"Saat Adzan Muhammadi dikumandangkan, tentara Ottoman yang sedang mengendarai kuda akan berhenti, mereka menarik tali kekangnya. Jika suara azan penghormatan diangkat, mereka tidak akan menurunkan penhormatan atas azan ini, karena mereka mengetahui siapapun yang tidak menghormati azan maka mereka tidak memiliki kehormatan.
Nenek moyang kita memiliki rasa hormat dan penghormatan yang besar untuk Adzan Muhammadi, tidak seperti kita hari ini yang sangat acuh terhadap panggilan azan".
~ Mawlana Syekh Nazim Adil Haqqani (qs)
"When the Adzan Muhammadi was read, the Ottoman soldiers on horses would stop, pulling the reins firmly. If a hammer was lifted, they didn't put it down, who put it down didn't lift it. Our ancestors had such respect and reverence for the Adhan Muhammadi unlike us today"
~ Mawlana Shaykh Nazim (qs)
Disebut Azan Muhammadi karena panggilan Azan ini hanya diberikan kepada Nabi Muhammd saw, dimana sebagai penghormatan atas Nabi Muhammad saw, pada zaman dahulu sebelum dan setelah azan selalu ada salawat, yang dikenal sebagai tarhim.
Lirik shalawat tarhim :
Ash-shalatu was-salamu ‘alayk
Ya imamal mujahidin ya Rasulallah
Ash-shalatu was-salamu ‘alayk
Ya nashiral huda ya khayra khalqillah
Ash-shalatu was-salamu ‘alayk
Ya nashiral haqqi ya Rasulallah
Ash-shalatu was-salamu ‘alayk
Ya man asra bikal muhayminu laylan nilta ma nilta wal-anamu niyamu
Wa taqaddamta lish-shalati fashalla kulu man fis-samai wa antal imamu
Wa ilal muntaha rufi’ta kariman
Wa ilal muntaha rufi’ta kariman wa sai’tan nida ‘alaykas salam
Ya karimal akhlaq ya Rasulallah
Shallallahu ‘alayka wa ‘ala alika wa ashhabika ajma’in
Arti terjemahan shalawat tarhim:
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
Duhai pemimpin para pejihad, ya Rasulullah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
Duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik
Shalawat dan salam semoga tercurahkan atasmu
Duhai penolong kebenaran, ya Rasulullah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi
Engkau memperoleh apa yang kau peroleh sementara semua manusia tidur
Semua penghuni langit melakukan shalat di belakangmu dan engkau menjadi imam
Engkau diberangkatkan ke Sitratul Muntaha karena kemuliaanmu
Dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu
Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya Rasulullah
Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu, pada keluargamu dan sahabatmu.
SEJARAHNYA
shalawat ini pertama kali dipopulerkan di Indonesia melalui Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat), Surabaya pada akhir tahun 1960′an. Penciptanya adalah Shaykh Mahmoud Khalil Al Hussary, ketua Jam’iyyatul Qurro’ di Kairo, Mesir. Bagaimana asal mula ceritanya shalawat tarhim ini akhirnya bisa sampai ke musholla di dekat rumah saya? Menurut Cak Nun Syaikh Al Hussary pernah berkunjung ke Indonesia—misi belum diketahui, mungkin dalam rangka study tour—dan beliau ‘dibajak’ di Lokananta, Solo untuk rekaman shalawat tarhim ini. Demikian sekilas info :)
Syaikh Mahmoud Al-Hussary (1917-1980, محمود خليل الحصري) adalah ulama lulusan Universitas Al-Azhar dan merupakan salah satu Qâri’ (pembaca Quran) paling ternama di jamannya, sampai-sampai ia digelari Shaykh al-Maqâri (sing ahli qiroah). Syaikh Al-Hussary dikenal karena kepiawaiannya dalam membaca Qur’an secara tartîl. Ia mengatakan bahwa membaca Qur’an bukan semata-mata tentang irama (lagu) atau seni bacaannya, yang paling penting adalah tartîl: memahami bacaan Qur’an dengan baik dan benar, yaitu melalui studi kebahasaan (linguistik) dan dialek Arab kuno, serta penguasaan teknik pelafalan huruf maupun kata-perkata dalam Quran. Dengan begitu bisa dicapai tingkat kemurnian (keaslian makna) yang tinggi dalam membaca Al-Qur’an.
Pantes saja setiap kali dengar shalawat tarhim bawaannya pengen meweks mulu.. jadi ingat kezuhudan, kemurah hatian dan kemuliaan akhlak Nabi (T__T). Menurut saya shalawat tarhim adalah salah satu karya terbaik Syaikh Hussary, buktinya sampai sekarang masih eksis diputar di masjid-masjid dan musholla di pelosok Indonesia. Shalawat ini selalu berhasil mengingatkan saya bahwa tak berguna sama sekali yang namanya sombong, riya’ dan kekayaan duniawi jika dibandingkan dengan keteguhan iman serta keikhlasan hati dalam mentaati perintah Nya (memang tak mudah, tapi harus diniatkan dan diupayakan sekuat tenaga). Cak Nun pernah membahas secara khusus tentang shalawat tarhim ini dalam sebuah pengajian, beliau juga mbrebes mili waktu membacakannya
Sumber