Barang siapa sengaja berbohong dengan mengatasnamakanku maka bersiaplah untuk ditempatkan di neraka – alhadis
Oleh Sayyid FadlRobb
Klasifikasi hadis menjadi sahih, hasan dan doif oleh para pakar kajian ilmu riwayat dan diroyah sesungguhnya hanya untuk menjembatani para mutafaqqih fiddien – master dan pelajar agama- agar bersikap hati-hati
dalam mengambil dalil riwayat ucapan sang Nabi.
Diskursus ini alih-alih menjadikan manusia awam waspada akan hadis maudlu -palsu, mereka kerap menganggap semua hadis selain riwayat Bukhori dan Muslim lemah. dan seakan semua hadis yang lemah adalah palsu!?. apakah benar demikian adanya hingga menjadikan ratusan ribu hadis dibiarkan menganggur.
Tidak ada Hais Doif
Para dai instan masakini sangat berani dan transparan saat menyatkan dalil mereka langsung dari sumber aslinya tanpa perantara basic pemahaman yang memadai. klaim-klaim tentang kebencian, haram dan laknat menjadi selogan kepastian final. seakan mereka adalah para sahabat Nabi yang menyaksikan langsung sebab musabab diucapkannya sebuah hadis, hingga tujuan syariahnya benar dan sesuai dengan konteks masa itu.
Klasifilasi hadis jika melihat dari sisi diterima dan tidaknya riwayat hanya mencakup Sahih dan doif. Benar dan lemah. sebuah hadis dikatakan lemah tidak otomatis tertolak dan dihukumi palsu seperti banyak disalahfahami. hal ini terjadi hanya karena ketatnya para ulama penulis hadis dalam memverivikasi ketaqwaan, kesalihan, kecerdasan, kejujuran, ketersambungan dan kehati-hatian para periwayat hadis dalam masalah agama dan dunianya. dalam masalah ini kitab sahihnya Imam Bukhori telah disepakati ulama salaf sebagai kitab hadis yang paling diakui keabsahan riwayat-riwayatnya bahkan menduduki peringkat kedua setelah Alquran. hal ini terjadi setelah sebelumnya ada riwayat imam Malik dalam Muwatto-nya yang dianggap paling sahih oleh imam Syafii.
Doif bukanlah julukan hadis yang palsu selama matan -susunam kata- dan sanad -susunan para periwayat- nya tidak benar-benar orang yang identik dengan label kebohongan. Predikat doif hanyalah sebuah proses identifikasi total untuk membuka mata kita agar masalah syariah agama khususnya tidak diambil dari orang-orang yang tidak amanah bahkan pendusta.
Bisa jadi ucapan yang diriwayatkan oleh para pendusta itu memang benar sebuah Hadis Sahih tapi kurangnya ketakwaan dalam masalah agamanya menjadikan hadis sahih yang diriwayatkannya terjun ke level Doif. Keketatan ulama hadis dalam masalah ini dipraktekkan Imam Bukhori yang menolak meriwayatkan hadis dari ulama yang pernah berbohong kepada hayawan peliharaannya. suatu hari imam Bukhori mendatangi ulama hadis untuk mengambil riwayatnya dan terjadilah apa yang terjadi, seraya berkata:
“Bagaimana mungkin aku mengambil hadis Nabi dari seseorang yang dengan hayawan saja dia berbohong!!”.
Kejadian tersebut jelas menunjukkan akan sikap Imam Bukhori yang sangat selektif dalam menerima hadis. seandainya beliau hidup dimasa sekarang dimana bercanda dengan kebohongan adalag lumrah niscaya sangat banyak ustadz dan ulama yang ditolak riwayat hadis-hadisnya.
Hadis Sahih hanya 8-11K.
Ketika para sahabat merekam semua seluk beluk Nabi, ucapan, tingkah laku dan ketetapan beliau menjadi sebuah landasan agama. apakah semua permasalahan duniawi dan ukhrowi itu hanya terbatas Delapan – Sebelas ribu hadis saja seperti dalam kitab sahih Bukhari??. hingga dengan mudah menganggap- ratusan ribu bahkan jutaan hadis – ditolak dan tidak bisa dijadikan sumber hukum?.. tidak.
Sudah jelas diatas perbedaan doif dan palsu hingga kisah ulama hadis yang ditolak Bukhori. karenanya rujukan-rujukan lain dari ulama hadis selain dari Sahih bukhori juga bisa dipertanggung jawabkan untuk dijadikan landasan syariah Islam. sangat banyak hadis sahih yang tercecer dianggap doif mutlak oleh mereka yang fanatik terutama dalam masalah keutamaan sebuah amal salih.
Kitab-kitab sunan dan musnad merangkum ratusan ribu Hadis yang tidak disebut oleh Bukhori. keterbatasan umur, wilayah dan jangkauan imam Bukhori menjadikan beliau hanya merangkum 8-11 ribu hadis saja. hal ini tidak menafikan hadis-hadis sahih riwayat ulama hadis lainya yang memang diakui dan memiliki kapabelitas dalam diakursus ini.
Kutubussittah, kutubuttis’ah terangkum dalam sahih, sunan dan musnad serta ratusan kitab hadis para imam ahli hadis yang merangkum ratusan ribu hadis telah dijadikan hujjah pijakan para ahli ahli fiqih dan tauhid.
Mengapa kita para awam merasa cukup dan berhenti memahami hanya pada satu dua kitab hadis saja hingga pura – pura buta, mudah diadu domba, mengkafirkan, membidahkan dengan syariah hanya karena fanatisme belaka.
adapun selain ucapan Nabi, baik sahabat (sering disebut hadis mauquf) atau Tabiien (maqtu) adalah istilah-istilah yang dipiilih oleh ahli hadis agar kita dapat membedakan mana yang bisa dijadikan pijakan kuat sebagai sumber syariah maupun tidak.
Wallahu Alam Bissowab