Kiyai Subhi, kiyai asal Taman-Pemalang, Kiayi nyentrik ini sering berkunjung ke kediaman Habib Hasyim-Pekalongan. Orang yang melihat pasti nggak nyangka kalau dia ulama besar, sebab datangnya pake caping; sorbanan terus di capingi. Datangnya sama wali minal auliaillah, wali besar pula, Mbah Shaleh Bagusan. Dulu sebelum dikenal Mbah Shaleh Bagusan, panggilannya Madyai. Suatu ketika Kiyai Subhi datang ke Habib Hasyim-Pekolngan. Kebetulan Habib Hasyim masih ngajar.
Di ruang tamu Kiyai Subhi ditemani Muhammad Baksyer, dan disuguhi minuman. Baru saja di persilahkan, tiba-tiba tangannya lumpuh. Habib Hasyim selesai ngajar kaget: loh kok minumannya masih utuh. Ini orang kasyf (tahu hakikat sesuatu) ketemu orang kasyf . Jadi paham; tidak mau minum, pasti karena ada yang tidak beres.
Ahirnya Muhammad Baksyer dipanggil: Muh taal! (Muh kesini). Kemudian ditanya sama Habib Hasyim: Muh kamu beli gula dimana ?
Sudah serah terima belum?
‘Belum’ ! jawab Muhammad Baksyer.
‘Balik!’, Habib Hasyim menyuruh.
Setelah sampai ke toko, Muhammad Baksyer ditanya sama pemilik toko, ada apa Muh? Aku tadi beli gula tapi belum ijab-qabul, saya mau mengucapkan’aku beli ini’. ‘oh ya, aku jual Muh’, jawab pemilik toko. Saat Muhammad pulang minuman Kiyai Subhi sudah habis. Tangannya sudah mau disuruh ngangkat minuman. Ah ada-ada saja, begitulah jika orang kasyf ketemu orang kasyf.
*Muhammad Solikhin dalam buku “Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar” mengatakan bahwa Kasyf menurut adalah penyingkapan atau wahyu, atau pengetahuan langsung dari Allah setelah seorang sufi berhasil melampaui tahap dzauq. Kasyf merupakan salah satu jenis pengetahuan langsung, yang dengan itu pengetahuan tentang Hakikat diungkapkan pada hati seorang sufi dan kekasih yang mencintai Allah.