CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

12 Des 2013

Uwais al Qarani (Ra), Penghuni Langit

Uways al-Qarani (ra),  Terkenal di Langit Tetapi Tidak dikenal di Bumi


Abu Amar Owais Bin Harb Bin al Muradi bin al Qarn [ d.37H / 657CE ] ' alayhi al - rahmah wa'l - ridwanNamanya Owais, ia dikenal sebagai Owais al-Qarni karena dia tinggal di sebuah kota yang disebut " Qarn " di Yaman.

Sayidina Owais Qarni ( Semoga Allah ridho dan senang dengan dia ) adalah orang yang sangat saleh dan mulia. Meskipun hidupnya tidak ada apa-apanya dari sudut pandang duniawi, tetapi dia terkenal dan dihormati di antara semua umat Islam dan para Sufi khususnya, karena kesalehan, praktek Zuhd (asketisme), serta cinta yang mendalam dan kasih sayangnya untuk Rasulullah (saw) Kekasih Allah (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw). 

Dikatakan bahwa Uways menghabiskan semua waktu hidupnya dalam kesendirian (suluk), puasa, dan setiap malam berjaga dengan doa dan salat. Dia telah memeluk Islam ketika zaman Nabi saw Kekasih-Nya masih hidup. Sehingga tentu saja ia memiliki keinginan yang sangat kuat untuk melihat Nabi (saw), tetapi karena ibunya sudah sangat tua dan dia membutuhkan perawatan secara konstan terus menerus dan perhatiannya, maka dia tidak bisa mengunjungi Kekasih Allah Sayidina Muhammad (saw). 

Sebagai hadiah dari pengabdiannya kepada ibunya, ia diperlakukan sebagai salah satu Sahabi (Sahabat Nabi saw) oleh Nabi saw  (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw). Meskipun dia tidak bisa melihatnya secara fisik tetapi namanya termasuk dalam daftar para Sahaba saw, hanya karena niat yang kuat untuk dapat melihat Kekasih Allah dan Utusan-Nya (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw).

Suatu ketika para sahabat bertanya kepada Nabi saw: " Apakah Sayidina Owais Qarni pernah mengunjungi engkau wahai Nabi tercinta (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw), Nabi pun menjawab, " Tidak, Dia tidak pernah melihat saya secara fisik, tetapi secara rohani ia selalu bertemu saya ".Sufisme didasarkan pada hubungan spiritual atau link antara Nabi saw dan Sayidina Owais Qarni.

Dalam tasawuf hubungan spiritual ini dikenal sebagai Uways Connection, "Nisbat-e-Owaisiya". Ketika Sayidina Owais Qarni (semoga Allah ridho dengan dia ) menerima kabar tentang Nabi Kekasih-Nya, bahwa ia telah kehilangan gigi dalam pertempuran Uhud, maka Sayidina Owais Qarni mencabut salah satu giginya karena kecintaannya terhadap Nabi saw. Tetapi dia berpikir apakah benar gigi ini yang tepat seperti gigi Rasulullah saw yang tercabut dalam perang Uhud, dan karena ia mencintai Nabi saw lebih dari ia mencintai dirinya sendiri, maka ia mencabut semua giginya untuk memastikan bahwa ia telah kehilangan gigi yang sama dengan gigi Sang Kekasih Nabi Muhammad saw (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw).

Selama hari-hari terakhirnya menjelang wafatnya Nabi saw, beliau saw meminta Sayidina Umar ra dan Sayidina Ali (ra) untuk mengambil Jubahnya (Jubba Mubarak) dan untuk memberikannya kepada Sayidina Uwais ra dan memintanya untuk berdoa untuk pengampunan seluruh Ummat Nabi saw. Permintaan ini adalah untuk menunjukkan kepada para sahabatnya, kedudukan yang sangat tinggi dari Maqom Sayidina Uwais al-Qarni ra.

Sayidina Umar (ra) dan Sayidina Ali (ra) bertanya kepada orang-orang dari Qarn Yaman tentang Uways dan dimana dia tinggal. Seorang pria datang ke depan dan mengatakan kepada mereka bagaimana untuk menemukan tempat tinggal Uways al-Qarni. Mereka berangkat ke Qarn Yaman. Ketika mereka tiba, mereka bertanya kepada orang-orang di mana Uwais berada.  

Seluruh penduduk desa sangat terkejut melihat dua sahabat Nabi (saw) yang sangat terkemuka meminta untuk ditunjukkan seorang penggembala yang tidak dikenal semua orang. Ketika Sayidina Umar dan Sayidina Ali (semoga Allah ridho dengan mereka) bertemu dengan Uways ra, mereka melihat Sayidina Uwais ra sedang salat dan berdoa. Saat ia selesai shalat, dia mengatakan," Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku ada orang yang pernah melihat aku salat.

Dua sahabat Nabi saw meneruskan pesan Nabi saw kepadanya untuk memberikan jubah Nabi saw dan meminta Owais untuk berdoa untuk pengampunan untuk seluruh umat Nabi Muhammad (saw). Dan Sayidina Uways pun mendoakan Sayidina Umar ra dan Sayidina Ali ra serta seluruh umat Nabi saw. 

Setelah beberapa saat ia berkata," Allah swt telah mengampuni dan menghormati mereka karena banyaknya cinta para pengikut Nabi Muhammad saw kepada Nabi saw, cinta itu banyaknya bagaikan rambut domba dari suku Rabia dan Mazhar.

Mereka bertanya kepada Sayidina Uwais ra, "Jika engkau mencintai Nabi Muhammad (saw) begitu besar, kenapa kau tidak mengunjunginya lebih sering selama hidupnya?". Uways ra tidak menjawab, tapi bertanya kepada mereka, apakah mereka ikut ambil bagian dalam perang Uhud? Dan jika mereka ikut dalam perang Uhud, gigi Nabi saw yang manakah yang tercabut dalam perang itu?

Sayidina Umar (ra) sangat terkesan dengan jawaban orang yang sederhana ini dan meminta Sayidina Uwais ra untuk berdoa baginya. Sayidina Uwais ra menjawab , " Saya berdoa untuk pengampunan bagi semua orang di akhir setiap doaku. Jika engkau menjaga imanmu kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw, maka kalian akan menerima bagian dari doa saya di kuburmu. "


Syaikh FARID AL-DIN Attar menceritakan tentang Uways al Qarni ra :


"Selama hidupnya di dunia ini, dia (Uways al-Qarni) bersembunyi dari semua orang, dalam rangka untuk mengabdikan dirinya untuk ibadah dan ketaatan " ( ' Attar 1976, p . 2 ) . ' Attar juga menceritakan bahwa Nabi saw, (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw) telah menyatakan pada saat kematiannya bahwa jubahnya harus diberikan kepada Uways ra, seorang pria yang belum pernah bertemu dalam hidup ini dengannya.

Ketika ' Umar Radi Allahu anhu mencari Uways selama tinggal di Kufah, ia meminta penduduk asli Qarn dan dijawab "Ada satu orang seperti itu, tapi dia orang gila, orang yang tidak masuk akal karena kegilaannya, dan dia tidak hidup di antara orang-orang lain sesukunya dia tidak berbaur dengan siapa saja dan tidak makan atau minum apa pun yang orang lain minum dan makan. Dia tidak tahu apa itu kesedihan atau sukacita. Ketika orang lain tertawa, dia menangis, dan ketika mereka menangis dia tertawa " ( ibid. , p . 29 ). 

Banyak pengikut dan sahabat Nabi saw berkata bahwa Nabi saw (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw) menyatakan," Saya bisa mencium keindahan dan keharuman seseorang dari negeri Yaman". Pernyataan ini adalah referensi langsung atas kebesaran spiritual Sayidina Owais al-Qarni ra.  

Nabi saw juga mengatakan,"Saya merasa kemanisan, dan angin yang penuh kedamaian (naseem-e-Rehmat ) dari Yaman". Mengenai hadits Nabi saw, kepada siapa kedamaian dan keberkahan ini, beliau saw berkata,"Lebih banyak orang akan masuk surga melalui perantaraan seorang laki-laki dari umatku yang berasal dari suku Rabi'ah dan Mudar". Dan Imam Al- Hasan Basri mengatakan, orang yang dimaksud Nabi saw : " Itu adalah Uwais al-Qarni."

Sayidina Umar ra ( semoga Allah ridho dengan dia ) mengutip Nabi saw yang mengatakan " Oh ! Umar. Dari Yaman seorang pria akan tiba, namanya Uwais dan dia memiliki tanda-tanda Kusta di tubuhnya, ia sangat peduli kepada ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Jika ia mengambil sumpah atas nama Allah, maka Allah akan memenuhi sumpahnya dan doanya. Jika kalian dapat meminta darinya doa untuk ampunan bagimu sendiri, maka kalian harus melakukannya".

Hadrat Ibn - e - Sa'ad (ra) mengutip Nabi Sang Kekasih  (Kedamaian dan Keberkahan atas Nabi saw), mengatakan, "Dalam ummatku ( pengikut ) Saya, saya punya sahabat yang namanya Uwais al Qarni".


Dari Kata-kata Sayidina Uways al-Qarni ra

Uwais al-Qarni (ra) mengatakan, "Terus awasi hatimu" , " Alayka bi - Ghalbik " .  
Uwais al - Qarni mengatakan , " doa Tersembunyi ( al- Do'a fi Dhahr al- ghayb ) lebih baik daripada mengunjungi majelis dan pertemuan," karena kemunafikan ( riya ) mungkin masuk dalam dua hal terakhir.

"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari mata yang senang tidur, dan perut yang tidak merasa kenyang."

Doa dari Owais al- Qarni : 

"Ya Allah, Engkau telah menciptakan saya ketika saya tidak layak disebutkan. Dan Engkau telah menyediakan rezeki untuk saya ketika saya tidak punya apa-apa. Dan aku menganiaya diriku dan berdosa, dan saya mengakui kesalahan saya. Jika Anda memaafkan saya, maka kehendakMu tidak mengurangi kedaulatan-Mu. Dan jika Engkau menghukum saya, hukuman itu sama sekali tidak meningkatkan KewenanganMU. Engkau tidak dapat menemukan orang yang layak untuk mendapatkan hukuman-Mu kecuali akulah satu-satunya orang yang layak Kau hukum, tetapi aku tidak dapat menemukan yang dapat memaafkanku, kecuali Engkau. Sesungguhnya, Engkau adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Beberapa tahun kemudian, Sayidina Uwais Al-Qarni (ra) berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.

Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Tidak ada orang yang memperdulikan beliau yang miskin. Malah ada yang menganggap Uwas al Qarni ra seorang yang gila.

Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni ? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya.

Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan Allah (swt) ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu. Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Demikianlah kisah Uwais Al-Qarni yang amat taat dan sangat kasih sayang kepada ibunya. Seorang Wali Allah yang tidak terkenal di bumi, tetapi amat terkenal di langit. Wallahua’lam.


Uwais Al Qarni Menggendong Ibunya Naik Haji


Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit lepra, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya.

Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan. "Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seekor anak sapi, Kira-kira untuk apakah anak sapi itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik sapi. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak sapi itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh. Tak pernah ada hari yang terlewatkan tanpa ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Sapi Uwais telah mencapai berat 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong anak sapi setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya.

Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya. Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. Dan Uways al-Qarani berdoa,"Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunkannya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga." Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta.

Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit lepranya. Hingga hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab (ra) dan Ali bin Abi Thalib (ra), dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais. Beliau berdua sengaja mencari Uwais karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia untuk mendoakanmu, karena doanya diterima Allah. 

Wa min Allah at Tawfiq


"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu yang banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim).


Uways al-Qarani

Abu Amar Owais Bin Harb Bin al Muradi bin al Qarn  [d.37H/ 657CE] 'alayhi al-rahmah wa'l-ridwan 
His name was Owais, he was known as Owais al-Qarni because he lived in a town called "Qarn" in Yemen.  

Hadrat Owais Qarni (Allah be pleased with him) was a very pious and noble person. Although his life was insignificant from a worldly point of view, he is renowned and honoured amongst all Muslims, Sufis in particular, for his piety, practice of zuhd (asceticism), as well as a deep love and affection for the Beloved Messenger of Allah (Peace & Blessings upon him).

It is said that he spent all his hours in solitude, fasting, night vigil and salat (prayers). He had embraced Islam while the Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him) was still alive. He naturally had a very strong desire to see the Prophet but since his mother was very old and she needed his constant care and attention, he could not visit the Beloved of Allah.

As a reward of his service to his mother, he was treated as a Sahabi (Companion of Prophet) by the Prophet (Peace & Blessings upon him) even though he could not see him personally. His name entered the list of Sahaba only because of his strong intention to see the Allah's Beloved Messenger (Peace & Blessings upon him). 

Once the Companions asked the Beloved Prophet: "Has Hadrat Owais Qarni ever visited you? The Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him) replied: "No, He never watched me physically, but spiritually he met me."

Sufism is based on the spiritual connection or link that was between the Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him) & Hadrat Owais Qarni, in Sufism that spiritual connection is known as "Nisbat-e-Owaisiya". When Hadrat Owais Qarni (Allah be pleased with him) received a message about the Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him), that he had lost a tooth in the battle of "Uhud", Hadrat Owais Qarni pulled one of his own teeth out (because of his love towards the Beloved Prophet).

Thinking that he might not have pulled out the right tooth, and because he loved the Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him) more than he loved himself, he pulled out all of his teeth to make sure that he had lost the same tooth as the Beloved Prophet Muhammad (Peace & Blessings upon him).    

During his last days, the Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him) asked Hadrat Umar and Hadrat Ali (Allah be pleased with them) to take his shirt (Jubba Mubarak) to Hadrat Owais and ask him to pray for the forgiveness of my followers (Ummah). The reason for this was to show his companions the very high status of Hadrat Owais.

Hadrat Umar and Hadrat Ali (Allah be pleased with them) asked the people if there was anyone from Qarn. One man came forward and told them how to find the place. They set out for Qarn. When they arrived, they asked the people where Owais was. The villagers answered their questions, but were very surprised to see the two prominent Companions asking for an unknown camel shepherd.

When Hadrat Umar and Hadrat Ali (Allah be pleased with them) reached to him, they saw Hadrat Owais saying his prayers. As he finished his prayers, he said, "It is the first time anyone has ever seen me praying. The two men passed on to him Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him)'s message asking Owais to pray for the forgiveness of the followers of Muhammad. This he did.

After a while he said, "Allah has forgiven and rewarded as many of Muhammad's followers as the hair of the sheeps of the Rabia and Mazhar tribes. They asked Hadrat Owais, "If you loved Muhammad so much, why didn't you visit him more often during his life time?" He did not answer, but asked if they took part in the battle of Uhud?

And if so, which tooth had Muhammad lost there? Hadrat Umar (Allah be pleased with him) was greatly impressed by this simple person and asked Hadrat Owais to pray for him. Hadrat Owais replied, "I pray for the forgiveness of everyone at the end of every prayer. If you keep your faith in Allah and His Messenger Muhammad, you will receive my prayers in your graves."


 Shaykh FARID AL-DIN ATTAR tells us about Oways al Qarni ra:
"During his life in this world, he (Oways) was hiding from all in order to devote himself to acts of worship and obedience" ('Attar 1976, p. 2). 'Attar also relates that the Prophet Peace & Blessings upon him had declared at the time of his death that his robe should be given to Oways, a man he had never met in this life.
When 'Umar Radi Allahu anhu looked for Uways during his stay in Kufa, he asked a native of Qarn and was answered "there was one such man, but he was a madman, a senseless person who because of his madness does not live among his fellow countrymen. He does not mingle with anybody and does not eat nor drink anything that others drink and eat. He does not know sadness nor joy; when others laugh, he weeps, and when they weep, he laughs" (ibid., p. 29).
Many times in the company of his followers, the Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him) stated: "I can smell the beauty of my fried from the land of Yemen'". This statement is in direct reference to the spiritual greatness of Hadrat Owais. The prophet also said: "I feel a sweet, peaceful breeze (naseem-e-rehmat) from Yemen". Concerning the hadith of the Prophet, upon whom be peace and blessings, "More people shall enter Paradise through the intercession of a certain man from my Community than there are people in the tribes of Rabi'a and Mudar," AL-HASAN AL-BASRI said: "That is Owais al-Qarni."
Hadrat Umar ra (Allah be pleased with him) quotes the Prophet as saying "Oh! Umar. From Yemen a man will arrive whose name is Owais and he has signs of Leprosy on his body, he cares for his old and frail mother. If for anything, he takes an oath in the name of Allah, Allah will fulfill his oath. If you can ask from him prayers for your own forgiveness, then you must do so."
Hadrat Ibn-e-Sa'd (Allah be pleased with him) quotes the Beloved Prophet (Peace & Blessings upon him) as saying "In my ummah (followers) I have a friend whose name is Owais al Qarni"
Uwais al-Qarni says, "Keep watch over thy heart",  "Alayka bi-Ghalbik". Uwais al-Qarni said, "Hidden invocation (al-du'a fi dhahr al-ghayb) is better than visiting and meeting," because hypocrisy (riya) might enter in the latter two.

Translation of the Invocation of Owais al-Qarni:

"O Allah, You created me when I was not worthy of mention. And You provided for me when I had nothing. And I wronged my soul and sinned, and I confess my guilt. If You forgive me, that will in no way diminish Your sovereignty. And if You punish me, that will in no way augment Your authority. You can find others to punish besides me. But I can find no one to forgive me but You. Truly, You are the most merciful of those who show mercy."
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: