sudah ambilkan saja sarungmu buat kupakai untuk sembahyang.”

Beranjak sang istri mengambil sarungnya di lemari untuk diserahkan pada sang suami, sambil penuh tanya: “Ya Abah ini gak salah? Ini sarung motifnya bunga-bunga, Dan yang Abah pakai bukannya masih bersih?”
Dijawab oleh al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi: “Iya, ini sarung yang saya kenakan ternyata ada peminatnya, jadi harus segera kuserahkan. Dan sarungmu ini biar sementara saya kenakan buat sembahyang.”

Setelah rapi melipat dan membungkus kain sarungnya, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi bergegas memberikannya kepada pengemis itu seraya berkata: “Ini sarungnya semoga manfaat.”
Kemudian dijawab oleh si pengemis: “Ini baru Ali Habsyi. Semoga Allah berikan yang berlipat.”
Lalu pengemis itu pamit kepada al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi untuk undur diri. Akhirnya al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pun menuju ke masjid dengan mengenakan sarung  bermotif kembang-kembang namun tertutup oleh jubahnya, hingga orangpun tidak memperhatikannya.
Setelah selesai memimpin shalat, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi beranjak menuju ke rumahnya. Sesampainya di depan rumah, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi mendapati satu buah mobil truk besar sedang menurunkan beratus-ratus sarung. Lalu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pun bertanya-tanya: “Ini punya siapa?”

Dijawab oleh sopir mobil truk itu: “Ini hadiah sarung dari Surabaya untuk al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di Kwitang.”
Mendengar jawaban dari sopir tadi al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi hanya bisa berucap: “Allah telah berikan kontan.”


Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad



Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad - Ali - Muhammad Shohib Mirbath - Ali Khali’ Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-’Uraidhi - Ja’far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]
Beliau adalah Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW. Beliau dijuluki dengan Al-Faqih Al-Muqaddam (seorang faqih yang diunggulkan).

Beliau adalah al-’arif billah, seorang ulama besar, pemuka para imam dan guru, suri tauladan bagi al-’arifin, penunjuk jalan bagi as-salikin, seorang qutub yang agung, imam bagi Thariqah Alawiyyah, seorang yang mendapatkan kewalian rabbani dan karomah yang luar biasa, seorang yang mempunyai jiwa yang bersih dan perjalanan hidupnya terukir dengan indah.
Beliau adalah seorang yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT, sehingga beliau mampu menyingkap rahasia ayat-ayat-Nya. Ditambah lagi Allah memberikannya kemampuan untuk menguasai berbagai macam ilmu, baik yang dhohir ataupun yang bathin.

Beliau dilahirkan pada tahun 574 H. Beliau mengambil ilmu dari para ulama besar di jamannya. Di antaranya adalah Al-Imam Al-Allamah Al-Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim Marwan Al-Hadhrami At-Tarimi. Al-Imam Abul Hasan ini adalah seorang guru yang agung, pemuka para ulama besar di kota Tarim. Selain itu beliau (Al-Faqih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari Al-Faqih Asy-Syeikh Salim bin Fadhl dan Al-Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid (pengarang kitab Al-Ikmal Ala At-Tanbih). Gurunya itu, yakni Al-Imam Abdullah bin Abdurrahman, tidak memulai pelajaran kecuali kalau Al-Faqih Al-Muqaddam sudah hadir. Selain itu beliau (Al-Fagih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari beberapa ulama besar lainnya, diantaranya Al-Qadhi Al-Faqih Ahmad bin Muhammad Ba’isa, Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abul Hubbi, Asy-Syeikh Sufyan Al-Yamani, As-Sayyid Al-Imam Al-Hafidz Ali bin Muhammad bin Jadid, As-Sayyid Al-Imam Salim bin Bashri, Asy-Syeikh Muhammad bin Ali Al-Khatib, Asy-Syeikh As-Sayyid Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath (paman beliau) dan masih banyak lagi.

Dalam mengambil sanad keilmuan dan thariqahnya, beliau mengambil dari dua jalur sekaligus. Jalur pertama adalah beliau mengambil dari orangtua dan pamannya, orangtua dan pamannya mengambil dari kakeknya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Adapun jalur yang kedua, beliau mengambil dari seorang ulama besar dan pemuka ahli sufi, yaitu Sayyidina Asy-Syeikh Abu Madyan Syu’aib, melalui dua orang murid Asy-Syeikh Abu Madyan, yaitu Abdurrahman Al-Maq’ad Al-Maghrobi dan Abdullah Ash-Sholeh Al-Maghrobi. Kemudian Asy-Syeikh Abu Madyan mengambil dari gurunya, gurunya mengambil dari gurunya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW.

Di masa-masa awal pertumbuhannya, beliau menjalaninya dengan penuh kesungguhan dan mencari segala hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Beliau berpegang teguh pada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah, serta mengikuti jejak-jejak para Sahabat Nabi dan para Salafus Sholeh. Beliau ber-mujahadah dengan keras dalam mendidik akhlaknya dan menghiasinya dengan adab-adab yang sesuai dengan syariah.
Beliau juga giat dalam menuntut ilmu, sehingga mengungguli ulama-ulama di jamannya dalam penguasaan berbagai macam ilmu. Para ulama di jamannya pun mengakui akan ketinggian dan penguasaannya dalam berbagai macam ilmu. Mereka juga mengakui kesempurnaan yang ada pada diri beliau untuk menyandang sebagai imam di jamannya.

Mujahadah beliau di masa-masa awal pertumbuhannya bagaikan mujahadahnya orang-orang yang sudah mencapai maqam al-’arif billah. Allah-lah yang mengaruniai kekuatan dan keyakinan di dalam diri beliau. Allah-lah juga yang mengaruniai beliau berbagai macam keistimewaan dan kekhususan yang tidak didapatkan oleh para qutub yang lainnya. Hati beliau tidak pernah kosong sedetikpun untuk selalu berhubungan dengan Allah. Sehingga tampak pada diri beliau asrar, waridad, mawahib dan mukasyafah.

Beliau adalah seorang yang tawadhu dan menyukai ketertutupan di setiap keadaannya. Beliau pernah berkirim surat kepada seorang pemuka para ahli sufi yang bernama Asy-Syeikh Sa’ad bin Ali Adz-Dzofari. Setelah Asy-Syeikh Sa’ad membaca surat itu dan merasakan kedalaman isi suratnya, ia terkagum-kagum dan merasakan asrar dan anwar yang ada di dalamnya. Kemudian ia membalas surat tersebut, dan di akhir suratnya ia berkata, “Engkau, wahai Faqih, orang yang diberikan karunia oleh Allah yang tidak dipunyai oleh siapapun. Engkau adalah orang yang paling mengerti dengan syariah dan haqiqah, baik yang dhohir maupun yang bathin.”

Berkata Al-Imam Asy-Syeikh Abdurrahman As-Saggaf tentang diri Al-Faqih Al-Muqaddam, “Aku tidak pernah melihat atau mendengar suatu kalam yang lebih kuat daripada kalamnya Al-Faqih Muhammad bin Ali, kecuali kalamnya para Nabi alaihimus salam. Kami tidak dapat mengunggulkan seorang wali pun terhadapnya (Al-Faqih Al-Muqaddam), kecuali dari golongan Sahabat Nabi, atau orang yang diberikan kelebihan melalui Hadits seperti Uwais (Al-Qarni) atau selainnya.”

Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, pernah berkata, “Aku terhadap masyakaratku seperti awan.” Suatu hari dikisahkan bahwa beliau pernah tertinggal pada saat ziarah ke kubur Nabiyallah Hud alaihis salam. Beliau berkisah, “Pada suatu saat aku duduk di suatu tempat yang beratap tinggi. Tiba-tiba datanglah Nabiyallah Hud ke tempatku sambil membungkukkan badannya agar tak terkena atap. Lalu ia berkata kepadaku, ‘Wahai Syeikh, jika engkau tidak berziarah kepadaku, maka aku akan berziarah kepadamu.’”

Dikisahkan juga bahwa pada suatu saat ketika beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, datanglah Nabi Khidir alaihis salam menyerupai seorang badui dan diatas kepalanya terdapat kotoran. Bangunlah Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu mengambil kotoran tersebut dari kepalanya dan kemudian memakannya. Kejadian tersebut membuat para sahabatnya terheran-heran. Akhirnya mereka bertanya, “Siapakah orang itu?.” Maka Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab, “Dia adalah Nabi Khidir alaihis salam.”

Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, banyak menghasilkan para ulama besar di jamannya. Beberapa ulama besar berhasil dalam didikan beliau. Yang paling terutama adalah dua orang muridnya, yaitu Asy-Syeikh Abdullah bin Muhammad ‘Ibad dan Asy-Syeikh Sa’id bin Umar Balhaf. Selain keduanya, banyak juga ulama-ulama besar yang berhasil digembleng oleh beliau, diantaranya Asy-Syekh Al-Kabir Abdullah Baqushair, Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad ‘Ibad, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib dan saudaranya Asy-Syeikh Ahmad, Asy-Syeikh Sa’ad bin Abdullah Akdar dan saudara-saudara sepupunya, dan masih banyak lagi.

Beliau wafat pada tahun 653 H, akhir dari bulan Dzulhijjah. Jazad beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal, di kota Tarim. Banyak masyarakat yang berduyun-duyun menghadiri prosesi pemakaman beliau. Beliau meninggalkan 5 orang putra, yaitu Alwi, Abdullah, Abdurrahman, Ahmad dan Ali.
Radhiyallohu anhu wa ardhah…

[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba’alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba’alawy]


Salah Satu Berkah Nabi Muhammad SAW



Nabi Muhammad Saw. adalah manusia yang penuh berkah. Sejak dilahirkan keberkahan itu muncul. Beliau lahir pada tahun gajah. Keberkahan beliau adalah diselamatkannya Ka’bah dan penduduk kota Mekkah dari serangan pasukan gajah yang dipimpin Raja Abrahah. Keberkahan yang lain antara lain pada penyusuan beliau oleh Halimah dari kalangan Bani Sa’ad. Inilah yang menjadi salah satu tanda-tanda bagi kedudukan besar beliau di masa depan. Tulisan ini menguraikan keberkahan yang dialami Halimah binti Abu Duaib seorang wanita dari bani Sa’ad.

Berkah Menyusui Rasulullah Saw.
Halimah berkisah bahwa dia pergi meninggalkan daerah tempat tinggalnya bersama suaminya al-Harits bin Abdul ‘Uzza dan anaknya yang masih menyusu, yaitu Abdullah bin al-Harits. Sudah menjadi kebiasaan para wanita Bani Sa’ad mencari pekerjaan sebagai tukang menyusui bayi. Sehingga, ketika musim paceklik tiba dan mereka sudah tidak memiliki apa-apa lagi.

Halimah berkata, “Aku mempunyai keledai yang warnanya agak hijau dan unta betina yang sudah tua. Demi Allah, unta betina itu tidak menghasilkan susu setetes pun, sehingga kami setiap malam tidak dapat tidur, sebab bayi kami terus menangis karena lapar, air susuku tidak mencukupi, sedang air susu untaku tidak membuat aku kenyang, namun kami terus berharap untuk mendapatkan pertolongan dan kemudahan hidup.
Aku pergi mengendarai keledaiku, ketika aku sudah merasa lelah dan kurus karena perjalanan yang sangat jauh, maka sampailah aku di Mekkah. Di Mekkah aku menawarkan jasa sebagai tukang menyusui bayi. Namun, tidak satu pun wanita yang menawarkan bayinya untuk disusukan kepadaku, kecuali satu orang saja, yaitu Aminah yang menawarkan Rasulullah Saw. Awalnya, aku tidak mau menerimanya, sebab dia itu yatim, sedang aku berharap mendapatkan bayi yang ayahnya masih ada (hidup). Sebab, kalau anak itu yatim, apa yang akan diperbuat oleh ibu dan kakeknya, aku tidak suka itu.

Melihat semua wanita dari Bani Sa’ad sudah mendapatkan bayi untuk disusuinya, kecuali aku, maka ketika kami hendak kembali, aku berkata kepada suamiku. ‘Demi Allah, aku tidak ingin pulang tanpa membawa bayi yang akan aku susui. Demi Allah, aku akan pergi mengambil bayi yatim itu. ‘Suamiku berkata, “Lakukanlah, mudah-mudahan Allah memberi kita berkah dengan adanya bayi itu.”

Halimah berkata, “Aku pun pergi mengambil bayi yatim itu. Setelah aku ambil, aku gendong dia menuju kendaraanku. Ketika aku taruh dia dipangkuanku, maka air susuku menjadi deras, sehingga dia dan saudaranya dapat minum dengan puas, lalu keduanya tidur. Kami pun dapat merasakan tidur yang nyenyak yang tidak pernah kami rasakan sebelumnya. Dan ketika suamiku pergi melihat unta betina kami, maka ia mendapatinya sedang air susunya penuh. Lalu suamiku mengambil air susunya untuk kami minum bersama-sama hingga kami merasa puas dan kenyang. Itulah malam pertama yang kami lalui dengan penuh kebaikan dan kebahagiaan.”

Halimah berkata, “Ketika pagi suamiku berkata: ‘Ketahuilah! Hai Halimah, sungguh kamu telah mengambil manusia pembawa berkah.’ Aku berkata: ‘Demi Allah, memang itu yang aku harapkan.’
Kemudian kami pergi. Sedang aku dan bayi yatim yang aku bawa menunggang keledaiku. Demi Allah, keledaiku mampu menempuh perjalanan yang tidak dapat dilakukan oleh keledai-keledai yang lain, sehingga teman-temanku berkata kepadaku: “Hai anak perempuan Abi Duaib, lihatlah kami, tidakkah ini keledaimu yang kamu tunggangi sebelumnya?

Aku berkata: tentu, keledai ini adalah keledai yang aku tunggangi sebelumnya.
Mereka berkata: “Demi Allah, keledaimu sekarang lain daripada yang lain”.
Tidak lama kemudian, kami pun sampai dirumah di daerah Bani Sa’ad. Tanah di daerah Bani Sa’ad merupakan tanah yang paling gersang yang ada di bumi Allah ini. Namun, ketika kami sampai dirumah, kami dapati kambing-kambing kami sudah kenyang dan putingnya penuh dengan susu, lalu memerasnya dan meminumnya. Sedang kambing-kambing tetanggaku tidak didapati setetespun air susu di putingnya. Sehingga mereka berkata kepada tukang gembalanya: “Gembalakanlah kambing-kambing ini dimana kambing-kambing anak perempuan Abi Duaib digembalakan.”

Meski demikian, kambing-kambing mereka pulang tetap dalam keadaan masih lapar dan putingnya tidak berisi air susu setetespun. Sedang kambing-kambing kami pulang dalam keadaan kenyang dan putingnya penuh dengan air susu.

Kami senantiasa mendapatkan tambahan kebaikan dari Allah hingga Muhammad berumur dua tahun dan aku menyapihnya. Muhammad mengalami pertumbuhan yang sangat cepat tidak seperti anak-anak yang lain. Ketika umurnya masih belum mencapai dua tahun dia sudah kelihatan sebagai anak yang kekar dan kuat. Kami kembalikan dia kepada ibunya. Padahal kami masih sangat ingin dia tinggal bersama kami, sebab kami melihat berkah yang ada padanya. Kami memohon pada ibunya, agar mengijinkan Muhammad tetap tinggal bersama kami hingga besar dan kuat, dan dia mengijinkannya.

Dengan demikian kami yakin bahwa berita tentang Muhammad dan berkahnya terhadap keluarga rumah yang ditempatinya telah tersebar ke seluruh penjuru daerah (pedalaman). Tersebarnya berita itu dikuatkan dengan perintah para orang tua kepada para anaknya, “Gembalakanlah kambing-kambing kalian dimana kambing-kambing Halimah digembalakan.”

Ketika kambing-kambing mereka pulang keadaannya tetap seperti semula, sedang kambing-kambing Halimah pulang dalam keadaan kenyang. Melihat hal itu, pasti timbul dalam diri mereka beribu-ribu pertanyaan untuk mengetahui rahasianya. Sebab keadaan Halimah tidak mengalami perubahan, kecuali setelah masuknya anak ini (Muhammad) kedalam rumahnya.

Semua ini berpengaruh dalam menarik perhatian masyarakat pedalaman terhadap Muhammad Saw. sejak dini. Sehingga dia menjadi sorotan, yang suatu saat akan menjadi tiang penjaga ketika Muhammad menerima kepemimpinan umat ini. Sebab, orang-orang akan berkata: “Inilah orang yang telah kami ketahui berkahnya disaat masih kecil. Sehingga siapa yang akan menghalangi kami, jika kami bersamanya dikala dia sudah besar. Barangkali dia dapat mewujudkan kebaikan yang kami tidak mampu mewujudkannya.

Khatimah
Jika menyusui Rasulullah saw. menyebabkan keberkahan bagi Bani Sa’ad, maka mencintai Rasulullah, membela beliau Saw., berjuang menegakkan dan menyebarkan risalah yang beliau saw. bawa, insyaallah semuanya akan membawa keberkahan bagi kehidupan kita. Wallahua’lam!



Wanita Sholihah Mengusir Singa



Kisah ini adalah kisah nyata,tentang seorang wanita sholihah yang diberikan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.Salah seorang sholih telah bercerita,’Suatu saat aku pergi ke Makkah untuk menunaikkan ibadah haji bersama dengan beberapa orang sahabatku dalam satu rombongan.Kami berangkat dengan mengendarai unta dengan menyusuri padang pasir yang kering serta panas.Tiba-tiba datanglah rombongan singa yang sangat besar dan terlihat tampak kelaparan.Kami terpaksa berhenti dan semua orang dalam rombongan kami spontan kalang kabut karena takut pada singa-singa itu.

Kepala rombonganpun ketakutan dan memanggil petugas keamanan untuk mengusir rombongan binatang buas itu.Namun,petugas malah ketakutan dan spontan kalang kabut karena melihat singa yang kelaparan serta besar badannya.Kepala rombonganpun ahirnya bertanya,’Adakah diantara rombongan kita yang berani mengusir singa-singa itu?’

Belum selesai kepala bicara,tiba-tiba ada seorang anggota rombongan menjawab,’Memang tidak ada seorang lelaki pun diantara rombongan kita yang berani mengusir sekawanan singa itu,tapi aku rasa diantara rombongan kita ini ada seseorang yang mampu mengusir singa-singa itu tampa pedang atau senjata.Dia adalah seorang wanita yang sholihah dan saat ini bersama kita.’
‘Katakan dimana wanita sholihah itu dan siapa namanya!’,tanya kepala rombongan yang dalam keadaan kebingungan.’ia dalam haudaj (tandu) untanya,Ummu Fatimah namanya.’

Kepala rombongan segera menemui wanita itu di dalam tandunya.Setelah menatap wajahnya,ia tersontak kaget karena wanita tersebut ternyata sudah berusia lanjut dan buta kedua matanya.Kemudian ia meminta sambil berkata kepada wanita itu,’Ibu,kalau tidak keberatan,kami mohon kiranya Ibu sudi turun dari unta ini sebentar saja karena kami butuh pertolongan ibu.’

‘Memangnya ada apa?’.tanya ibu Fatimah yang keheranan.’Kami dihadang beberapa ekor singa’,jawab sang kepala.’Lalu kenapa kalian takut pada singa itu,padahal kalian laki-laki?’,tanya ibu itu.
‘Ya benar bu,kami takut pada binatang buas itu karena kami tak tahu cara menghalaunya.’
‘Baiklah kalau begitu.Lalu apa yang kalian inginkan dari diriku yang tua dan cacat ini?’

‘Kami yang yakin hanya ibu sajalah yang dapat menghalau dan mengusir singa-singa itu’,tegas ketua rombongan.’Tapi aku ini seorang wanita,apakah kalian senang jika aku dilihat oleh singa-singa jantan itu?’,mendengar perkataan wanita tersebut ketua rombongan hanya diam dan bungkam seribu bahasa.
‘Begini,katakan saja pada singa-singa itu,bahwa ibu Fatimah menyampaikan salamnya,dan dia bersumpah atas nama Dzat yang tidak pernah lali dan tidur,kemudian katakan pada kawanan singa itu,’Menyingkirlah jangan menghalangi Ibu Fatimah dan rombongannya untuk berjalan ke tanah suci Mekkah.

Berkata orang sholih yang ada dalam rombongan itu,’Demi Allah,belum selesai ibu itu mengucapkan kata-katanya,melainkan singa-singa itu menyingkir dan lari ketakutan’

‘Tak diragukan,kalau wanita ini adalah seorang hamba Allah yang sholihah yang hanya benar-benar takut kepada Allah,sehingga semua mahluk tunduk dan segan kepadanya’,kata ketua rombongan dengan penuh keheranan.

Banyak wanita tang memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah daripada kaum pria.Orang sholih memiliki hati yang penuh rahmat dan kasih sayang,setiap malam mereka bermunajat kepada Allah memohonkan ampun untuk kita.Dan memaafkan kesalahan orang lain.Mengingat perjalanan hidup kaum sholihin,akan menambah iman dan dapat menenangkan hati yang sedih.Kisah ini didapat dari kitab Jaami’ Karoomatil Awliya’ yang pernah dibacakan dihadapan Al Habib Ali Alhabsy,ulama salaf Yaman.


24 Okt 2013

37 Tingkatan Maqom Wali Allah



37 Pangkat / Maqom Wali Allah
Wali Allah itu golongan orang orang yang selalu beriman dan bertakwa, mereka golongan golongan yang mengikuti Rasulullah SAW, yang mengabdi kepada Allah dengan sebaik-baik pengabdian daripada mahluk lain, sehingga kecintaan Allah turun kepadanya melebihi mahluk yang lainnya pula. Karena para wali itu jauh dari dunia, dan ilmunya menembus batas mahluk lainnya, mereka diberi tugas sesuai dengan tingkatan tingkatan keimanan dan ketakwaannya. dalam ayat disebutkan

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang- orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus : 62-63).

Ayat di atas mengandung pengertian bahwa wali Allah (waliyullah) ialah orang yang beriman dan bertakwa.(lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 2 hal 422). (Wali-wali Allah) ialah orang yang beriman kepada hal yang gaib, mendirikan salat, menafkahkan sebagian rezeki yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Mereka juga beriman kepada yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Al-Qur’an) dan yang diturunkan kepada nabi- nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, serta mereka meyakini adanya hari akhir. Mereka (wali-wali Allah) itu adalah golongan yang mengikuti Nabi Muhammad SAW (lihat Tafsir Tanwiirul Miqbas, hal 4).

Terhadap mereka (wali-wali Allah) terkadang tampak karamah ketika sedang dibutuhkan. Seperti karamah Maryam ketika ia mendapatkan rezeki berupa makanan di rumahnya (QS.3 : 35) (lihat Firqah an Naajiyah Bab 31).

Maka wilayah (kewalian) memang ada. Tetapi ia tidak terjadi kecuali pada hamba yang mukmin, taat dan mengesakan Allah. Adapun karamah tidak menjadi syarat untuk seseorang disebut sebagai wali Allah, sebab syarat demikian tidak diberitakan dalam Al Qur’an.

Tingkat kewalian yang terdapat dalam diri seseorang sesuai dengan tingkat keimanannya. Para wali Allah yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah para nabi, dan diantara para nabi yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah para rasul, dan diantara para rasul yang paling tinggi tingkat kewaliaanya adalah rasul ulul azmi, dan diantara rasul ulul azmi yang paling tinggi tingkat kewaliannya adalah Rasulullah Muhammad SAW. Maka barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan dekat dengan-Nya (mengaku sebagai wali Allah), tetapi ia tidak mengikuti sunah Rasulullah Muhammad SAW, maka sebenarnya ia bukanlah wali Allah tetapi musuh Allah dan wali setan (lihat Al Furqan, hal 6) .

Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-quran dibwah ini :
LA TAHSABANNAL LADZI QUTILUU FI SABILILLAHI AMWATAN, BAL AHYAUN INDA ROBBIHIM YURZAQUNA
( Ali Imron 169 ).
Artinya :”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu MATI bahkan mereka itu HIDUP di sisi tuhannya dengan mendapat rizqi “

HIDUP Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat keni’matan2 di sisi Allah, Dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan HIDUP nya itu.

Berikut 37 pangkat / maqom para wali Allah yang juga terdapat pada kitab Jawahir Al-Khomsi Syeikh Khotiruddin Bayazid Al-Khowajah dan Kitab Jami’u Karomatil Aulia kepunyaan Syeikh Yusuf ibni Isma’il An-Nabhani R.A.:

1.Qutub Atau Ghauts ( 1 abad 1 Orang )

2. Aimmah ( 1 Abad 2 orang )

3. Autad ( 1 Abad 4 Orang di 4 penjuru Mata Angin )

4. Abdal ( 1 Abad 7 Orang tidak akan bertambah & berkurang Apabila ada wali Abdal yg Wafat Allah menggantikannya dengan mengangkat Wali abdal Yg Lain ( Abdal=Pengganti ) Wali Abdal juga ada yang Waliyahnya ( Wanita )

5. Nuqoba’ ( Naqib ) ( 1 Abad 12 orang Di Wakilkan Allah Masing2 pada tiap2 Bulan)
6. Nujaba’ ( 1 Abad 8 Orang )

7. Hawariyyun ( 1 Abad 1 Orang ) Wali Hawariyyun di beri kelebihan Oleh Allah dalam hal keberanian, Pedang ( Zihad) di dalam menegakkan Agama Islam Di muka bumi.

8. Rojabiyyun ( 1 Abad 40 Orang Yg tidak akan bertambah & Berkurang Apabila ada salah satu Wali Rojabiyyun yg meninggal Allah kembali mengangkat Wali rojabiyyun yg lainnya, Dan Allah mengangkatnya menjadi wali Khusus di bulan Rajab dari Awal bulan sampai Akhir Bulan oleh karena itu Namanya Rojabiyyun.

9. Khotam ( penutup Wali )( 1 Alam dunia hanya 1 orang ) Yaitu Nabi Isa A.S ketika diturunkan kembali ke dunia Allah Angkat menjadi Wali Khotam ( Penutup ).

10. Qolbu Adam A.S ( 1 Abad 300 orang )

11. Qolbu Nuh A.S ( 1 Abad 40 Orang )

12. Qolbu Ibrohim A.S ( 1 Abad 7 Orang )

13. Qolbu Jibril A.S ( 1 Abad 5 Orang )

14. Qolbu Mikail A.S ( 1 Abad 3 Orang tidak kurang dan tidak lebih Allah selau mengangkat wali lainnya Apabila ada salah satu Dari Wali qolbu Mikail Yg Wafat )

15.Qolbu Isrofil A.S ( 1 Abad 1 Orang )

16. Rizalul ‘Alamul Anfas ( 1 Abad 313 Orang )

17. Rizalul Ghoib ( 1 Abad 10 orang tidak bertambah dan berkurang tiap2 Wali Rizalul Ghoib ada yg Wafat seketika juga Allah mengangkat Wali Rizalul Ghoib Yg lain, Wali Rizalul Ghoib merupakan Wali yang di sembunyikan oleh Allah dari penglihatannya Makhluq2 Bumi dan Langit tiap2 wali Rizalul Ghoib tidak dapat mengetahui Wali Rizalul Ghoib yang lainnya, Dan ada juga Wali dengan pangkat Rijalul Ghoib dari golongan Jin Mu’min, Semua Wali Rizalul Ghoib tidak mengambil sesuatupun dari Rizqi Alam nyata ini tetapi mereka mengambil atau menggunakan Rizqi dari Alam Ghaib.

18. Adz-Dzohirun ( 1 Abad 18 orang )

19. Rizalul Quwwatul Ilahiyyah (1 Abad 8 Orang )

20. Khomsatur Rizal ( 1 Abad 5 orang )

21. Rizalul Hanan ( 1 Abad 15 Orang )

22. Rizalul Haybati Wal Jalal ( 1 Abad 4 Orang )

23. Rizalul Fath ( 1 Abad 24 Orang ) Allah mewakilkannya di tiap Sa’ah ( Jam ) Wali Rizalul Fath tersebar di seluruh Dunia 2 Orang di Yaman, 6 orang di Negara Barat, 4 orang di negara timur, dan sisanya di semua Jihat ( Arah Mata Angin )

23. Rizalul Ma’arijil ‘Ula ( 1 Abad 7 Orang )

24. Rizalut Tahtil Asfal ( 1 Abad 21 orang )

25. Rizalul Imdad ( 1 Abad 3 Orang )

26. Ilahiyyun Ruhamaniyyun ( 1 Abad 3 Orang ) Pangkat ini menyerupai Pangkatnya Wali Abdal

27. Rozulun Wahidun ( 1 Abad 1 Orang )

28. Rozulun Wahidun Markabun Mumtaz ( 1 Abad 1 Orang )
Wali dengan Maqom Rozulun Wahidun Markab ini di lahirkan antara Manusia dan Golongan Ruhanny( Bukan Murni Manusia ), Beliau tidak mengetahui Siapa Ayahnya dari golongan Manusia , Wali dengan Pangkat ini Tubuhnya terdiri dari 2 jenis yg berbeda, Pangkat Wali ini ada juga yang menyebut ” Rozulun Barzakh ” Ibunya Dari Wali Pangkat ini dari Golongan Ruhanny Air INNALLAHA ‘ALA KULLI SAY IN QODIRUN ” Sesungguhnya Allah S.W.T atas segala sesuatu Kuasa.

29. Syakhsun Ghorib ( di dunia hanya ada 1 orang )

30. Saqit Arofrof Ibni Saqitil ‘Arsy ( 1 Abad 1 Orang )

31. Rizalul Ghina ( 1 Abad 2 Orang ) sesuai Nama Maqomnya ( Pangkatnya ) Rizalul Ghina ” Wali ini Sangat kaya baik kaya Ilmu Agama, Kaya Ma’rifatnya kepada Allah maupun Kaya Harta yg di jalankan di jalan Allah, Pangkat Wali ini juga ada Waliahnya ( Wanita )
.
31. Syakhsun Wahidun ( 1 Abad 1 Orang )

32. Rizalun Ainit Tahkimi waz Zawaid ( 1 Abad 10 Orang )

33. Budala’ ( 1 Abad 12 orang ) Budala’ Jama’ nya ( Jama’ Sigoh Muntahal Jumu’) dari Abdal tapi bukan Pangkat Wali Abdal

34. Rizalul Istiyaq ( 1 Abad 5 Orang )

35. Sittata Anfas ( 1 Abad 6 Orang ) salah satu wali dari pangkat ini adalah Putranya Raja Harun Ar-Royid yaitu Syeikh Al-’Alim Al-’Allamah Ahmad As-Sibty

36. Rizalul Ma’ ( 1 Abad 124 Orang ) Wali dengan Pangkat Ini beribadahnya di dalam Air di riwayatkan oleh Syeikh Abi Su’ud Ibni Syabil ” Pada suatu ketika aku berada di pinggir sungai tikrit di Bagdad dan aku termenung dan terbersit dalam hatiku “Apakah ada hamba2 Allah yang beribadah di sungai2 atau di Lautan” Belum sampai perkataan hatiku tiba2 dari dalam sungai muncullah seseorang yang berkata “akulah salah satu hamba Allah yang di tugaskan untuk beribadah di dalam Air”, Maka akupun mengucapkan salam padanya lalu Dia pun membalas salam aku tiba2 orang tersebut hilang dari pandanganku.

37. Dakhilul Hizab ( 1 Abad 4 Orang )
Wali dengan Pangkat Dakhilul Hizab sesuai nama Pangkatnya , Wali ini tidak dapat di ketahui Kewaliannya oleh para wali yg lain sekalipun sekelas Qutbil Aqtob Seperti Syeikh Abdul Qodir Jailani, Karena Wali ini ada di dalam Hizab nya Allah, Namanya tidak tertera di Lauhil Mahfudz sebagai barisan para Aulia, Namun Nur Ilahiyyahnya dapat terlihat oleh para Aulia Seperti di riwayatkan dalam kitab Nitajul Arwah bahwa suatu ketika Syeikh Abdul Qodir Jailani Melaksanakan Towaf di Baitulloh Mekkah Mukarromah tiba2 Syeikh melihat seorang wanita dengan Nur Ilahiyyahnya yang begitu terang benderang sehingga Syeikh Abdul qodir Al-Jailani Mukasyafah ke Lauhil Mahfudz dilihat di lauhil mahfudz nama Wanita ini tidak ada di barisan para Wali2 Allah, Lalu Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani bermunajat kepada Allah untuk mengetahui siapa Wanita ini dan apa yang menjadi Amalnya sehingga Nur Ilahiyyahnya terpancar begitu dahsyat , Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Jibril A.S untuk memberitahukan kepada Syeikh bahwa wanita tersebut adalah seorang Waliyyah dengan Maqom/ Pangkat Dakhilul Hizab ” Berada di Dalam Hizabnya Allah “, Kisah ini mengisyaratkan kepada kita semua agar senantiasa Ber Husnudzon ( Berbaik Sangka ) kepada semua Makhluq nya Allah, Sebetulnya Masih ada lagi Maqom2 Para Aulia yang tidak diketahui oleh kita, Karena Allah S.W.T menurunkan para Aulia di bumi ini dalam 1 Abad 124000 Orang, yang mempunyai tugasnya Masing-masing sesuai Pangkatnya atau Maqomnya. Susunan Maqom/Pangkat Para Aulia ini dari kitab Jami’u Karomatil Aulia ( Kumpulan Karomah2 Para Wali ), Perlu di ketahui bahwa Maqomnya para Aulia tidak tetap tapi naik walaupun mereka sudah Meninggal, dan wali Allah ada dimana2 pesannya adalah jangan suka berprasangka buruk pada orang lain.