CintaNya kepadaku jauh lebih dulu ada, dibandingkan cintaku kepadaNya, dan Dia sudah menemukanku, sebelum aku mencariNya (Abu Yazid Al-Bustami qs)

20 Sep 2014

Petuah Bijak dari Budak



Suatu ketika seorang gadis budak yang sedang merapikan tempat tidur seorang Raja, ingin mengalami bagaimana rasanya tidur di ranjang Raja. Kehangatan sinar matahari, angin yang bertiup lembut melalui jendela di kamar itu, bunga-bunga dan parfum ditaburkan di lantai, bau wangi dupa yang dibakar – membuatnya begitu nyaman hingga ia tertidur segera setelah meletakkan kepalanya di atas bantal. Ia tidur terlelap seperti mati.

Ketika raja dan permaisuri datang, mereka terkejut atas keberanian dan kekurangajaran budak itu. Raja membangunkannya dengan sebuah cambukan, ditambah dengan dua cambukan lagi agar permaisuri tidak curiga. Budak itu terbangun dalam ketakutan dan berteriak keras, tetapi akhirnya ia tersenyum. Senyumnya lebih menimbulkan keheranan pada raja dan permaisuri daripada kesalahan yang dilakukannya.

Mereka bertanya mengapa ia tersenyum, dan ia menjawab, “Aku tersenyum karena berpikir bahwa kenikmatan dan kegembiraan atas tempat tidur ini telah memberiku kecenderungan untuk menikmatinya beberapa saat, dan hukumannya adalah cambukan. Kemudian aku bertanya-tanya, karena anda mengalami kenikmatan tempat tidur ini seumur hidup, hukuman apa yang harus anda bayar untuk itu kepada Allah, Raja dari segala Raja.”

Dalam kehidupan ini, setiap kenikmatan kecil harus dibayar dengan penderitaan yang jauh lebih besar. Karena itu seorang pecinta telah mengumpulkan semua derita sebagai tabungan, dan jalan yang ditempuhnya akan lebih nyaman sepanjang perjalanan dari bumi ke langit. Di sana ia akan menjadi kaya ketika banyak orang lain yang miskin.


Dikutip dari FB Syaikh Arief Hamdani
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: