CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

10 Des 2013

Ketika Sholat Tahajjud di Panah



Pada suatu ketika, Rasulullah S.A.W. dan para sahabat sedang dalam perjalanan untuk berperang. Ketika hari sudah malam, mereka memutuskan untuk berkemah. Kemah pun disiapkan, kemudian Rasulullah S.A.W. bertanya kepada para sahabatnya “Siapa yang berjaga-jaga untuk malam ini?” Dua orang sahabat berkata “Ya Rasulullah, kami akan mengambil tanggung jawab ribat (menjaga para pasukan ketika malam).”

Semua pasukan pun pulas tertidur kecuali dua orang yang berjaga tadi. Salah seorang dari mereka berkata kepada teman satunya “Daripada menyia-nyiakan malam ini, dan perjalanan kita masih jauh, lebih baik kita jaga secara bergantian. Kau tidur setengah malam, dan aku tidur setengah malam juga.” Mereka berdua pun setuju.

Salah satu dari mereka berbaring untuk tidur. Sahabat yang sedang berjaga melihat-lihat di sekelilingnya, dan tidak ada siapapun malam itu. Dia berpikir “daripada menghabiskan waktu, lebih baik kugunakan untuk shalat Tahajjud?”

Dan ketika dia shalat, musuh datang. Mereka tidak melihat siapapun kecuali sahabat yang sedang shalat itu. Jadi mereka mengambil panah dan menembakkannya. Panah itu mengenainya dan seketika mengalirlah darahnya. Namun dia terus melanjutkan shalatnya. Kemudian musuh mengambil panahnya lagi dan mengenainya, namun dia tetap melanjutkan shalatnya.

Setiap anak panah bagaikan peluru. Bayangkan tangan kita tertembak tapi kita bahkan tidak tersentak, kita tetap berdiri diam disana dan tetap shalat.

Dan mereka terus-menerus menembaknya hingga darahnya terus mengalir. Para ulama Syafi’i menggunakan hadist ini sebagai bukti bahwa darah yang mengalir dari tubuh tidak membatalkan wudhu, karena sahabat ini terus melanjutkan shalatnya.

Dia berkata “Satu-satunya alasan aku membatalkan shalatku karena jika terus tertembak panah, maka aku akan mati. Dan jika aku mati, maka Rasulullah S.A.W. dalam bahaya.” Para sahabat yang lain bertanya “Bagaimana mungkin kau tidak merasakan sakitnya terkena panah?” Dia berkata “Bagaimana mungkin aku merasakan sakitnya dipanah sedangkan aku sedang membaca ayat-ayat Allah S.W.T.?”

Subhanallah



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: