Ide tentang bagaimana agar manusia bisa terbang melayang di udara seperti burung adalah suatu pemikiran yang fenomenal, apabila hal ini bisa diwujudkan maka hal akan menjadi penemuan yang spektakuler dalam sejarah manusia. Selama ribuan tahun, orang-orang mencoba bagaimana agar manusia bisa terbang dan melawan gravitasi bumi. Abbas bin Firnas, seorang ilmuan muslim Spanyol di abad IX, membuat rancangan sederhana, alat terbang tanpa mesin.
Hezarafen meluncur dari puncak menara Galata, Istanbul
Percobaan ini ia lakukan pada tahun 800-an di Cordoba. Peralatan sederhana ini ia desain dengan bentuk dua sayap di sisi kanan dan kiri, dan keduanya dibungkus dengan bulu-bulu burung. Alat ini berhasil membuat manusia terbang melayang di udara, namun untuk mengontrol kecepatannya saat mendarat sangat sulit dilakukan, sehingga bisa menimbulkan bahaya.
Kemudian di tahun 1630, seorang ilmuan muslim lainnya yang bernama Hezarafen Ahmed Çelebi mencoba kembali apa yang pernah dilakukan oleh Abbas bin Firnas. Hezarafen membuat satu set sayap untuk terbang. Untuk menguji coba penemuannya ini, ia berniat melompat dari menara Galata di Istanbul. Ia pun benar-benar merealisasikan niatnya yang dinilai nekat oleh orang-orang saat itu.
Di tengah kerumunan orang, Hezarafen melompat dari menara Galata yang tingginya 66,9 m. Ia berhasil dalam percobaanya ini, sayapnya membawanya terbang sejauh 12 mil, dari menara Galata melintasi selat Bosporus hingga mendarat dengan selamat di lapangan Doğancılar. Dengan demikian Hezarafen menjadi orang pertama yang terbang melintasi dua benua (selat Bosporus memisahkan benua Asia dan Eropa). Ia pun mendapatkan penghargaan dari Sultan Murad IV dengan sejumlah koin emas.
Selat Bosporus
Terbang dengan Roket
Setelah Hezarafen Ahmed Çelebi berhasil melakukan eksperimennya, terbang melayang di udara melawan gravitasi, sang adik Laragi Hassan Çelebi terinspirasi dengan pencapaian sang kakak. Ia berniat melakukan sesuatu yang lebih hebat dari saudaranya itu. Tiga tahun kemudian, tahun 1633, Laragi bereksperimen terbang dengan menggunakan roket. Berbeda dengan Hezarafen yang mengandalkan tempat yang tinggi untuk terbang, sang adik akan melawan gravitasi dari tempat dimana ia berpijak.
Ia membangun sebuah roket dengan bahan bakar lebih dari 300 pon mesiu. Percobaan tersebut dilakukan di tepi Selat Bosporus, dekat dengan kediaman sultan, Istana Topkapi. Ada yang mengatakan upaya Laragi ini sebagai ucapan selamat terhadap Sultan Murad yang baru saja mendapatkan seorang putri.
Setelah bubuk mesiu dibakar, Laragi melesat ke udara dengan ketinggian 300 m dari tanah yang ia pijak. Setelah mencapai titik
Laragi meluncur dengan roketnya tahun 1633
tertingginya, bahan bakar yang ia sediakan habis, kemudian ia membuka sayap atau mungkin serupa parasut yang ia desain dan mendarat di Selat Bosporus. Atas pencapaiannya ini, ia dihadiahi satu kantong koin emas oleh sultan.
Dari kisah singkat ini, kita mengetahui bahwasanya Islam bukanlah penghambat pengetahuan dan teknologi. Çelebi bersaudara telah membuktikan walaupun dalam ukuran yang sangat sederhana dibanding dengan temuan di era modern ini. Namun setidaknya mereka telah membuktikan bahwa Islam tidak menghalangi manusia untuk maju, dan mereka juga membuktikan manusia bisa melawan gravitasi, yang perlu dilakukan adalah inovasi-inovasi, dan penyempurnaan dari temuan sebelumnya.
1001 Inventions: The Enduring Legacy of Muslim Civilization oleh Salim al-Hassani
Lost History oleh M. Morgan
Lostislamichistory.com